Part 12 - Miss Marina Throne

Mulai dari awal
                                    

Sudah pukul empat sore, itu berarti ia harus segera jalan dari tempat ia bekerja untuk bertemu dengan gadis bernama Marina Throne. Karena seingat William, Duchess Brielle berkata bahwa ia harus menemui gadis itu sekitar pukul lima sore.

Bukannya langsung berangkat, William sengaja berlambat-lambat sehingga ia tidak perlu pergi berkencan bersama Ms. Throne. Tapi kemudian William teringat, bahwa dirinya terlanjur berkata pada Poppy bahwa ia akan menemui gadis itu.

Pemuda itu mengerang jengkel karena ia tidak pernah mengingkari perkataannya. Jadi disinilah William, berdiri di taman Northernberg. Ia langsung menemukan Miss Marina Throne yang sedang duduk bersama beberapa temannya.

Ketika melihat Miss Marina, hal yang ingin dilakukan William adalah kembali ke kereta kudanya dan pulang. Ia tahu bahwa Miss Throne pasti sedang menyombongkan diri karena akan berkencan dengan William Tudor, Duke of Northumbria.

Miss Marina adalah seorang yang cantik, ia memiliki kulit putih langsat, mata yang agak sipit, hidung mancung, dan bibir tipis berwarna peach. Sebenarnya gadis itu cantik, Lord Tudor hanya tidak menyukainya karena ia sedang menyombongkan diri kepada teman-temannya.

Gadis itu mengenakan gaun berwarna kuning pucat dengan pernak-pernik di sekeliling tubuhnya, sedangkan roknya berbahan satin yang indah. Ia menggunakan hiasan di rambutnya serta gelang di tangannya. Kedua mata biru Lord Tudor melirik ke arah teman-teman Ms. Marina, mereka sedang berbisik-bisik seraya memandang pemuda tampan itu terlihat senang.

"Selamat sore, Your Grace." Sapa Ms. Throne, suara gadis itu terdengar manis bahkan di telinga Lord Tudor. Ia hanya menjawab sapaan Ms. Throne dengan senyuman, tapi hal itu cukup membuat teman-teman gadis itu memekik pelan.

Gadis itu melambai ke arah teman-temannya sambil mengucapkan selamat tinggal sebelum berjalan beriringan di sebelah Lord Tudor. Ia sedikit terkejut ketika Ms. Throne melingkarkan tangannya di lengan pemuda itu.

Lord Tudor menarik tangannya dari gadis itu, tidak peduli bahwa teman-teman Ms. Throne menatap mereka di kejauhan. Walaupun ia tahu bahwa tanpa sengaja telah mempermalukan gadis itu di depan teman-temannya, ia tidak peduli.

Selama menemani Ms. Throne berjalan-jalan, gadis itu terus saja berbicara sehingga Lord Tudor tidak perlu repot menjawab perkataannya. Jika gadis itu menyombongkan dirinya sendiri, Lord Tudor mungkin masih bisa tahan dengannya. Tetapi gadis itu justru membicarakan keburukan teman-temannya, parahnya mereka semua yang tadi sedang berbicara dengannya.

"Maafkan aku, Your Grace. Kamu pasti bosan dengan perkataanku." Kata Ms. Throne terdengar tidak enak. Lord Tudor hanya terkekeh pelan dan menggeleng untuk menjawab perkataan gadis itu. Setelah melihat bahwa pemuda itu terlihat biasa saja, ia kembali melanjutkan perbincangan mereka.

Lord Tudor tidak terlalu memperhatikan hal-hal di sekitarnya, pikirannya sudah berkelana bahwa ia harus memeriksa laporan keuangan perusahaannya setelah ini.

Sementara Ms. Throne itu berbicara, William memikirkan hal-hal yang lebih bermanfaat daripada mendengarkan keburukan orang lain. William Tudor tidak memperhatikan bahwa ia ternyata berjalan berpapasan dengan dua gadis Pierre dan Marchioness Mackenzie.

"Apakah kamu pernah mendengar tentang Pierre bersaudara? Aku dengar dari Mr. Mcallagan betapa gilanya gadis Pierre yang lebih muda itu." Ucap Ms. Throne kepada William Tudor seraya berpapasan dengan Marchioness Mackenzie, Victoria, dan Charlotte Pierre.

"Aku yakin kakak perempuannya juga sama tidak beradabnya dengan adik perempuannya." Kata Marina Throne sambil setengah bersandar pada William, berpikir bahwa para wanita itu tidak akan mendengarnya.

"HEY!" Tidak hanya Marina tetapi William Tudor juga menoleh ke belakang mencari suara yang memanggil mereka. Ketika pemuda berbalik, ia menemukan seorang gadis berambut pirang dengan gaun berwarna biru pucat sedang menunjuk wajah Marina Throne.

Victoria dan Marchioness Mackenzie sampai menatap Charlotte yang sedang berjalan ke arah Marina Throne dengan langkah kemarahan yang menggebu-gebu. William, yang awalnya terlihat malas berkencan dengan Marina, terlihat tertarik dengan kejadian di hadapannya.

"Tidak ada yang boleh membicarakan hal buruk tentang kakak perempuanku sebelum mengenal kepribadiannya!" Kata gadis itu sebelum menyambar rambut Ms. Throne dengan tangannya. Victoria meneriakkan nama adik perempuannya sehingga tahulah Lord Tudor bahwa nama gadis itu Charlotte.

"Kami sama sekali tidak mengenalmu. Jadi kamu tidak punya hak menghina kakak perempuanku!" Bentak Charlotte sambil memandang marah ke arah gadis itu. Lord Tudor hanya menatap Ms. Marina dengan datar, ia menyingkir ke samping memberi ruang untuk Charlotte.

Gadis itu cantik, dengan rambut pirang, kedua mata hijau bulat yang menyalak karena amarah. Entah mengapa Lord Tudor berpikir bahwa gadis itu imut. Sementara Victoria merasa sangat malu dan takut karena itu adalah pemuda yang sangat diidam-idamkannya. Pemuda itu melihat bagaimana liarnya Charlotte, sehingga Victoria khawatir bahwa Lord Tudor akan semakin tidak menyukainya.

"Lepaskan! Aku tidak membicarakanmu atau kakakmu. Sebaiknya kamu tidak menuduh sembarangan, Miss Pierre." Jawab Marina Throne dengan suara sinisnya. Lord Tudor bahkan sampai melirik ke arah gadis itu karena ia sama sekali tidak mendengar nada suara Ms. Throne seperti ia berbicara dengan Ms. Charlotte.

"Aku tidak menuduh dengan sembarangan. Aku mendengarmu berbicara buruk tentangku dan kakakku. Lagipula, darimana kamu tahu bahwa aku adalah Miss Pierre?" Tanya Charlotte sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Lord Tudor mendengus berusaha menahan tawanya ketika melihat gadis itu mengangkat kedua alisnya seakan menantang Marina Throne.

Rupanya gadis itu cukup cermat untuk memperhatikan perkataan lawan bicaranya. Ketika mendengar pertanyaan Charlotte, kedua pipi Marina merona karena malu, ia merasa seperti diexpose di hadapan William Tudor. Karena Marina tidak balas menjawab perkataan Charlotte, gadis itu kembali berkata,

"Maka dari itu, sebaiknya kamu tidak membicarakan orang lain jika kamu sendiri tidak mengenal mereka yang sesungguhnya. Kamu hanya ingin bergunjing dengan suamimu tentang kabar burung dari Mr. Long itu kan?"

Kedua pipi Marina semakin merona ketika mendengar perkataan Charlotte bahwa Lord Tudor itu adalah suaminya. Ia seperti melupakan seluruh perkataan gadis itu dan memaafkannya. Pikiran Marina Throne seperti melayang memikirkan keluarga kecilnya bersama William Tudor di Northumbria.

Ketika mendengar Charlotte berkata bahwa ia adalah suami Ms. Throne, pemuda itu merasa jengkel. Gadis itu menelan ketika melihat sosok Lord Tudor yang melangkah ke arahnya dengan tubuh tinggi besarnya. Wajah pemuda itu terlihat memerah, bukan karena malu tapi karena marah.

Ia mendengar tuduhan Charlotte yang mengatakan bahwa ia adalah suami Marina Throne. Hal tersebut dapat membuat Miss Marina Throne membangga-banggakan dirinya lebih banyak lagi di hadapan teman-temannya. Charlotte menahan diri untuk tidak melangkah mundur saat mendapati tubuh William yang menjulang itu berada di depannya.

Charlotte mengira, pemuda itu hendak memarahinya karena merasa tersinggung, sebab tadi Charlotte telah membentak-bentak bahkan menjambak istrinya itu. Kedua mata biru Lord Tudor menyalak marah ketika mengunci pandangan mata gadis itu.

"Tadi kamu berkata, jangan membicarakan orang lain tanpa mengetahui kebenaran tentang mereka. Tapi kamu baru saja melakukannya." Ujar Pemuda tampan itu dengan wajahnya yang tidak bersahabat. Charlotte mengepalkan kedua tangannya di depan dada seakan menguatkan dirinya sendiri.

Jika pemuda itu melihat Charlotte gemetar, ia pasti akan berkepala besar. Ketika Lord Tudor berdiri tepat di hadapannya, Charlotte baru menyadari bahwa rupanya pemuda itu tidak hanya tampan, tapi juga menarik.

Rahangnya terlihat tegas, bulu matanya panjang serta lentik, hidungnya mancung, alisnya tebal, dan dahinya yang mengerut memperlihatkan betapa jengkelnya ia pada Charlotte. Sesungguhnya, pemuda itu adalah seorang idaman.

"Aku bukan suaminya." Suaranya yang berat dan bergemuruh membuat jantung Charlotte berdebar lebih cepat karena ketakutan. Tapi ketika menyadari perkataan pemuda itu, Charlotte mengerutkan dahinya karena bingung, ia pikir pemuda itu marah karena Charlotte sudah mengusik gadisnya, tapi ternyata pemuda itu justru marah karena Charlotte telah mengira gadis itu adalah istrinya. 

[To be continue]

Terima kasih kepada teman-teman yang sudah bersedia untuk membaca cerita ini. Jangan lupa untuk vote dan komentarnya ya.

Misunderstood BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang