CHAPTER 22

9.1K 1.2K 876
                                    

•Jangan lupa click play multimedia sebagai sound pendukung

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Jangan lupa click play multimedia sebagai sound pendukung.
Maaf jika terdapat banyak typo.
Happy Reading ❤

Warning! Chapter ini cukup panjang, 4000+ words mungkin bisa nyebabin kalian ngantuk wkwkwk.

Chapter 22

       Jisoo menyeka keringatnya, saat keluar dari salah satu butik megah di daerah Gangnam. Hari ini dia mencoba melamar pekerjaan di butik yang cukup terkenal itu. Ini adalah butik ketiga yang Jisoo datangi, sejauh ini sih tidak ada yang menolak dia untuk bekerja termasuk butik yang ketiga ini. Karena Jisoo terbukti lulusan terbaik, jadi mana ada butik yang menolak jika dia melamar kerja kan?

Tapi Jisoo menolak mereka, karena kurang suka dengan karyawannya yang kurang bersahat. Atau sekedar bossnya yang genit. Ya pokoknya tidak cocok di Jisoo.

Jadi mau tak mau dia harus benar-benar mencari butik yang cocok dengannya agar dia mudah beradaptasi.

Dia menepi ke bangku depan butik itu, tangan kanannya menggenggam dua tangkai mawar merah. Tadi di butik pertama dia di beri setangkai mawar merah oleh anak kecil laki-laki. Dan kedua kalinya ketika Jisoo datang ke butik kedua. Anak kecil perempuan menghampirinya memberikan satu tangkai mawar merah yang sama seperti sebelumnya.

"Siapa ya?"

Jisoo bertanya pada diri sendiri, siapa gerangankah yang memberinya mawar merah dengan perantara bocah laki-laki dan perempuan tadi. Mereka berdua tidak memberitahu dari siapanya, mereka hanya bilang di suruh untuk memberikan mawar tersebut pada Jisoo tanpa memberitahu sang pengirim.

Jisoo menarik nafasnya dalam, melirik ke arah arloji yang bertengger di pergelengan tangan kirinya. Sudah menunjukkan pukul setengah dua siang. Sepertinya mencari butik untuk melamar bekerja lebih baik dilanjutkan besok lagi saja.

Sekarang Jisoo berniat mengunjungi cafe favoritnya di daerah Gangnam. Menghabiskan waktu siangnya hingga sore dengan membaca novel favoritnya sembari menyeruput ice frappucino seperti biasa.

Dia menunggu di halte bus, karena jarak dari butik sebelumnya ke arah cafe itu lumayan jauh sekitar 5 menitan jika naik transportasi. Jika jalan kaki bisa lebih dari 5 menit.

"Permisi."

Tiba-tiba seorang wanita paruh baya menyapanya, di kala Jisoo baru saja duduk di bangku halte.

"Iya? Ada apa ahjumma?"

Jisoo membalas sapaan wanita itu dengan senyum ramahnya.

"Apa benar nama mu Kim Jisoo?"

Jisoo mengangguk mengiyakan pertanyaan wanita itu.

"Ini, bunga mawar untuk gadis cantik seperti mu."

Winter Bear [TELAH TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora