guilt (pt. 1)

3.3K 337 17
                                    

"Apa kau mau menjadi pacarku?"

Park Jimin menunduk malu. Ini pertama kalinya ia mengungkapkan perasaan pada orang lain. Ya, hanya kepada senior yang sangat dicintainya, Min Yoongi.

"Oh, kau? Boleh saja."

Mata Jimin melebar. Apa baru saja ia salah dengar?

"Benarkah? Kau... mau menjadi pacarku, sunbae?" tanya Jimin ulang, mengabaikan degup jantungnya yang memburu.

"Ya," jawab Yoongi singkat sembari memainkan bola basketnya.

Mata Jimin berbinar. Cintanya terbalaskan. Entah hal baik apa yang pernah ia lakukan di masa lalu hingga bisa mendapatkan kebahagiaan seperti ini.

"Apa aku boleh memanggilmu 'hyung?"

"Bisakah kita bicara nanti saja? Aku sedang latihan," sanggah Yoongi.

Jimin menangkap nada ketus dalam kata-kata Yoongi. Namun dengan cepat ia mengabaikan pikiran aneh di kepalanya. Tidak mungkin Yoongi bersikap ketus pada kekasihnya sendiri, bukan?

Jimin memaksakan senyum kecil di wajahnya. "Baiklah, Yoongi sunbae. Semangat!"

Tanpa membalas, Yoongi berbalik membelakangi Jimin dan berlari menuju ke tengah lapangan.

Mata Jimin terpaku pada punggung yang perlahan menjauh itu. Tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya.

"Aku mencintaimu, hyung."

📖📖📖

"Apa yang kau lakukan disini?" erang Yoongi saat melihat Jimin menghampirinya. Jimin sedikit tersentak kaget mendengar nada tinggi dari Yoongi.

Jimin berusaha untuk tersenyum. "Aku membuat makan siang lagi untukmu, hyung."

Yoongi mendengus kesal. Mata Jimin melebar tak percaya. Raut wajah Yoongi benar-benar menunjukkan ketidaksukaannya pada Jimin.

"Kau pikir aku anak kecil?" kesal Yoongi. "Sudah berapa kali kukatakan padamu jangan pernah mendatangiku ke kelas?! Menyebalkan."

Pikiran Jimin berkecamuk dalam diamnya. Ia menatap kotak bekal yang dibawanya untuk Yoongi. Matanya berkaca-kaca sementara Yoongi sudah meninggalkannya seorang diri di koridor.

Bukan hubungan seperti ini yang kuinginkan.

"Jimin..."

Jimin membalik badan. Ia menatap seorang lelaki bertubuh jangkung menghampirinya. "Oh, Namjoon sunbae."

"Menghampiri Yoongi ya?" Mata Namjoon lalu melirik kotak makan siang yang dipegang Jimin. "Dia menolak lagi?"

Jimin mengangguk lemah. "Hm."

Namjoon menghela napas panjang. "Kau tidak lelah?"

Pertanyaan singkat dari Namjoon berhasil membawa Jimin kembali mengingat apa yang telah terjadi selama sebulan sejak dirinya berpacaran dengan Yoongi.

Namun, hanya penolakan demi penolakan yang mampu diingat oleh Jimin. Tidak ada kenangan manis. Yang ada hanyalah luka yang terasa semakin menyakitkan setiap harinya.

just a storyKde žijí příběhy. Začni objevovat