Malam di Paris sungguh romantis, lelaki itu mendesah, tinggal hitungan jam dan statusnya akan berubah dari seorang pria lajang menjadi seorang suami. Bayangan wajah perempuan ayu dengan kulit langsat membuat senyum lelaki itu terkembang. Andai saja dia tidak sedang dalam posisi bertugas, tentu dia ingin melewatkan malam indah ini dengan gadis pujaan hatinya.

Akhirnya, setelah bertahun-tahun dia bisa membujuk perempuan itu menerima lamarannya. Kesabaran, selalu berbuah manis, bukan? Semua akan indah pada waktunya dan lelaki itu bersenandung pelan, sebuah lagu baru tercipta dan mungkin akan dinyanyikannya nanti di depan istrinya. Karena asyik dengan pemikirannya, lelaki itu tak terlalu memperhatikan jalan di depannya sehingga tiba-tiba tubuhnya oleng karena menabrak seseorang yang berjalan cepat ke arahnya.

"Pardon!" perempuan itu memekik panik karena menumpahkan minuman di tangannya ke jacket lelaki itu.

"Pas de souci...." lelaki itu tersenyum dan mengelap jaketnya. Wajahnya menoleh ke arah perempuan yang menabraknya barusan dan saat menatap mata biru perempuan itu, si lelaki tertegun.

Cantik. Ah, cantik saja tak cukup menggambarkan keindahan ini...

Lelaki itu mengenyahkan pemikiran itu dari benaknya. Hei, bukankah sebentar lagi dia akan menikah? Kenapa malah terpana begitu mudahnya dengan perempuan lain? Tapi, kecantikan di hadapannya memang tidak main-main. Dengan kulit putih bak porcelain dan rambut berwarna gold dust perempuan di hadapannya seolah bukan berasal dari dunia nyata, kecantikannya setara ratu elf di film-film fantasy. Lelaki itu berfikir, jika saja ayahnya yang berprofesi sebagai game designer itu melihat wajah perempuan ini, pasti akan diaplikasikannya ke bentuk tiga dimensi sebagai tokoh wanita dalam game.

Mereka bertatapan sejenak dan lelaki itu – Ardan – menyukai pipi si perempuan yang bersemu kemerahan di bawah tatapannya. Tunggu, ini aneh sekali, hampir seperempat abad eksistensi kehidupannya, dia tak pernah memiliki ketertarikan secara fisik pada seorang perempuan. Okelah dia memiliki kekasih dan hampir menuju jenjang pernikahan, tapi dia menghormati Mutiara sebagai perempuan yang seharusnya dijaga dan dilindungi kehormatannya. Tapi kenapa, hanya dengan sekali tatap, perempuan asing di hadapannya ini mampu memancing dan menimbulkan hasrat liar dalam dirinya?

Pasti menyenangkan mencium bibirnya yang ranum kemerahan atau menelusuri kulitnya yang terlihat lembut bagai sutra itu....

Ardan menggelengkan kepala mengusir bayangan erotis yang memenuhi benaknya secara tiba-tiba. Untuk mengatasi detak jantungnya yang mulai berdebar tak normal, Ardan menanyakan kondisi perempuan itu yang dijawab dengan senyum manis dan suara merdu yang mengatakan kalau kondisinya baik-baik saja.

Tak mau terlarut dalam perasaan dan menganggap kejadian ini hanya sebagai cobaan menjelang pernikahannya, Ardan mengangguk dan mengucap salam perpisahan karena harus bergegas menuju bandara. Menjauh dari perempuan yang memiliki potensi memporak porandakan hatinya yang semula setenang samudra. Dilihatnya sekilas dari sudut matanya, perempuan itu berjalan menjauh dan sekali lagi perasaan aneh melanda Ardan.

Kenapa ada keinginan yang begitu kuat untuk menghentikan langkah perempuan itu menjauh darinya?

***

"Insense, Isabelle!" gadis itu merutuki kebodohannya. Bagaimana bisa dia tadi kehilangan jejak target sehingga harus melewati jalan pintas yang justru mempertemukannya langsung dengan wajah lelaki yang selama ini dikenalinya dari sebuah foto? Isabelle mengenyahkan pemikiran betapa lelaki itu jauh lebih rupawan dari sekedar terlihat di foto seukuran poscard.

Dia targetmu, Isabelle dan kau adalah malaikat kematian baginya, jangan berfikir macam-macam!

Gadis itu memasuki Peugeot merahnya dan saat sidik jarinya terbaca oleh stir mobil canggihnya, otomatis mesin menyala dan layar kecil di hadapannya menunjukkan posisi target, kejadian tak sengaja tadi dimanfaatkannya untuk menempelkan alat pelacak di jacket lelaki itu.

"Claude, Vincenzo...." Isabelle memanggil kedua partnernya dan otomatis profil wajah kedua orang itu muncul di layar monitor bersisian dengan posisi target. "Kalian sudah dalam posisi kunci?"

"Sur, Mademoiselle ....kami tepat menghadang di depannya," jawab Vincenzo. Isabelle tersenyum seraya membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke terowongan, dia harus secepatnya melewati jalan memutar yang akan menempatkannya tepat untuk 'menembak' target nanti.

Di sisi lain, Ardan yang sedang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi melintasi terowongan Pont de I'Alma dikejutkan dengan dua buah truk besar yang berada di tengah jalan sesaat setelah keluar dari mulut terowongan. Dengan kelihaian seorang agen ND3 yang mumpuni, Ardan berhasil membanting stir, mengendalikan Renault yang dibawanya sehingga tidak menabrak truk yang berhenti itu.

Hampir! Tinggal beberapa senti saja mobilnya menabrak bagian belakang truk, saat Ardan hampir menghembuskan nafas lega, dari arah Flamme de la Liberte sebuah Peugeot merah meluncur deras menuju ke arah Renault hitam itu hingga mobil Ardan terdorong keluar pagar pembatas dan terjun bebas ke dermaga Bateaux Mouches.

Isabelle keluar dari mobil yang telah dimodifikasi keseluruhan rangka depannya dengan titanium itu dan memandangi hasil perbuatannya. Perlahan Renault hitam itu tenggelam dalam pelukan La Seine di tengah malam tak berbintang.

"Au revoir ....Mr. Khan!" senyum tersungging dari bibir cantiknya. Tanpa membuang waktu, segera perempuan itu menuju ke mobilnya dan meninggalkan tempat tersebut, semua CCTV yang terpasang di sekitar area telah 'dibersihkan' programnya oleh ahli IT dalam timnya. Perbuatannya takkan meninggalkan jejak.

Tanpa menyadari, detak jantung lelaki yang berjuang melawan maut di dalam arus La Seine itu memanggilnya. Detak jantung yang akan bertautan takdir dengannya, menyerukan namanya....

US - Beautiful LiarOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz