Bab 10

13 1 0
                                    

Hello gengs. I'm comeback again.

Nah di chapter kali ini aku mau minta maaf banget kalau aku gak nepatin janji seperti yang ada di chapter sebelumnya.

Untuk chapter kali ini, aku bikin pendek lagi gaes. Ada 600 word lebih dikit lah.

Jadi enjoyyyy....

Happy holiday !

######

"Jadi ?."

Bryan berdeham. "Hm, bentar Nai. Kita gak di kasih minum gitu ?. Haus banget loh kita ini. Minum apa aja kek gitu. Air putih doang juga boleh." Katanya dengan tangan yang masih agak gemetar dan jantung nya berdetak kencang.

'Hm... gue lagi jatuh cinta apa gimana nih ?.' Batin Bryan dalam hati. :v

Noah menaikan satu alisnya heran.
"Lo habis ngapain sampai gemetaran gitu ?." Ia juga mendapati Adam dengan kondisi sama, walau wajahnya tak sepucat Bryan, malah tergolong tenang.

"Oh ini, itu... Gak papa sih. Cuman tiba-tiba merinding aja."

Noah melirik pada Naira yang duduk di sampingnya. "Siti ?."

"He em. Dia jatuhin lukisannya sendiri."

Noah melirik pada lukisan yang masih tergeletak di lantai. Lalu mendapati Siti yang tersenyum malu ke arahnya. Noah sendiri hanya menaikan satu alisnya lalu melengos.

Pergerakan aneh itu berhasil tertangkap oleh penglihatan Erlan. Dalam batin dia tersentak, tak percaya dengan kesimpulannya sendiri.

"Di sini gak ada ART. Jadi kalau mau minum, ambil sendiri di belakang."

"Seriously !?. Rumah sebesar ini gak ada ART nya ?. Trus yang bersihin rumah ini siapa ?. Masa lo sendiri, Nai. Gak mungkin." Tanya Bryan terperangah.

"Dateng pagi. Sorenya udah pulang."

"Ohh... gitu." Jawab Bryan mengangguk-anggukan kepalanya.

Noah tiba-tiba berdiri dan berjalan menjauh.

"Mau kemana lo ?." Tanya Jo heran.

"Ambil minum." Jawabnya singkat tanpa menoleh.

Hening sejenak. Sebelum akhirnya suara dingin dan malas Naira mengintrupsi mereka.

"Jadi ?. Info apa yang kalian butuhin ?." 

Erlan berdeham pelan lalu menatap serius pada Naira.
"Hm, oke. Gue mau tanya tentang Alina. Dan gue harap lo jujur tentang ini."

Naira memutar bola matanya malas lalu berdeham, mengiyakan.

"Before she die. What's happen to her ?." Naira terdiam dan hanya menatap datar tepat di netra coklat Erlan.

Tatapan nya menyiratkan kalau pemuda itu tengah menahan gejolak kesedihan yang tiba-tiba muncul, setiap kali dia membicarakan tentang Alina.

"A-apa benar, dia mengalami tindak kekerasan ?." Tanya Erlan dengan nada sedikit bergetar.

"Tidak hanya sekedar itu !!." Seru sebuah suara di kepala Naira. Membuat gadis itu mengernyit.

"Mereka jahat !!. Mereka semua jahat !!." Lagi-lagi Alina berseru bahkan sampai menjerit di kepala nya.

"I hate them all, Naira !!."

"What did they do to you ?." Ucap Naira, masih dengan nada tenang.

"..."

"Alina ?"

"..."

"Alina ?'

"They raped me."

Deg

Seketika Naira tersentak bukan main dan bertepatan dengan itu kilasan-kilasan kejadian langsung menyeruak masuk ke dalam kepalanya. Kejadian yang begitu mengerikan hingga membuat Naira sedikit gemetar.

Erlan berseru keras memanggil namanya. Dan itu sukses membuat Naira sadar dari lamunannya.

Naira mengerjab kan matanya beberapa kali dan agak linglung. Membuat yang lain heran dan agak khawatir.

Tak lama, Noah datang dengan membawa sekantong plastik berisi beberapa kaleng soda. Langsung berlutut di depan Naira dan mengelus lembut lengan gadis itu.

"What happen ?" Tanya pemuda itu pelan dengan nada khawatir yang amat kentara. Dia melirik pada karib-karib nya yang juga tak mengerti.

Naira menghela nafas berulang kali. Jantungnya masih berdetak kencang dan badannya pun gemetar.  Keringat dingin mengalir di pelipisnya.

"It's getting worst, Noah." Gumam nya lirih.

"What happen ?." Ulang Noah lagi dengan nada yang lebih lembut. Yang sukses membuat Erlan membelangak karna pria sedingin Noah bersikap amat sangat lembut.

Naira mendongak. Menatap tepat pada manik mata Noah. Butuh beberapa detik hingga akhirnya pemuda itu mengerti tentang segala hal. Noah segera membawa kekasih nya ini ke dalam pelukannya dan membenamkan beberapa ciuman di puncak kepalanya. Mengusap lengan gadis itu guna menenangkan nya dari kegelisahan.

Mengabaikan berbagai tatapan dari yang lain.

"It's ok. Everything it's gonna be fine." Kata-kata penenang itu di ucapkan berulang kali oleh Noah.

"Apa yang-"

Pemuda itu langsung menoleh. Menatap Erlan dengan dingin dan amat sangat tajam. Membuat Erlan bergidig ngeri.

"Erlan."

"Kita berhadapan dengan musuh yang sama."

#######

Maaf banget ya kalau misalnya gak dapet feel-nya. Maklum, saya masih pemula.

Jadi, yang ada saran dan kritik, boleh kok langsung coment atau dm aku.

Really gaes. Your coment it's suport me so much 😍

Thanks and see you in next chapter 😘

Eltalent : Indigo [ Book One ]Where stories live. Discover now