09

2.8K 102 0
                                    

Setelah Dira pulang sekolah, Ia langsung masuk ke apartemen Irene, namun disana, Irene gak ada.

Saat ia merogoh saku celananya, hp nya tak tahu dimana, ia mengingat-ingat hpnya tertinggal dimana. Dira ingat hp itu tertinggal di Irene sejak tadi pagi.

Dira terlalu sibuk untuk urusan Ujian. Ia sudah kelas 3, jadi wajar saja jika Dira sangat sibuk belajar sampai lupa hp sendiri.

Namun bagaimana ia menghubungi Irene sekarang? Jika hpnya di temukan pun, dia tak punya nomor Irene.

*-*-*

Siska dan aku menyempatkan diri untuk ke Rumah Ferdi, siapa tahu Dira juga ada disana.

Aku sudah berjanji pada Tante Dewi untuk mengajarkan mereka Bisnis, mungkin jika ada Siska disisiku. Aku tak akan di ganggu oleh curut-curut jomblo itu.

Pembelajaran sudah dimulai, kini mereka seperti anak baik yang mencermati dan memperhatikan gurunya berbicara.

Namun Dira tak kunjung datang, mungkinkah dia lagi sama si luci itu?kenapa dia gak datang, harusnya dira tahu jelas, jika setelah pulang sekolah, aku akan mengajarkannya bisnis.

Apa dia sebegitu tak tertariknya dengan Bisnis? Apa mungkin memang gara-gara si Luci itu.

Pikiranku kacau, kesel dan cemburu menjadi SATU. Ku beranikan diri Untuk bertanya pada si Ferdi.

"Fer, Dira enggak dateng yah?" tanya ku.

"Dira lagi kerja kelompok sama luci" jawa Ferdi.

Gila! Beneran sama si luci ternyata, Aku bersikap biasa saja menanggapi jawaban Ferdi. Pura-pura tak ada apapun yang terjadi dengan hatiku. Padahal sudah bergejolak dan mendidih.

Pelajarannya pun telah usai, aku dan Siska berjalan-jalan sebentar untuk sekedar mencari angin.

*-*-*

Irene dimana? Kenapa belum pulang juga sih, ini udah jam 3, aku khawatir.

Apa mungkin dia tersesat ya? Atau mungkin Irene sedang berjalan-jalan? Kenapa gak ngajakin aku.

Aku sudah sangat lama menunggu Irene di kamarnya, kini aku pulang ke kamarku.  Tapi di depan pintu sudah ada seorang wanita yang sepertinya menungguku.

"Irene!" Teriakku.

Namun saat ia berbalik ternyata itu Luci, "kamu mau apa kesini?."

"Aku bawa sayuran dan daging, terus bumbu-bumbu juga. Aku mau masakin buat kamu. Kamu pasti rindu masakan rumahan kan?" jawabnya.

"Tidak juga. Aku juga bisa masak kok"

"Jangan begitu, ayo masuk! Aku akan memasakkan yang lebih enak dari Masakanmu" serunya. Aku juga lapar dari tadi belum makan.

Aku membuka pintu, dan mempersilahkan dia masuk. Luci memakai celemek nya dan mulai memasak, sedangkan aku pamit padanya untuk mandi dulu. Karena masih memakai pakaian yang sama sejak pulang sekolah.

*-*-*

Aku sudah sampai ke apartemen di antarkan Siska, siska gak mampir dulu, karena katanya Siska mau di ajak jalan-jalan sama keluarga Tito.

Aku enggan untuk masuk ke kamar, aku sudah sangat merindukan Dira. Aku segera naik ke lantai 30 dan masuk ke kamar Dira.

Aku sangat terkejut, saat seorang wanita sudah siap dengan hidangannya di atas meja. Wanita itu cantik, dan sepertinya gadis yang pintar.

"Oh. Hai" sapanya. Ia terkejut

"...Cari siapa?" tanyanya.

"Aku cari Dira" jawabku seadanya.

"Dira lagi mandi, emang kalo mandi diatuh lama banget, padahal tadi aku belum mulai masak, dia bilang mau mandi, sekarang udah beres masak masih aja belum beres mandi" jawabnya, entah kenapa aku merasa dia sedang memanas-manasiku. Dia belum tahu siapa aku!

"Sayang!" teriakku. Dan langsung masuk ke kamar Dira.

Aku tak memperhatikan bagaimana ekspresi wanita sok akrab itu, yang jelas aku puas membuat dia mati kutu kayak gini.

Ku lihat Dira sedang menyisir rambutnya, dia berbalik dan menatapku.

"Sayang???" tanya nya dengan sinis.

"I-iya. Wajar aja kan? Aku kan pacar kamu" jawabku.

"Aku seneng" ungkap Dira

CUP

Dia mencium keningku dan memelukku. Dia berlagak manja sekarang di depanku.

"Kamu dari mana? Aku nungguin di kamar kamu lamaaaaaa?" Tanyanya, tapi sambil merajuk.

"Oh, nungguin nya sama cewe yang di depan?" tanyaku ketus.

"Dia Luci, baru datang. Dia temanku di sekolah" jelas Dira

Aku hanya mengangguk dan tersenyum, orang seperti Dira pasti tidak akan berbohong.

Hanya saja aneh, dia bilang anti wanita, lalu kenapa bisa dekat dengan si Luci itu?

"Bukannya kamu anti wanita?" selidik Irene.

"Iya, aku dan dia hanya sebatas teman biasa, tapi karna kita udah dari kecil temenan, aku gak terlalu jaga jarak sama dia" jelasnya.

"Oh" jawabku. aku lalu menarik dira ke keluar.

Luci terlihat menegang, melihatku memegang tangan Dira dengan Erat. Dira juga tampak bahagia saat ku genggam tangannya. Itu menambah Ekspresi wanita itu menjadi lebih tegang lagi.

"Luci, ini pacar gue" ungkap Dira saat kita baru saja akan duduk di meja makan.

Luci hanya mengangguk, entah mengerti atau tidak menerima jika Dira adalah milikku.

"Dira, ayo makan, kamu suka sekali dengan masakanku" ucap Luci.

"...Dira, minggu depan kita Harus ikut Les tambahan" lanjutnya.

Lagi-lagi Dira hanya mengangguk menanggapi ucapannya. Lama-lama kasian juga liat si luci ini, yang dari tadi nyari-nyari perhatian sama Dira.

"Emang mau Les dimana Lus?" tanyaku, memecah kecanggungan.

"Di tempat yang sudah ayahku pilih" jawabnya.

"Gimana kalau kalian Les sama aku aja?" Seru ku.

Luci tampak tersenyum sinis saat mendengarkan perkataanku, dia mungkin belum tahu kalau aku ini mahasiswi.

"Luci, aku gak ikut kamu, aku mau sama Irene saja" jawab Dira.

Luci segera pamit dan pergi sendiri setelah mendengar ucapan Dira. Sepertinya ia sangat kesal.

"Kamu gak boleh ketus!" Ucapku pada Dira yang sedari tadi hanya makan.

"Aku gak suka, pacar aku di remehkan oleh orang lain" jawabnya.




MY COLD BRONDONG (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang