2. New Case

27.5K 3.4K 1K
                                    

Anavia

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Anavia

"Sorry banget, Ssy, gue harus balik ke Istana soalnya ada tugas dadakan."

"Yah, yah, tega banget lo gue baru dateng juga. Ada apa sih? Serius banget kayaknya."

Gue tersenyum lalu memegang bahu Rossy pelan, "Urusan penting, ntar bekas minumannya gue ganti pake OVO ya! Dadah Rossy, salam buat Iyon!" ucap gue kemudian pergi begitu saja. Diliat dari polosnya perempuan itu sih, gue yakin Rossy gak mendengar ucapan Pak Bara. Bahaya kalo denger, bisa-bisa dia teriak soal hilangnya presiden yang begitu mendadak.

Cibinong City Mall rame banget malam ini, mungkin karena sekarang malam minggu sehingga banyak kawula muda yang keluyuran di area pusat perbelanjaan ini. Langkah gue dipercepat, beberapa panggilan yang masuk membuat gue makin khawatir sama keadaan presiden sekarang. Lagian hidupnya tuh ada-ada aja deh, harusnya gue gak percaya pas Pak Dirga kasih libur tadi sore. Feeling gue paling bagus selama di militer, terbukti juga kan kalau sekarang Pak Dirga hilang— sesuai dengan firasat gue tadi siang?

"Beneran hilang, Nav."

Gue berdecak ketika suara Mahesa terdengar. Katanya Mahesa masih di Istana dan baru berniat buat pergi keluar ketika salah satu anggota Paspampres mengumumkan kehilangan Pak Dirga. Bener-bener nih presiden, Paspampres sama Asisten Ajudan aja sampe kecolongan dan gak tau kapan dia keluar dari kamar.

"Udah dicari di semua sudut Istana?"

"Udah, tadi Paspampres langsung menyisir Istana dan VVIP gak ditemukan dimanapun."

"Aduh ... " gue mengaduh, berdiri bingung didepan pilar besar dekat pintu masuk mall dengan sebelah tangan yang tertekuk di pinggang. Minuman gue kemana dah, ketinggalan di outlet apa gimana? "Hapenya udah dilacak belum? Udah ditelepon?"

"Lagi dilacak sama tim keamanan, teleponnya sibuk terus." Katanya, gak kalah frustrasi dari Pak Bara yang memutus panggilan begitu saja setelah memerintahkan gue untuk kembali ke Istana. "Eh, Nav." katanya, membuat gue yang hendak membuka mulut harus kembali bungkam untuk mendengar lanjutan ucapannya.

"Ini di CCTV ... "

"Apa?"

"Dia keluar, sendiri, pake motor."

"Hah?! Jam berapa itu?"

"Jam enam lebih empat puluh menit, berarti setengah jam yang lalu." Katanya.

"Oke, lacak posisinya, biar Nav yang coba telepon bapak. Tutup ya, Sa!" Gue menutup panggilan, masih mencoba membagi konsentrasi buat nyari taksi yang entah kenapa malem ini gak ada yang lewat kedepan lobi mall. Kalo Pak Dirga pergi setengah jam lalu, pasti posisinya gak jauh dari istana. Dengan lalu lintas Bogor yang lumayan padet malam ini, kemungkinan Pak Dirga masih ada di sekitaran Bogor. Tapi karena banyak banget tempat ramai di kota ini, gue gak bisa memastikan dia ada dimana apalagi selama tiga bulan ini Pak Dirga belum pernah keluyuran di daerah sini.

RI 1Où les histoires vivent. Découvrez maintenant