21. [Last Part] Miracle

39.1K 2.8K 1K
                                    

Anavia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Anavia

Kalau harus dikata, apa yang gue alami semenjak terror pertama datang benar-benar diluar perkiraan. Gue gak pernah membayangkan pernikahan, bahkan gue sampai berpikir untuk gak nikah aja dan hidup sendiri selamanya karena pekerjaan yang gue punya. Tetapi tanpa diduga-duga, gue diberi tugas gak masuk akal yang mengharuskan gue menikahi orang nomor satu di negeri ini; Dirgasatya Kalingga, Presiden Republik Indonesia yang hidupnya dirundung oleh bahaya.

Gue juga tidak pernah membayangkan akan jatuh cinta kepada dia. Gue bahkan siap menjanda, tetapi ketika saatnya telah tiba gue malah tergila-gila oleh lelaki itu hingga tak ingin dipisahkan. Gue gak pernah menyangka bahwa gue akan merasakan apa itu yang dinamakan cinta. Apalagi dengan Pak Dirga, gue banyak dibawa menjelajah ke sebuah dunia baru yang tak pernah gue tapaki. Gue dicintai, gue disayangi, dan gue dibutuhkan sampai-sampai gue merasa kala cumau gue lah satu-satunya perempuan paling bahagia di dunia.

Kadang pikiran serandom ini sering melintas di benak gue; harusnya gue berterimakasih pada Alex Darmawan karena berkat dia gue jadi dipersatukan dengan Pak Dirga. Setelah kepergian lelaki bajingan itu, hidup gue dan Pak Dirga terasa begitu aman dan juga tenang. Satu per satu masalah terselesaikan, mega skandal Surya Corp diusut hingga tuntas tanpa menyisakan satu ekor tikus pun disana. Perlahan-lahan, Indonesia mulai menunjukkan kesehatannya. Pemerintahan yang bersih, hutang-hutang yang berkurang, bahkan seluruh rakyat Indonesia pun mulai merasakan efek baik dari kemajuan bumi khatulistiwa ini.

Nama gue menjadi topik yang ramai diperbincangkan oleh masyarakat banyak. Kayaknya artis-artis sensasional pun kalah populer dengan ketenaran gue sekarang. Setiap memiliki kegiatan sendiri, secara otomatis gue akan menjadi pusat perhatian dari seluruh hadirin serta masyarakat yang datang. Ini sudah sebulan sejak penusukan itu terjadi. Meski tidak bisa melupakannya, gue mulai bangkit perlahan-lahan dan mampu menjalankan kegiatan sehari-hari tanpa harus menyalahkan siapapun lagi.

"Cantik banget Ibu Negara."

Sepertinya ini sindiran, soalnya gue baru aja pulang dari panti rehabilitasi sosial yang ada di daerah Kuningan dan penampilan gue acak-acakan. Selain karena banyak dicubit oleh ibu-ibu dari komunitas sukarelawan, gue juga bermain beberapa games dengan para penghuni panti rehabilitasi di lapangan yang terik oleh sinar matahari.

"Cantik apa kucel?" tanya gue seraya menjinjing sepatu menuju tempat penyimpanan. Kalau dipikir-pikir ngeri juga masuk Istana sendirian, vibesnya mirip bangunan tua di era penjajahan Belanda dulu.

"Cantik, tapi bakalan lebih cantik lagi kalau Ibu Negara mandi dulu." senyumannya kalem, tapi nyebelin. "Atau mau dimandiin? Yuk, say—"

"Enggak!" Tolak gue secara tegas. Gue kapok dimandiin Pak Dirga, pasalnya pas dirawat di rumah sakit satu bulan lalu, beberapa kali gue dimandiin sama dia dan cara mandiinnya tuh kayak lagi mandiin kebo. "Saya mandi sendiri aja, bapak gak usah macem-macem."

RI 1Where stories live. Discover now