"Hah, anak itu bahkan tak sempat bertanya kemana kita liburannya dan buru-buru menyuruh Erik memesan tiket ke Jerman"

Garendra menghela nafasnnya kuat. Ia khawatir dengan si bungsu, meski dirinya yakin anaknya itu akan baik-baik saja. Tapi rasa khawatir itu tetap saja ada.

"Ayah, apa kita terlalu memaksakan keadaan? Kita bawa Marsha diam-diam ke sini, padahal kita tau mereka berdua paling tidak bisa berpisah lama. Apa kita gak terlalu jahat yah?"

Serena pun sama khawatirnya. Liburan mereka juga tak begitu berhasil membuat Marsha bahagia dan menikmati liburannya. Pun juga si bungsu yang mereka tinggalkan dengan maksud agar lebih fokus bekerja dan tak melulu mencari si mungil, nyatanya tak bisa dikatakan dalam keadaan baik juga. Serena merasa begitu jahat memisahkan kedua remaja itu. Padahal niatnya dan suami itu baik.

"Kamu ngomong apa sih sayang? Kita kan niatnya baik, ya meskipun endingnya gak sesuai harapan kita. Tapi kamu gak boleh merasa bersalah gitu yaa? Kita gak salah sayang, kita bukan orang jahat okee?"

Serena mengangguk meski masih dengan ekspresi sendunya. Garendra menarik sang istri ke pelukannya dan menenangkannya. Memberi kecupan-kecupan kecil di kepala istri kesayangan. Dan pelukan berlangsung cukup lama dan hampir membuat Serena tertidur. Hampir saja sebelum pekikan nyaring di belakang Garendra.

"Iiih, ayah sama bunda kok pelukan gak ajak Marsha?? Marsha kan mau peluk jugaaa.. Marsha kan lagi sedih dan butuh pelukan. Huaaaa, Marsha jadi rindu pelukan Gavin. Huaaaa, Gavviiiinnn........"

Sepasang suami istri itu meringis mendengar teriakan Marsha yang kini menangis dramatis di dalam kamarnya.

"Besok kita pulang. Sekarang ayah mau hubungi Gavin, biar dia pulang juga.."

Gavin terbangun mendengar ketukan pintu kamarnya. Terdengar suara seorang yang mungkin pelayan hotel menawarkan sarapan untuknya. Dan dengan malasnya, Gavin menolak sambil berteriak. Ia benar-benar malas untuk menggerakkan badannya. Kasur hotel itu seakan memeluknya erat dan tak mau melepaskannya.

Bahkan Gavin mengabaikan dering ponselnya yang berbunyi dari tadi. Mungkin itu Erik, pikirnya.

Gavin akan kembali menutup matanya, namun dering ponsel kembali berbunyi dan tak berhenti meski Gavin membiarkannya. Dan dengan malasnya, Gavin menggerakkan tangannya dan mengambil ponselnya yang ada di nakas.

"AYAH?" teriak Gavin tanpa sadar saking bahagianya melihat kontak sang ayah yang menghubunginya.

"HALO AYAH"

Dan Gavin kembali berteriak memuat Garendra di seberang sana meringis dan mendengus geli mendengar nada suara Gavin yang seperti anak kecil yang baru menerima hadiah yang diinginkan.

"Halo anak ayah. Kamu baik? Lagi dimana?"

"Gavin baik. Di Jerman. Kalian dimana?"

Dan suara Gavin kembali datar setelah mendengar nada mengejek dari sang ayah. Rasa rindunya dengan si mungil membuatnya tak bisa mengelakkan euporia saat melihat ayah menghubunginya.

"Oke Yah. Gavin berangkat sekarang.."

Gavin segera menutup ponselnya dan buru-buru mengemasi barang bawaannya. Ia akan pulang hari ini. Garendra sudah memberi tahu dimana mereka berada dan juga mengatakan akan pulang hari ini. Dan menyuruh Gavin segera pulang juga. Gavin mengiyakan dengan cepat, tanpa di suruh pun ia akan pulang.

"Halo pak. Maaf kalau menganggu, bisa antar saya ke bandara sekarang?"

"....."

"Oke. Saya tunggu di hotel, cepat ya pak. Terimakasih"

Gavin memesan tiket dan mendapat keberangkatannya siang ini. Dan Gavin sudah berada di bandara sekarang, padahal keberangkatannya masih sekitar 3 jam lagi. Anak itu benar-benar tak sabar bertemu Marsha, si absurd kesayangannya.

"MARSHAAA...."

Gavin berteriak heboh dari taksi yang masih berjalan masuk ke pekarangan rumah. Gavin tak sempat memberi tahu Erik mengenai kepulangannya. Jadi ia pulang dari bandara dengan taksi saja, lebih cepat dari pada menunggu jemputan.

"MARSHA? SAYANG?" dan Gavin masih berteriak saat turun dari taksi dan berlari ke arah pintu rumah. Mengetuknya heboh.

"MARSHAA?"

Dan Gavin makin brutal mengetuk pintu rumahnya saat mendengar teriakan Marsha yang sepertinya sedang menuruni tangga sambil berlari meneriakkan namanya juga.

"HUUUAAA, GAVIIIINNN..."

"TUNGGUIN MARSHA YAA, TANGGANYA BANYAK SEKALI INI. Hiks... kenapa kaki Marsha gemetaran..."

"GAVIIINN, KAKI MARSHA SEPERTINYA LUMPUH, HUAA..."


terimakasih sudah mau membaca..

jangan lupa vote dan komentarnya yaaauu, hihi.. 

Hei, nona absurd!Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα