Bab 11

15 1 0
                                    


Erlan melirik jam weker yang berada di atas nakas. Pukul 01 : 45. Dia menghela nafas panjang lalu kembali menatap langit-langit kamarnya. Walau lampu ruangan sudah di matikan dan hanya menyisakan lampu tidur. Tapi Erlan masih dapat melihat dengan jelas, ukiran-ukiran plafon yang ada di langit kamar.

Erlan tak bisa tidur. Dan ingatannya menerawang pada penjelasan Naira dan Noah beberapa jam yang lalu.

Penjelasan yang cukup mengejutkan dan membuatnya terus memikirkannya.

Beberapa jam yang lalu.

"M-maksudnya menghadapi lawan yang sama ?. Siapa yang lo maksud ?." 

Noah mengehela nafas pendek. Dia mengeratkan pelukannya lalu berkata.

"Sandra."

Deg

Erlan membelangak kan matanya. Tertegun karna Noah mengetahui dalang di balik masalahnya.
"Lo kenal dia ?."

"Lebih dari sekedar kenal. Sebenarnya-" Noah menghentikan kalimat nya lalu melirik pada Naira yang mencengkram lengannya erat. Pemuda itu mengendurkan pelukannya lalu membiarkan Naira yang melanjutkan sendiri. Dan memilih duduk di samping kekasih nya itu dengan menggenggam tangannya erat.

Naira menatap tepat pada manik mata Erlan. Tatapannya menyiratkan tentang perasaan bersalah yang amat kental. Dan Erlan tak mengerti kenapa Naira menatapnya seperti itu.

"Semua ini gara-gara gue. And I'm so sorry about that." Belum sempat Erlan bertanya, Naira sudah terlebih dahulu melanjutkan.

"6 tahun yang lalu, Noah punya temen sekelas yang namanya Lolita Denardaud. Dari awal ketemu pun, gue udah tau kalau dia emang punya kebencian yang besar sama gue. Dan gue juga tau, alasan apa yang bikin dia benci sama gue. Salah satu nya adalah, dia terobsesi sama Noah.

Kebencian dia bertambah waktu Noah ngumumin kalau kami pacaran. Dan yang gak gue tau adalah, Lolita ternyata lebih licik dan gila dari yang gue pikirin. Dia bahkan tau kalau gue juga bisa baca pikiran, padahal gue gak pernah bilang ke siapapun soal itu.

Waktu itu gue lengah, dan gak sadar kalau ternyata gue udah di ikutin  sama beberapa orang pas gue pulang dari sekolah. Noah sendiri gak bisa nganter karna dia lagi ada rapat osis. Dan pada akhirnya, kejadian 'itu' pun terjadi."

Naira menghela nafas sembari memejamkan mata. Erlan dan yang lain tampak serius mendengarkan, dan tak ada yang berani menyela.

Lalu dia membuka matanya dan kembali melanjutkan.

"Gue di sekap dan di culik sama orang suruhan Lolita. Dan saat gue sadar, ada 6 orang pria berbadan besar yang siap mau 'nerkam' gue. Tapi gue gak inget apa-apa lagi saat itu. Gue sadar, tubuh gue tiba-tiba di kendaliin Siti dan ngamuk. Dan pas gue bisa ngendaliin tubuh gue sendiri, mereka semua udah gak sadar dengan keadaan yang bikin gue langsung mual."

Naira tampak menahan gejolak dalam dirinya yang tiba-tiba berniat untuk memuntahkan sesuatu. Tubuhnya agak gemetar dengan keringat dingin yang turun di pelipisnya. Beruntung, Noah ada di sampingnya, menggenggam erat tangannya dan mengelus lembut punggungnya. Menenangkannya dari rasa trauma yang belum hilang.

"Apa yang terjadi ?."  Jonathan tak sabar lagi menahan dirinya untuk tak bertanya.

Naira menatap Jonathan dengan nanar. Lalu dengan suara bergetar dia menjawab

"They all die."

Mereka semua terkesiap dan terkejut bukan main. Hawa dingin langsung menyergap mereka dan membuat mereka membeku untuk sesaat. Erlan yang terlebih dahulu sadar lalu memanggil nama gadis itu dengan lirih. Sayangnya, Naira tak ingin mendengar apapun untuk saat ini.

"Kalian tau, gue kira hidup gue bakal hancur saat itu. Dan gue bakal gila karna itu." Dia tersenyum kecut lalu menghela nafas beberapa kali. Berusaha menenang kan jantung dan tubuhnya.

Noah juga tak kalah merasa menyesal. Dia menatap sayang pada Naira dengan senyum masam di bibirnya. Tangan nya terjulur, membantu mengusap keringan yang ada di pelipis kekasihnya ini.

Bryan hendak bersuara namun Naira sudah terlebih dahulu menyela.

"Orang suruhan Lolita udah di urus sama Noah kalau kalian pingin tau. Saat itu gue masih syok dan langsung pingsan. Pas gue bangun, gue udah ada di rumah sakit."

Bungkam. Mereka semua tak berani bersuara lagi. Dan memilih bergelung dalam pikiran mereka masing-masing.

"Trus, hubungan nya sama San-
"Wait !!. Don't you mean- !?" Erlan berseru tak percaya.

"Hm. Sandra itu lolita. Dia menghilang setelah bikin gempar satu sekolah karna berani bakar aula pada saat sedang di adakan seminar."

"No way !!.  How did she do that !?. She's totally crazy !!."  Seru  Bryan ternganga.

"Yeah, kegilaannya bahkan udah sampai level tertinggi !. She's psyco, dude !." Timpal Adam dengan menggebu.

Steve mengangguk setuju, sedangkan Jonathan tampak mengetatkan rahangnya.

"Tapi ada yang aneh di sini. Kenapa Lolita bisa lolos gitu aja ?. Udah jelas kalau dia jadi buronan kan ?." Steve menyuarkan pendapatnya.

"Dia operasi plastik. Dan keluarga nya ternyata juga melindungi dia."

"Keluarga Denardaud memang bukan keluarga sembarang. Mereka punya banyak koneksi di beberapa polres di indonesia. Tinggal di kasih suntik kan dana sedikit. Semua langsung beres." Ujar Jonathan.

"Gue juga inget, dulu dia emang sering buat masalah di sekolah, tapi pihak sekolah gak kasih peringatan apapun. Seakan semua hal yang pernah dia lakuin itu langsung terlupakan begitu aja." Terang Erlan.

Noah menatap Erlan serius. Tatapannya kian tajam.
"Pengaruh keluarga Denardaud memang besar. Dan kalau lo mau mengusut ini. Lo harus siap dengan semua resiko yang ada."

"Gue si-"

Noah menyipit dan langsung memotong perkataan Erlan.
"Karna bagian terburuk nya adalah, kematian. Lo siap ?"

Tak cuma Erlan yang tertegun, tapi juga ke empat pemuda yang lain. Memang sudah jelas, keluarga Denardaud bisa di bilang keluarga berdarah dingin yang tak segan menyingkirkan para musuh nya dengan segala cara. Bahkan dengan membunuh sekalipun. Dan butuh lawan yang lebih kuat untuk bisa mengalahkan keluarga terpandang tersebut.

Dan keluarga Ivanova, juga jelas termasuk jajaran lawan yang bisa di katakan seimbang bagi keluarga Denardaud.

Tapi, akan menjadi lawan yang lebih kuat jika bisa membentuk sekutu.

"I'm in."

Seluruh atensi langsung tertuju pada Jonathan.

"..."

Bryan melirik Adam lalu beralih pada Steve. Seakan tersambung koneksi. Bryan berkata

"We are in too." Kata pemuda itu mantap.

Erlan tersenyum lebar, lalu menatap Naira yang tertegun, lalu beralih pada Noah yang menyeringai kecil dengan tatapan puas.

"So, What's the plan ?."

Noah terkekeh lalu dengan tenang menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa di belakangnya.

"Easy. I know what do we have to do. But right now. Kita selidiki, bagaimana keadaan tempat persembunyian perempuan itu." 

Erlan membelangak. Steve tersenyum kecil. Bryan dan Adam tersenyum puas. Sedangkan Jonathan menyeringai puas.

Well, the real action is going to started. And they can't wait for that.








Naira : "..."  ( speechless )

Eltalent : Indigo [ Book One ]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz