[ 1 ] ;ㅡPark Jisung

Mulai dari awal
                                    

Tentu setelah Ara menutup pintu rumahnya rapat-rapat.

"Jeno!" seru Jaemin.

"SSHH!" Ara dan Jeno pun serempak menaruh jari mereka di bibir dan menyuruh Jaemin diam.

Jaemin pun segera membungkam mulutnya, namun senyumnya mengembang kembali dan ia langsung memeluk Jeno. "Hah ... gue bisa gila gara-gara bosan di sini!"

"Penggemar lo tuh, masa' gue disuruh tidur di sofa sih?" omel Jaemin, mengadu pada Jeno bagai ia adalah ayahnya. Dan Ara adalah ibu tirinya.

"Ya, masa' lo mau tidur satu kamar sama dia?" tanya Jeno, yang tahu sebenarnya Ara tidak mengatakan soal ada dua kamar.

"Ya ... kagak ...," sahut Jaemin dan mendengus. "Gue penasaran deh, di dimensi itu lo sama gue sebagai apa ...?"

"Kenapa lo nanya itu?" tanya Jeno.

"Penasaran," sahut Jaemin dan melihat ke arah Ara.

Ara menggaruk kepalanya, sedikit canggung juga untuk menjawab pertanyaan itu. "Jadi ... suami istri."

"What?! Gue gak aneh-aneh, 'kan??" tanya Jaemin, syok.

"Ya, enggaklah! Emang suami istri udah pasti romantis terus apa?" sahut Ara, seketika membuat Jaemin diam.

Jeno hanya menghela napasnya, lalu menyuruh Jaemin untuk duduk manis dengan benar. Barulah menyuruh Ara mengganti pakaian atau setidaknya melakukan hal yang biasanya ia lakukan sepulang sekolah.

Jujur, Ara memang ingin berganti pakaian. Namun, lupakanlah. Sekarang ada yang lebih penting daripada ganti pakaian. Ara datang kembali ke ruang tamu sambil membawa laptopnya.

"Yesterday, there are something happened," kata Ara sambil membuka laptopnya.

"What is it?" tanya Jeno.

"Katanya, Ara udah berhasil mecahin teori pertama, yaitu matahari terbenam." Jaemin memandang Jeno dan Ara bergantian, "mungkin maksudnya pergantian identitas itu."

"Dan juga, mungkin laptop ini bakal membuka permainannya sebelum matahari terbenam. Ya, sore," Ara melanjutkan penjelasan Jaemin, yang diangguki oleh Jaemin.

Ketiganya pun sama-sama melihat laptop itu bergerak sendiri, menyala dan mengarahkan kursor-nya sendiri ke penyimpanan Ara. Dan secara tiba-tiba, laptop itu kembali menampilkan layar hitam.

Mirip seperti mati.

"Kenapa lagi?" tanya Jaemin.

"Entah ...?" sahut Ara sambil mengerutkan dahinya, hingga sesuatu muncul lagi di layar laptop itu. "'Hanya Ara yang bisa memilih, tidak ada yang lain', hm ... apa ini teori juga?"

"Kayaknya cuma pemberitahuan," jawab Jeno, "apa peraturannya juga kemarin dikasih tahu?"

"Enggak," jawab Ara sambil menggeleng-geleng. "Mungkin, harus dipecahin juga kayak teori pertama."

Jeno dan Jaemin pun serempak mengangguk setuju. Akhirnya Ara mulai bermain, dan sambil bermain, ia juga memikirkan caranya melepas semua ini sebelum seluruh anggota NCT mengalaminya.

Bayangkan, apa yang akan terjadi pada anggota terakhir kalau ia tak memiliki pengganti untuk mengembalikan identitasnya?

"Bentar, abang-abang NCT127 masih di Amerika, 'kan?" tanya Jeno, menginterupsi.

"Mampus," sahut Jaemin sambil menutup mulutnya.

Ara pun juga memandang layar laptop di hadapannya dengan cemas. Apakah benar pintu ini dipilih secara random oleh Ara? Atau, sistem yang menggerakkannya itu sudah mengaturnya?

✔️Dating Doors || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang