16. Confession

26.2K 3K 836
                                    

Engkau tahu aku mulai bosan,Bercumbu dengan bayang-bayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Engkau tahu aku mulai bosan,
Bercumbu dengan bayang-bayang.
Bantulah aku temukan diri,
Manyambut pagi membuang sepi.

Izinkanlah aku kenang sejenak perjalanan,
Dan biarkan kumengerti apa yang tersimpan dimatamu.

—Elegi Esok Pagi

-----

DK

Paska pergi tanpa izin ke makam hari itu, Navia tidak berbuat macam-macam lagi dan terus berada di sekitar saya. Berkali-kali saya memperingati dia supaya tidak pergi sendirian, meskipun dia bisa melindungi dirinya sendiri, tetap saja perempuan itu masih sakit dan keadaannya sama-sama terancam seperti saya. Siang ini sidang perdana Alex Darmawan akan dilakukan, dan saya punya jadwal mengunjungi acara Food Festival dalam rangka memperingati hari jadi Kota Bandung di Balaikota Bandung makanya tidak bisa hadir sebagai saksi di hari pertama.

Navia dan saya berdandan rapi, saya berangkat menggunakan Pesawat Kepresidenan dari Bandara Halim menuju Husein Sastranegara pada pukul delapan pagi. Kedatangan saya dan Navia di Balai Kota Bandung mendapat sambutan antusias dari warga, tentu saja perempuan itu menjadi pusat perhatian karena tengah menjadi idola baru di kalangan masyarakat. Selain cantik— katanya, Navia juga hebat karena telah menyelamatkan saya dari teror pengeboman rusa di Istana. Kekaguman mereka semakin bertambah ketika tahu bahwa Navia berasal dari Komando Pasukan Khusus. Dia langsung diserbu oleh ibu-ibu, tepatnya untuk diajak berfoto bersama tanpa tahu situasi bahwa mereka semua sedang berada dalam sebuah acara penting.

Navia bisa berbaur dengan mudah bersama masyarakat yang hadir disana, dia bahkan tak segan untuk mendengar keluh kesah mereka semua. Perempuan itu banyak mengobrol bersama Dharma Wanita yang hadir. Tidak hanya mengobrol, dia juga menggendong seorang bayi kecil yang terus menerus menangis kemudian mencoba menenangkannya. Tebak apa? Navia berhasil melakukannya. Melihat hal itu, seketika saya tersenyum tanpa alasan apalagi saat Mahesa menggodai saya supaya saya cepat-cepat membuat Dirgasatya junior. Kamu hanya tidak tahu, Sa. Kamu tidak tahu bagaimana hubungan saya dengan Navia makanya bisa berbicara seenteng itu kepada saya.

"Belum isi pak, Ibu Navia-nya?"

Pertanyaan tersebut saya dapatkan dari Walikota Bandung yang kebetulan ada tepat disebelah saya. Dengan pelan saya menggeleng, "Belum, pak. Doakan saja semoga segera." jawab saya sambil tersenyum canggung.

"Udah cocok banget itu Bu Navia gendong bayi, mudah-mudahan segera dikasih momongan. Usahanya diperkeras, supaya peluangnya makin besar." Katanya, kami berdua tertawa. Padahal dalam hati saya memisuh karena sedikit tersinggung dengan ucapannya. Mau bikin bayi gimana, toh tiap tidur saja kami berdua saling memunggungi.

Acara juga dimeriahkan oleh Fun Games dan pertunjukan kesenian lokal. Food Festival dalam rangka memperingati hari jadi Kota Bandung ini berlangsung meriah karena diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat yang hadir. Saya terus mewanti-wanti pada ajudan Navia serta Paspampres yang mengikutinya, mereka harus memastikan bahwa makanan yang dicicipi Navia tidak mengandung susu karena perempuan itu intoleran terhadap laktosa. Semakin siang acara semakin ramai, saya sudah cukup lelah sehingga memutuskan untuk beristirahat di sebuah tenda yang telah disediakan oleh panitia bersama dengan Navia— sang Ibu Negara.

RI 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang