7 - Preman dan Bunga

Start from the beginning
                                    

"Yaudahlah gak usah ngurusin hidup orang lain." Ruwi berniat menghentikan topik itu, namun sepertinya Mila masih enggan.

"Ada juga rumor yang beredar kalau bokapnya Vano adalah profesor di kampus kita."

"Masih rumor jangan langsung percaya, bisa aja itu hoax. Kalo beneran hoax, nanti lo bisa dikenai pasal 14 dan 15 KUHP karena menyebarkan informasi palsu."

"Widih, ada gunanya juga punya teman anak Hukum." Kata Mila seraya menepuk bahu Ruwi dengan keras.

Ruwi tersenyum kesakitan. "Gue juga bersyukur punya teman anak teknik kayak lo," ucapnya yang membuat Mila tersipu.

"Sekarang lo benerin antenanya deh," lanjut Ruwi seraya melirik layar TV yang sudah tidak jernih itu.

"Anjirrr... Gue tuh teknik sipil, Lo kira gue teknisi apa!"

👣👣👣

Seperti yang sudah diagendakan, pukul 10.00 Ruwi sudah tiba di Fakultas Hukum untuk mengikuti latihan drama musikal. Meskipun mendapat peran pembantu yang hanya tampil sekelebat, Ruwi tetap harus menghadiri latihan yang dijadwalkan setiap akhir pekan.

"Hai, kita satu kelas 'kan?" tanya Ruwi saat perjalanan menuju gedung fakultas Hukum. Ia merasa mengenali postur tubuh laki-laki yang berjalan tak jauh darinya.

Pria itu menengok kanan-kiri mencoba memastikan kalau dialah yang sedang diajak bicara. Sedetik kemudian, ia terkejut saat Ruwi tersenyum hangat ke arahnya.

"Iya, gak salah lagi, kita satu kelas. Oh iya, namaku Ruwi." Ruwi mengulurkan tangan, mengajak salaman.

"Chandra." Cowok itu memberitahu namanya sambil menjabat tangan Ruwi singkat.

"Chandra," ulang Ruwi disertai anggukan samar. "Kamu juga ambil peran buat inaugurasi?"

Cowok berkacamata itu dengan malu-malu menjawab. "Sebenarnya aku gak pengen ikut, tapi ketua angkatan kita memilih orang secara acak. Dan aku salah satu dari orang yang terpilih."

"Sama, aku juga gak pengen ikut tampil. Tapi Risti malah daftarin aku. Kamu kenal Risti 'kan? Dia juga sekelas dengan kita."

"Tau kok, kalian 'kan bareng terus."

Ruwi tersenyum. "Oh iya, kamu berperan jadi apa?"

"Pohon."

"Enaknya jadi pohon, daripada aku jadi penari latar. Padahal aku gak bisa nge-dance sama sekali."

Chandra mengangguk pelan. "Tapi jadi pohon harus berdiri 2 jam lebih."

"Gampang kalo itu. Saat kerja aku bahkan berdiri 3 jam nonstop." Ruwi tersenyum.

Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kedatangan seseorang. "Hei! Lo back dancer 'kan?" Suara bass itu terdengar setelah orang itu tiba di hadapan Ruwi.

Laki-laki itu bernama Zaidan. Mahasiswa yang terkenal dengan julukan preman kampus karena penampilannya yang dingin dan garang.

Ruwi menelan salivanya susah payah. "Iya, aku back dancer," jawabnya lirih.

"Cepetan ke gedung teater. Back dancer udah mulai latihan koreografi."

Ruwi mengangguk, buru-buru ia memutus pandangannya karena tak tahan mendapat tatapan dingin dari preman kampus itu.

"Chandra aku ke aula dulu, ya." Ruwi berpamitan kepada Chandra sebelum akhirnya berlari kencang menuju gedung teater.

Chandra hendak menyusul saat melihat kepergian Ruwi. Namun, niatnya itu langsung dicegah Zaidan.

STALKER - Beside Me [REVISI] ✔Where stories live. Discover now