19. Pengaruh Tempat terhadap Jawaban

43.7K 6.1K 1.3K
                                    

Bagian Sembilan Belas

Aku mau ngucapin makasih buat adik, teman, kakak-kakak sekalian yang sudah berkenan membaca cerita aku. Aku yakin pembaca aku nggak cuma yang umurnya di bawah aku, pasti ada yang lebih berumur dibandingkan aku. Jadi intinya, makasih sudah membaca.

Aku sayang kalian banget. banget. banget.—From, Bellazmr, Bella Putri Maharani, jomblo hahah. Cariin jodoh dong haha
_____

Seharusnya kamu paham bahwa untuk menyamakan jalan pikir orang yang berbeda itu nggak akan pernah mudah—Wira

Kalau kamu merasa lelah, maka istirahatlah. Sebab tidak akan ada yang mengerti paling dalam mengenai dirimu, kecuali dirimu sendiri—Laras

-Pull String-

Secangkir kopi hitam yang sepuluh menit lalu disajikan oleh pelayan sudah habis. Isi dicangkir itu hanya tinggal ampas yang teronggok di dasar cangkir. Sedangkan lawan cangkir kopi hitam itu adalah gelas tinggi dengan minuman berwarna merah muda yang begitu mengoda, keduanya tampak berlawanan, apalagi dengan tambahan fakta bahwa gelas tinggi itu baru dihabiskan seperempatnya saja. Telak sekali perbedaannya.

Aku menghela napas panjang sebelum mengungkapkan isi kepalaku. "Gue nggak paham isi otak cowok."

"Kayak mereka paham aja isi otak lo kalau lo lagi dalam mode ngamuk," sambut lawan bicaraku ini.

Segera, aku melawan. "Ya tapi kan beda, gue nggak akan ngamuk-ngamuk kalau ditolong."

"Tapi kalau marah bisa sampai satu bulanan?" tandas si lawan bicara lagi, seolah tidak mengizinkanku yang hari ini tampak begitu cerah dengan memakai blouse merah muda yang terlihat senada dengan minuman yang kupesan. "Lalu apa bedanya lo dengan cowok kalau gitu?"

 "Lalu apa bedanya lo dengan cowok kalau gitu?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Za..." Aku menghela napas panjang, tampak frustrasi berbicara dengan sahabat dekatku yang menemaninya hari ini—Oriza Sativia. Yap, aku memang tidak mempunyai banyak sahabat dekat, makin tua seseorang, maka orang-orang yang ia percayai juga semakin sedikit. Sehingga yang bertahan, hanya itu-itu saja.

Riza mengusap puncak kepalanya akibat rambut sebahunya yang baru saja ditiup angin, mungkin efek duduk tepat di bawah pendingin udara sehingga sering kali rambutnya berterbangan.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pull StringWhere stories live. Discover now