bab 3

43 2 0
                                    


Sedari tadi Naira menahan kesal karna suara-suara yang terus berdengung di kepala nya. Satu kelasnya kini sedang mengatakan berbagai macam hal tentang dirinya, bukan cuman dirinya tapi juga tentang laki-laki yang duduk di sampingnya.

Mereka tercengang sekaligus merasa takut jika Erlan berdekatan dengan Naira maka Erlan akan terkena imbasnya.

Karna pernah ada juga dulu yang seperti Erlan. Mendekati gadis itu karna menaruh hati padanya, lalu beberapa minggu kemudian, laki-laki tersebut terbaring di rumah sakit dan mengalami trauma berat. Tidak ada yang tau penyebab pastinya, tapi mereka menduga kalau itu berkaitan dengan Naira karna beberapa waktu sebelum laki-laki tersebut terbaring di rumah sakit Naira ada bersamanya. Dugaan tersebut di perkuat karna Naira sama sekali tak mengelak tentang hal itu.

Dan sejak saat itu pula Naira di cap sebagai gadis indigo pembawa sial, bahkan guru-guru pun juga beranggapan seperti itu.

Entah dari mana datangnya sebutan seperti itu tapi yang jelas Naira sama sekali tak pernah merasa terusik akan hal itu dan justru hal tersebut membawa keuntungan baginya karna tidak ada yang berani macam-macam dengannya.

Naira tersenyum tipis mengingat hal itu. Tapi senyum itu lenyap mengingat fakta kalau dirinya kini harus mengalami hal serupa untuk kedua kalinya.

Naira melirik dari ujung matanya kalau kini Erlan tengah menatap heran padanya. Mengerti dengan pikiran laki-laki tersebut Naira berucap pelan.

"Habis pelajaran selesai ada yang pingin gue omongin ke lo. Ini bakal menjawab semua yang ada di pikiran lo."

Erlan mengerutkan kening tanda tak mengerti.

"Kok lo-"ucapnya terpotong karna perlakuan tiba-tiba Naira.

"You are too easy to read." Bisiknya pelan tepat di telinga Erlan. Lalu tersenyum tipis pada laki-laki tersebut.

Erlan membelangak tak percaya. Di sisi lain dia terkejut karna kini wajah mereka begitu dekat dan dia bisa melihat dengan jelas pahatan sempurna wajah Naira yang benar-benar mirip dengan seseorang di masa lalunya.

Mengetahui pikiran Erlan, gadis itu memundurkan wajahnya lalu kembali fokus kepelajarannya.

Dan semua itu tak luput dari pandangan seisi kelas yang sedari tadi menatap mereka.

Erlan sendiri kembali tersadar dari lamunannya lalu memulai untuk memfokuskan pikirannya terlebih dahulu pada pelajaran kali ini. Melupakan sejenak tentang perasaannya yang kini tengah campur aduk.

*******

Disinilah mereka berada. duduk berhadapan di meja yang di sediakan perpustakaan. Letaknya sangat strategis yaitu berada di pojok belakang yang tertutupi oleh rak-rak buku dan beruntung tempat itu tak terjangkau oleh cctv. Tak lupa pula terdapat jendela di sisi dinding nya.

Erlan sendiri masih tidak percaya apa yang terjadi. Rasa-rasanya baru kemarin dia kehilangan mataharinya dan kini dia melihat kembali mataharinya walau dia sendiri tak yakin.

Dalam benaknya Erlan benar-benar bingung bagaimana bisa gadis di depannya ini memiliki wajah yang sangat mirip dengan 'dia'.

'Alina gak mungkin punya kembaran. Dan kenapa dia bisa tau apa yang gue pikirin. Are you mindreader ?'

"Yes. I am." Jawab Naira setelah membaca pikiran Erlan.

Laki-laki tersebut membelangak terkejut lalu mentralkan kembali ekpresi dan rasa keterkejutannya.

"Ok. Tell me everything about you. Dan katakan kenapa lo bisa punya wajah yang sama kayak dia."

Naira tersenyum miring.
"You dont have to know everything about me. Well, Gue bakal kasih sedikit penjelasan. Gue Naira dan gue bisa melihat apa yang gak bisa dilihat manusia biasa. Dan pertanyaan kenapa wajah gue sama kayak Alina gue sendiri juga gak tau. Yang jelas gue bukan kembarannya."

"I see. Your an indigo and you can read my mind. Sekarang gue mau tanya. Apa lo ketemu sama dia ?"

Mendengar pertanyaan itu Naira tersenyum miring.
'Smart and to the point. I like this guy' batin Naira.

"Yes and she also came in my dream. Di mimpi gue dia bunuh diri karna depresi. Now i ask you. Did you know what happen to her.?"

Erlan tampak serius dan rahangnya tampak mengeras seperti menahan sesuatu yang ingin sekali dia luapkan. Terlihat juga buku-buku jarinya yang memutih karna kepalannya yang terlalu kuat.

Menghembuskan nafas dalam, Erlan berucap dengan sendu.

"Yes. I know
"Gue tau apa yang udah dialami Alina. Dan gue juga gak akan pernah maafin diri gue sendiri karna hal itu."

Kembali mengingat kesalahan fatal yang tidak akan pernah dia lupakan. Karna kebodohannya, dia harus kehilangan orang yang sangat berharga bagi dirinya. Kehilangan satu-satunya matahari di saat kegelapan selalu menyerangnya.

Menghela nafas panjang, Naira menyangga dagunya dengan satu tangannya sambil satu tangan lain mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya. Ekspresi malas tercetak di wajah cantiknya.

"Sebenernya gue gak peduli tentang penyesalan yang udah lo perbuat. Can you just tell me why she's so depresed."

Erlan mendongak tak percaya. sungguh, apa gadis di depannya ini tidak sadar kalau kata-katanya benar-benar sangat menusuk.

'Wajah bisa sama, tapi sifat jelas sangat berbeda.'

Erlan kembali mengingat dengan jelas. Alina adalah orang yang sangat ramah dan berhati bak malaikat, dia juga tak pernah mengeluh dalam hal apapun bahkan dalam keadaan sesulit apapun itu. Alina juga selalu menggunakan kata-kata yang baik bahkan dia tidak pernah berkata kasar sedikitpun. Dan yang tidak akan pernah dia lupakan adalah senyuman lembut dan tulus yang selalu alina berikan.

Sangat jauh berbeda dengan gadis di depannya ini. Jangan kan ramah, tersenyum pun sama sekali tak terlihat. Gadis di depannya ini selalu terlihat datar tanpa ekspresi. Andaikan jika senyuman menghiasi wajah cantik Naira sudah di pastikan semua laki-laki akan bertekuk lutut padanya.

Naira memutar bola matanya malas. Dia jelas dapat mendengar apa yang sedari tadi di pikirkan oleh laki-laki tersebut.

Membandingkan dirinya dengan gadis baik nan polos seperti Alina, itu sama sekali tidak membantu untuk mengubah sifat alami Naira. Lagipula dia mengubah sifatnya ataupun tidak, tanggapan orang lain terhadapnya tidak akan pernah berubah.

Dia akan tetap di cap sebagai gadis indigo pembawa sial. Dan akan selalu seperti itu.

******

Eltalent : Indigo [ Book One ]Where stories live. Discover now