enough

4.7K 373 10
                                    

"Aku senang sekali kau bisa datang, Min Yoongi-ssi."

Min Yoongi hanya mendengus pelan. Ia muak dengan basa-basi yang dilakukan oleh orang-orang yang berada di sekitarnya ini.

"Yah, kurasa tidak ada salahnya aku datang ke acara sampah seperti ini," sinis Yoongi. Ia memilih untuk meneguk wine yang Yoongi tau adalah wine termahal di tempat ini.

Berusaha untuk mencari simpatiku, huh?

Seorang paruh baya tersenyum lebar dan menuangkan wine ke dalam gelas kaca Yoongi yang telah kosong. "Kami merasa sangat terhormat kau bisa meluangkan waktu untuk datang kesini."

Yoongi mengangkat kakinya keatas meja seraya memunculkan seringaiannya. "Bisa kita hentikan basa-basi bodoh ini? Katakan saja apa yang kalian inginkan."

Semua langsung menggeleng pelan dan tertawa kecil. Salah satu diantara mereka menjawab, "Kami tidak menginginkan apa-apa, Yoongi-ssi. Hanya ingin menjalin kedekatan denganmu. Sebentar lagi kita akan menjadi partner bisnis, bukan?"

Dasar bodoh. Motifnya terlihat sekali, pikir Yoongi.

"Jadi itu maksud kalian? Berusaha menarik simpatiku agar aku memilih kalian untuk terlibat proyek baruku?" terka Yoongi.

Yoongi merasa menang saat menyadari seberapa gelisahnya orang-orang itu. Ia yakin 100 persen bahwa dugaannya benar.

Pria paruh baya disana tertawa. "Oh, ayolah. Kita lupakan bisnis sejenak. Kurasa ini waktunya untuk bersenang-senang. Jangan libatkan urusan bisnis disini. Benar 'kan, Yoongi-ssi?"

"Yah," gumam Yoongi. "Kita lihat sejauh apa kalian bisa menarik simpatiku."

Tawa canggung sontak memenuhi seantero ruangan, sementara Yoongi hanya duduk diam di antara mereka. Salah satu dari gerombolan itu kemudian keluar dan kembali masuk bersama beberapa wanita dengan belahan dada yang rendah.

Yoongi menatap datar sementara wanita-wanita itu langsung berkerumun di sampingnya. Satu diantara mereka bahkan mendudukkan bokong ratanya diatas paha Yoongi. Beberapa dengan sengaja membusungkan dada, membiarkan Yoongi untuk melihat lebih jelas sekecil apa payudara mereka.

"Akan lebih baik jika ada wanita-wanita ini," ujar salah satu dari mereka. Ia pun menoleh pada Yoongi. "Wanita-wanita ini bersih. Aku menyuguhkan yang terbaik untukmu, Yoongi-ssi."

"Bahkan lebih baik daripada Jimin," ucap yang lain, tak menyadari rahang Yoongi mengeras akibat perkataannya.

Lelaki paruh baya itu tertawa. "Haha, tentu saja. Wanita-wanita ini jauh berbeda daripada Jimin. Lagipula, aku tau pernikahanmu dengan Jimin hanya karena merasa iba, Yoongi-ssi. Mana mungkin Jimin yang rendahan seperti itu, bisa menarik perhatian orang dengan selera tinggi sepertimu," katanya.

Yoongi terkekeh. "Yah, kau benar. Wanita-wanita ini memang berbeda dari Jimin."

Tak ada yang menyangka bahwa Yoongi akan mengeluarkan revolver-nya dan menembakkan peluru tepat pada kaki si paruh baya. Wanita-wanita disampingnya langsung memekik kencang, berlari menjauh.

Yoongi bangkit dan berjalan menghampiri korbannya yang kini meringkuk di lantai sambil memegang kakinya yang tertembak. Tanpa hati, Yoongi menginjak kakinya.

"Aku bisa saja menembak kepalamu sekarang, tapi Jimin-ku tidak akan suka dengan hal itu," ujar Yoongi dingin. "Jimin menyelamatkanmu, kau tau itu?"

Paruh baya itu mengangguk. Namun, bukannya merasa kasihan, Yoongi malah semakin menginjak keras kaki yang berlumuran darah itu. "Kau baru saja mencari masalah denganku."

just a storyWhere stories live. Discover now