23. Saling Melibatkan

30.2K 4.6K 707
                                    

BAGIAN DUA PULUH TIGA

Kalau jodoh ya alhamdulillah, kalau nggak jodoh ya kondangan sambil goyangin tenda nikahan sampai roboh.
Kalau nikahannya di gedung? Sederhana, kita acak-acak aja kursi tamu sampai masukin kecoa ke panci soto. Gampang.

-Pull String-

            Aku tidak tahu kapan ini dimulai, mungkin setelah ciuman atau mungkin memang sudah ada sejak berbulan-bulan lalu semenjak aku dekat dengannya, yang pasti aku menyukai Juna. Dia lelaki pertama yang membuatku tidak berpikir untuk pergi.

Semua sudah berjalan hampir satu bulan. Kami memang tidak secara khusus mendeklarasikan bahwa kami adalah sepasang kekasih, tetapi dari tindakannya maupun tindakanku. Dapat disimpulkan bahwa kami memiliki rasa yang sama.

Aku bahagia. Kini aku tak perlu lagi mengawang-awang bagaimana jatuh cinta, karena yah... begini rasanya cinta. Benar kata sahabat-sahabatku, rasanya begitu menyenangkan.

Jakarta yang biasanya hanya membuatku tidak berselara di akhir pekan, kini selalu menjadi tepat favoritku untuk berpulang. Bunda bahkan mulai heran karena sekarang dia lebih banyak melihatku di rumah ketimbang di Bogor. Aku hanya bisa tersenyum saat bunda mulai dengan dugaan-dugaannya yang kebanyakan mengarah kepada Wira.

"Mau nge-date ya sama Wira?"

"Wira gimana kabarnya, kok udah jarang main ke rumah?'

"Ras, ajakin dong Wiranya ke rumah, mumpung mama masak banyak nih."

Aku mengulum senyum, sejujurnya aku tidak tahu banyak kabar mengenai Wira. Akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dengan aktivitas mengajar dan kebucinan, sedangkan Wira yang kuketahui dari obrolan singkat di chat satu minggu yang lalu, Wira diusulkan untuk pindah jabatan. Aku tidak mengerti secara khusus bidang kepolisian itu seperti apa, intinya ya begitu.

Jadi memang sebenarnya, Wira juga sedang sibuk-sibuknya. Aku bahkan baru menyadari bahwa terakhir aku melihat Wira adalah sekitar dua bulan lebih yang lalu. Wira dan pertanyaan bodohnya mengenai rencana mau menikah.

Jelas aku memiliki rencana. Setiap orang pasti punya rencana memiliki kebahagiaan di masa mendatang dengan pasangan, begitu juga denganku. Tapi waktu itu, jujur saja aku belum memilki gambaran, sekiranya dengan siapa aku menghabiskan waktu.

Namun sekarang, aku sudah punya jawaban.

Aku mengulum senyum, manik mataku menggeser ke arah Juna yang sedang berceloteh mengenai pengalamannya ke pulau Derawan. Aku, Suster Ratih, dan Pak Ginting—supir pribadi Juna, sedari tadi hanya mendengarkan semua celotehan Juna dengan antusias.

Juna sepenuhnya sudah kembali menjadi Juna yang kukenal. Bahkan sepertinya dia lebih cerewet. Juna yang awalnya menolak untuk mencari donor mata, kini ia malah menjadi yang paling bersemangat mencari donor mata.

Kemarin, kami menerima panggilan rumah sakit swasta di Bandung mengenai pendonor mata. Tidak mau membuang banyak waktu, kami langsung meluncur ke Bandung untuk bertemu dengan pendonor yang harus melewati berbagai macam tes pencocokan dulu dengan Juna.

"Derawan akan jadi tempat pertama yang gue kunjungi setelah bisa melihat," ujar Juna. Dia begitu bersemangat, pengecekan yang tadi berlangsung lumayan alot kini telah selesai. Hanya perlu menunggu hasil keluar dan pengecekan beberapa kali lagi. Aku harap semangatnya ini juga sesuai dengan hasil yang didapatkan, aku juga tidak sabar menanti pengelihatan Juna kembali.

Suster Ratih menjawab. "Nanti kalau Mas Juna udah lihat, nggak sama Sus lagi dong?"

"Oh nggak dong sus, Sus tetep sama Juna."

Pull StringWhere stories live. Discover now