Bab 18 b.

17 1 0
                                    


No revisi-revisian. Jadi maaf kalau banyak typo bertebaran.

Selamat menikmati. 😍

*****

Adam mengerutkan keningnya tak mengerti.

Catalia tersenyum melihat ketidakfahaman putra nya itu.

"Waktu itu, kakek lu berusaha mati-mati an ngirim detektif terhebat buat nyari keberadaan gue. Bapak lu juga jelas ikutan nyari. Apalagi pas tau, kalau gue lagi hamidun anak nya dia. Entah bapak lu dodol banget atau gimana, dia ngira nya gue seligkuh sama orang lain dan jadilah elu. Tapi dia tetep berusaha buat nyari keberadaan gue, sekaligus jaga ibu tiri lo yang habis keguguran.

Dan selama masa pencarian yang gak menghasilkan apa-apa. Akhirnya dia berubah haluan, alih-alih ngirim detektif hebat, dia malah ngirim para penjahat buat nangkep gue. Bukan nangkep sih sebenarnya, malah dia pingin bunuh gue yang baru aja lahirin elu."

"What the hell !!. Apa-apa an itu !?. Kenapa Ayah justru jadi kejam kaya gitu ?."

"Dia melakukan itu karna stress dengan keadaannya waktu itu. Keluarga besar dia kecewa sama bapak lu dan memilih memutus ikatan karna bapak lu lebih milih wanita itu di banding keluarga nya. Dan keluarga besar gue pun juga gak terima gue di gitu in, dan akhirnya sering ngancem bapak lu, bakal hancurin keluarga dia. Salah sendiri, macem-macem kok sama keluarga konglo kayak gue. Ya jadi susah kan idupnya." Catalia menggerutu lalu raut mukanya berubah menjadi serius.

"Dan sebelum bapak lu berhasil nemuin kita. Gue duluan yang memilih untuk bunuh diri demi melindungi elu, Dam. Nge lindungi elu dari orang-orang jahat yang berniat mau bunuh elu." Tatapan nya berubah nanar ketika menatap putra satu-satu nya itu.

"Tapi kan gak harus bunuh diri, Mom. Ada kakek yang bakal jagain kita. Ada kakek yang gak akan pernah nyakitin kita." Nada suaranya berubah sendu dan serak.

Catalia menggeleng keras.
"Gue tau itu, Dam. Tapi apa yang bakal terjadi sama bapak lu ?. Jelas dia bakal lebih benci sama gue. Hidupnya juga bakal lebih sulit dan dia jadi gak punya siapapun. Gue tau ini terdengar bodoh. Tapi sejahat-jahat nya bapak lu, gue masih cinta sama dia. Cinta banget sampai gue gila, Dam. Dia juga bapak lu. Orang yang ngasih benih nya buat hasil in elu.

"Setelah gue gak ada. Toh segalanya jadi lebih mudah. Walau ikatan keluarga jadi renggang. Tapi sisi positifnya, bapak lu jadi tobat kan ?. Dia menjaga lu dengan baik. Mendidik lo dengan keras agar lo gak melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan. Dia menyayangi elu dalam diam karna itu tanggung jawab nya dia sekaligus penebus dosa-dosa nya."

Adam terdiam mendengar penuturan sang mommy. Tapi mommy nya, tak memberi kesempatan untuk dia berbicara.

"Hal yang paling menyakitkan dalam mencintai adalah, dibenci oleh orang kita cintai. Dan gue gak mau itu terjadi. Gue lebih memilih mati dari pada harus di benci sama bapak lu. Gue gila kan, Dam ?."

Adam menggeleng dengan senyum tulus.

"Itulah yang di namakan cinta abadi, mom. Cinta yang paling tulus dan suci. Dan gak ada yang bisa ngalahin cinta nya mom di dunia ini. I'm proud of you, mom. You are the best mom, ever."

Catalia terharu karna itu. Matanya berkaca-kaca dan ia ingin menangis mendengar penuturan putra terkasihnya ini.

Catalia mengulurkan tangannya dan mengelus lembut pipi sang putra. Adam sendiri tak menolak, dan justru memejamkan matanya. Menikmati sentuhan halus sang ibu.

"Tapi, ada cinta yang lebih besar dari cinta mom ke bapak lu, Dam."

Adam tak menjawab dan semakin membenamkan wajahnya di telapak tangan sang ibu. Mencium tangan halus itu dan menikmati wangi matahari.

"Dan itu cinta gue ke elu. Gue cinta sama lo, Dam. Cinta banget sampai gue gak rela lo punya ibu pengganti selain gue. Gak rela harus pergi dari dunia ini dan pisah sama lo. Gak rela-

"Ssttt... i'm not going enywhere, Mom. Gak ada yang bisa gantiin Mom sebagai ibu nya Adam. Dan walau pun fisik dan jiwa Mom udah gak ada di dunia ini, tapi cinta mom akan selamanya abadi. Mom akan selalu ada di hati nya, Adam. Dan gak tergantikan untuk selamanya."

Pecah sudah pertahanan Catalia selama ini. Dia menangis dengan keras, di depan putra nya sendiri. Menangisi semua penderitaan di masa lalu. Menangisi kehidupan mereka yang harus di pisahkan oleh takdir. Dan menangisi penyesalan yang tak bisa melindungi anaknya.

Adam merengkuh sang ibu dalam pelukannya. Membiarkan sang ibu menangis dan meluapkan segalanya dalam tangisan.

"Maaf in mommy, Dam. Maaf karna gak bisa jaga lu dengan baik. Maaf karna gak bisa merawat lu. Maaf karna gak bisa berbuat apa-apa di saat lo sakit. Maaf karna segala nya, Adam. Maafin mommy atas segalanya."

Adam mengelus lembut punggung sang ibu. Punggung yang selalu tegak walau banyak sekali tusukan panah tak kasat mata di sana.

"Mommy gak salah. Mommy adalah ibu terhebat yang pernah ada."

Dan tangisan itu semakin keras dan semakin memilukan. Membuat hati Adam sakit bukan main dan ingin menangis bersama. Tapi tak dia lakukan karna ia adalah seorang lelaki. Ia harus kuat untuk menghibur sang ibu.

Dan begitu lah waktu, yang menyelami mereka dengan kebersamaan. Pertemuan. Kebahagiaan. Rasa sakit. Dan Perpisahan.

Eltalent : Indigo [ Book One ]Where stories live. Discover now