13. Sebelum Jatuh Cinta

43.8K 6.3K 1K
                                    

Bagian Tiga Belas

Btw aku ada wejangan yang sebenarnya aku post ini di close friend Instagram aku, cuma karena kata temenku bagus, jadi kupost di sini aja.

Sedikit cerita, beberapa tahun belakangan ini. Saya lumayan krisis kepercayaan berada dalam suatu hubungan. I mean, untuk itu sosok Laras tercipta. Memang tak sepenuhnya Laras adalah saya, tapi entah mengapa saya dan tokoh Laras seolah sama-sama menanamkan satu hal.

"Aku bisa sendiri."

Kalimat ini terlihat egois, memang. Tapi sebenarnya, kalimat ini adalah kalimat jujur yang benar-benar datang dari hati saya. Percayalah, yang paling mencintai dan setia kepada kamu adalah diri sendiri. Yang paling memaklumi banyak kekurangan di diri kamu, juga dirimu sendiri. Diri sendiri juga yang akan hancur-hancuran kalau terluka, bukan orang lain. Paling orang lain sekadar memberi motivasi, tapi tak sepenuhnya mereka benar-benar merasakan.

Beberapa tahun belakangan ini juga, saya benar-benar belajar banyak hal dalam hal sendiri( meskipun saya tetap nggak memungkiri bahwa saya makhluk sosial, yang juga punya geng, teman sana sini. Bahkan 2 sahabat dekat yang sebenarnya mengilhami RAL Series ini, kalau kalian memfollow saja di Instagram, mungkin kalian tahu dua orang yang saya maksud) Tapi balik lagi, ada beberapa hal yang membuat saya benar-benar nyaman sendiri.

Saya nggak takut makan sendiri di restoran yang penuh dengan keramaian, nonton sendirian saat kanan dan kiri saya adalah pasangan, bahkan solo travelling keluar kota dengan ancaman tersesat sendirian. Karena saya percaya satu hal, bahwa kalau bukan diri sendiri yang bertanggung jawab atas semua hal yang terjadi di hidupmu. Lantas siapa lagi?

Dari kalimat panjang ini, saya cuma pengin kalian lebih mencintai diri kalian sendiri. Nggak peduli kalian ngerasa jelek, kurus, gemuk, pendek, nasib nggak bagus, kaya, miskin. Semua balik lagi.. terima apapun yang sudah ditakdirkan, syukuri.

Syukuri atas apa saja yang Tuhan berikan ke kamu hari ini. Napas yang masih berembus, kaki yang kuat melangkah, tangan yang sanggup menggengam, pikiran yang masih waras, jiwa yang tegar, dan hati yang terbuka siap menerima apapun. Syukuri, karena percayalah ada saja manusia yang sebenarnya ingin jadi dirimu.

Sekian. Bellazmr.

Ada yang mau tanya?

-Pull String-

Semalam saat Wira sakit, aku memutuskan untuk mengajak Elang menginap di tempatku. Aku tak ingin mengambil resiko dengan tinggal seatap dengan laki-laki yang bukan suamiku. Aku memang bukan muslimah yang benar-benar paham agama, tapi untuk yang satu itu, aku mengerti bahwa harus ada batas yang kubangun dengan lawan jenis.

Sebenarnya, kalau dipikir-pikir wajar bunda kocar-kacir mencarikanku jodoh. Karena selama ini, aku tak benar-benar terlibat dalam hubungan yang jelas. Ya, aku sudah memacari lelaki sana-sini, tapi taka da yang benar-benar menyentuh hidupku. Mereka hanya tahu namaku, pekerjaanku, dan alamat rumahku. Tidak ada yang tahu siapa keluargaku, bagaimana kehidupanku, bahkan hal-hal yang selama ini kufavoritkan.

Aku mendengus, melipat tangan di depan dada seraya memperhatikan daun pada pohon mangga yang masih berada di dalam lingkungan kebun penelitian. Aku baru saja mengecek seluruh tanaman Jawer Kotok, semuanya dalam keadaan baik, tidak ditemukan tanda-tanda yang bisa menggangu pertumbuhan obyek penelitianku itu.

Bogor hari ini mendung, sesekali aku merapatkan cardigan yang kukenakan.

"Tumben banget loh weekend di Bogor." Elang ikut berdiri di sampingku, memperhatikan mangga yang menggantung setinggi bahunya. "Kenapa?"

Pull StringWhere stories live. Discover now