1. Kesibukan

4.4K 200 4
                                    

"oke, untuk acara penutupnya berarti konsepnya sudah fix, sisa eksekusi. Udah mateng berarti kayak umurnya pak Wawan" laki-laki yang sedari tadi memimpin rapat itu kembali mengundang tawa teman-temannya dengan menyebutkan salah satu nama dosen yang umurnya sudah hampir 60 tahun.

"ya elah Mal, itu Namanya kematengan" sahut salah seorang cowok yang menjadi peserta rapat.

"selanjutnya tim publikasi" Malik kemudian mengarahkan pandangannya kepada perempuan dengan jilbab hitam di ruangan itu.

"untuk publikasi sendiri saat media promosi utama kita adalah social media, paling utama sih Instagram. Media partner kita juga siap buat muat event kita. Kita juga dapat space di billboard Garda building, kebetulan yang megang itu adalah alumni sini meski gak sebesar di pusat kota tapi disana juga luamayan ramai. Untuk baliho dan umbul-umbul kita udah dapat izin dari pemprov buat masang. Titiknya seperti yang gue sebutin di rapat kemarin. Terakhir biar lebih kekinian tim gue udah bikin filter untuk snap Instagram jadi saya harap selesai dari sini kalian bisa pake dan share ke yang lain." Gadis menjelaskan dengan baik setiap poin yang tercatat rapi di buku catatan warna abu gelap miliknya.

"Media partner kita sekarang berapa?"

"sepuluh"jawaban gadis itu membuat Malik mengangguk-anggukan kepala.

"eh, tadi saya cek di Instagram belum ada postingan baru"

"oh, sebentar soreh udah di update kok. Tadi ada revisi sedikit masalah tanggal lomba yang jadwalnya di tukar" jelas gadis itu.

"baliho sama umbul-umbul kapan bisa dipasang? Lebih cepat dari deadlinenya bu Fika lebih baik loh Nay"

Gadis bernama Naya itu tertawa samar sebelum menjawab "kalo pasang memasang sebenarnya udah bisa sih. Tergantung kesanggupannya tim support"

Tim support sendiri adalah mereka malas mikir dan lebih memilih untuk menyumbangkan tenaga mereka demi kelancaran event jurusan mereka.

"kalo tim gue lagi kosong sih jadi besok bisa di cetak terus disebar. Tim babu kayak gue siap perintah kok Mal" jawab cowok dengan rambut ikal yang menyentuh bahu itu.

"ya elah, gue udah keren-kerenin namanya jadi tim support loh Bis, oke jadi besok ya" cowok itu mecatat setiap keputusan rapat di bukunya.

Sekitar 30 menit kemudian barulah rapat tersebut berakhir. Beberapa dari mereka mulai meninggalkan ruangan.

"Mal, kamu balik sama siapa?" cewek dengan rambut sebahu yang tadi ikut rapat menghampiri Malik yang masih diposisinya saat rapat.

"eh, Winda. Kebetulan gue udah dibooking si Nyai" Nyai yang di maksud oleh Malik adalah Naya, cewek yang sering kali di jadikan tameng olehnya.

Naya yang sedang memasukkan bukunya kedalam tas menghela napas, seolah sudah menebak dirinya akan di jadikan tameng lagi.

"lu gak ada yang anter?" tanyanya yang di jawab anggukan lesu oleh Winda.

Cowok yang tadi menyebut timnya sebagai tim babu berjalan mendekat "Malkis, gue balik duluan ya"

"Bisma, lu kosong gak?" tanya malik.

"kalo yang lu maksud hati gue sory yah. Irene udah gak bisa diusir"

"Mimpimu ketinggian Bis, modal nontonin doi di yutub aja udah ngaku ngku pengisi hati" Naya gemas sendiri setiap kali Bisma mengaku ngaku sebagai belahan jiwa dari salah satu member girlband asal korea itu.

"lu kan tukang ojek yang di bayar pake senyuman nih Bis, lu ada penumpang gak?"

"Malkis sialan. Winda gak ada yang anter ya. Yaudah ayo"

"Makasih ya Bis," akhirnya Winda mulai bersuara.

"nama gue Bisma, pake M pake A bukan cuma Bis, Bis itu kendaraan," Bisma tampak kesal dengan teman-temannya yang sering memanggilnya setengah-setengah itu. "tunggu di depan ya Winda, gue ambil motor dulu"

"Oke."

Berselang berapa lama kemudian Bisma, Winda dan teman mereka yang lain meninggalkan ruangan itu.

"lu kenapa sih anti banget sama si Winda?"

"ya elah Nay. Rumah Winda kan jauh,"

"Bukan itu maksud gue Mal, lu keliatan gak sreg gitu sama dia"

"sebagai cewek lu tau kan maksud dia?"

"iya iya, makanya gue tanya kenapa lu nge jauh. Winda cantik kok, kalem."

"males aja gue, masa nih ya rapat kemarin dia gak bikin notulen, alasannya pulpennya macet. Terus minta catatan gue. Bikin notulen gak harus pake pulpen kan Nay. HP dia kayaknya dipake Cuma buat bikin story hemat akhir bulan tapi latarnya di resto."

Naya tergelak, kekesalan malik punya sekertaris panitia seperti Winda memang bukan main-main.

Mereka berjalan bersisian meninggalkan ruang rapat menuju luar Gedung.

"yaa kan itu hemat versi dia, jangan benci-benci amat lu sama Winda, ntar jadi suka"sindir Naya. Naya jelas-jelas tahu, Malik itu tidak suka cewek tipe Winda yang hedonnya di umbar-umbar.

"sialan lu Nyai, dompet gue dan segala penghuninya gak bakalan ngerestuin kami."

"pelit amat jadi cowok."

"bodo amat!"

"gue tunggu disini aja kali ya," mereka sudah ada di luar Gedung.

"jangan manja deh Nay. Parkiran sama gerbang kan searah."

Naya kembali ogah-ogahan mengikuti Malik menuju parkiran.

Memasuki kompleks perumahan tempat kostan Naya, Malik memperlambat laju motor matiknya.

"eh Nay, kayaknya tadi keluapaan sesuatu deh!"

"astaga! Dimas ngechat nih, katanya dia sama Arya udah nunggu dari tadi."

"santai aja kali, palingan mereka masih mabar" Malik mulai memutar motornya untuk Kembali keluar kompleks.



TeBeCe

Dunia kampus Naya [Tamat]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ