11. Enviousness

20.1K 2.9K 614
                                    

Anavia

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Anavia

Kejadiannya terjadi dengan sangat cepat, saat ini otak gue masih belum mampu memproses apa yang barusan menimpa gue dan juga Pak Dirga di lahan hijau dekat gerbang utama ini. Yang gue ingat, seorang perempuan bertubuh kurus berjalan dari arah Kebun Raya. Gerak-geriknya mencurigakan, pasalnya dia berhenti tepat didepan pagar yang posisinya sejajar dengan tempat gue berdiri. Wajahnya ditutupi oleh masker kesehatan, perempuan itu mundur kebelakang kemudian melemparkan sesuatu kearah gue dan Pak Dirga meski meleset beberapa meter ke samping kanan.

Sadar bahwa benda yang dia lemparkan berbentuk seperti buah pinus, cepat-cepat gue meraih tangan Pak Dirga karena bisa dipastikan benda yang dilemparnya merupakan granat tangan berjenis fragmentation grenade. Asal lo tau, benda kecil tersebut biasa digunakan untuk melakukan serangan mematikan karena mengandung komponen berbahaya seperti serpihan kawat, kaca, dan bola-bola besi. Granat itu juga bisa menimbulkan ledakan besar, radius ledakannya bisa mencapai 30 meter dengan asap yang dibuat beracun atau tidak.

Sepertinya gue kurang cepat, suara ledakan langsung terdengar tak lama setelah benda itu dilemparkan. Kenapa sih Pak Dirga gak ngeliat kedatangan lemparan tersebut? Mana pas gue tarik dia susah banget lagi, kayak yang bingung dan mau nolak gitu. Daripada menimbulkan resiko buat Pak Dirga, akhirnya gue menjatuhkan laki-laki itu hingga dirinya tersungkur di atas tanah. Cepat-cepat gue menindih tubuhnya, memberikan dia perlindungan supaya isi serpihan itu tidak mengenai dan melukai tubuhnya.

Kali ini Paspampres yang mengikuti kita bergerak dengan cepat, anggotanya langsung dikerahkan untuk melakukan penangkapan. Sempat terdengar suara tembakan sebanyak dua kali, asalnya dari Pak Bara yang entah sejak kapan berada didekat gue dan Pak Dirga. Dia melompati pagar, setelahnya gue gak bisa mengetahui apa yang terjadi karena pandangan gue benar-benar terbatas. Jeritan kaget langsung terdengar secara bersahutan, pasti sumbernya dari warga sipil yang sedang berjalan di trotoar jalan. Kaki gue mulai mati rasa, kayaknya beberapa serpihan granat itu berhasil mengenai kulit gue deh soalnya tangan gue yang jauh dari semburan aja sampai mengeluarkan darah segar.

Anggota Paspampres yang tidak melakukan pengejaran memberikan gue dan Pak Dirga perlindungan. Sumpah, pelakunya amatiran banget. Dari perawakannya dia gak keliatan seperti tentara atau orang yang berkemampuan khusus. Meskipun lo cewek, ketika lo bergabung kedalam sebuah satuan atau organisasi terror dan semacamnya, lo akan menampilkan ciri fisik yang khas. Badannya pasti berproporsi, tetapi cewek itu cuma menang dalam caranya megang senjata dan lempar granat dengan titik yang hampir akurat. Gue pengen banget berdiri, tapi kaki gue sakit banget makanya sekarang gue cuma bisa nemplok diatas badannya Pak Dirga. Laki-laki yang kehilangan refleksnya selama beberapa saat itu langsung menjatuhkan gue ke tanah, lantas segera bangun dan cukup terkejut ketika melihat keadaan gue sekarang.

"Navia!" Teriaknya kencang, tangannya yang gemetaran mengambil ponsel di saku celananya. Laki-laki itu menelepon seseorang, gue tebak pasti orang itu adalah Mahesa yang sekarang diperintahkan untuk membawa mobil dari garasi Istana.

RI 1Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon