can we kiss forever?

3.2K 307 19
                                    

Tangan mungil itu setengah tertutup kain kemeja putih ketika ia bergerak mengaduk kopinya. Matanya menerawang jauh, ikut tenggelam dalam putaran hitam di dalam cangkir.

Napasnya mendadak tertahan saat sebuah tangan memeluk pinggang rampingnya. Sebuah wajah yang terhias senyum manis tersandar di wajahnya.

"Kopi? Sejak kapan kau minum kopi di pagi hari, Jiminie?"

Mata Park Jimin menutup sekali seraya menghela napas panjang. Gerakan memutar yang dilakukannya kini terhenti dan ia pun menggenggam gagang cangkir itu.

Tubuhnya berbalik. Tatapannya matanya langsung terarah pada lelaki yang tersenyum manis padanya, menampilkan gusi-gusinya yang menggemaskan.

"Kau tidak menjawabku," kata pria itu lagi.

Jimin tersenyum lemah tanpa mengalihkan pandangannya. Bahunya bergerak naik seakan memberi jawaban 'tidak tau' atas pertanyaan yang diajukan untuknya.

Kaki Jimin mulai membawanya menuju meja makan. Ia meletakkan cangkir itu tepat disebelah piring yang berisikan 2 panekuk dan madu.

"Kau terlihat lebih kurus," ujar pria itu lagi. Jimin merasakan mata gelap disana sedang mengamatinya dengan lekat.

"Benarkah?"

Jimin mengangguk sekali. "Ya."

"Yakin?"

"Aku baik-baik saja, Yoongi," tegas Jimin.

"Tapi pipi tembammu hilang."

Jimin bergerak meraba pipinya, lalu terdiam sejenak setelah menyadari lemak di pipinya memang sudah menghilang. Tak ada lagi bantalan empuk disana, melainkan sudah terganti dengan kerasnya tulang yang hanya dibatasi kulit.

"Bukannya lebih baik? Aku tidak akan merasakan sakit karena cubitanmu lagi," jawab Jimin.

Yoongi tertawa, kembali memamerkan gigi kecilnya yang tersusun rapi. "Aku ingin melihat pipi tembammu lagi. Kau harus makan lebih banyak."

Jimin menyeringai tipis. "Aku sudah makan seperti biasanya, Yoongi. Kau mau aku makan apa lagi?"

Jimin memperhatikan Yoongi ketika pria itu berkata, "Benar juga. Pola makanmu tidak berubah, yah selain kopi di pagi hari."

Mulut Jimin bungkam tak membalas, membiarkan pertanyaan Yoongi tenggelam tak terjawab meskipun matanya masih melekat pada dirinya.

"Kau harus tetap sehat, Jiminie."

Manik Jimin bergetar terkejut. Dengan cepat ia memalingkan wajah, berusaha untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah karena menahan tangis.

Tangannya bergerak naik menutup mulut, membungkam isak tangis yang nyatanya tak mampu dibendung. Air mata malah semakin deras mengalir tak terhenti.

Jimin mengangkat wajahnya yang basah. "Hyung..."

"Hm?"

"Apa kau akan tetap ada disini?"

Yoongi tersenyum hangat. "Ya. Aku selalu berada sini, Jimin. Tepat disisimu. Selalu disampingmu."

Jimin mengigit bibirnya yang kering sementara tangannya mulai menyeka jejak air mata di pipi.

"Jimin-ah," panggil Yoongi di depan Jimin.

Jimin terdiam menyimak.

"Berjanjilah padaku kau akan bertahan."

Air mata yang sempat berhenti kini kembali mengalir keluar untuk kesekian kalinya. Jimin menatap Yoongi yang tersenyum tulus ke arahnya.

"Aku tau rasanya sulit, tapi kumohon berjanjilah padaku kalau kau akan bertahan dan kau akan bangkit dari semua penderitaanmu. Kau akan kembali menjadi Jimin yang ceria dan bahagia."

just a storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang