31. Lari dan Menghindar

816 84 2
                                    

Hari pertama Naya sebagai Mahasiswi semester enam tampaknya tidak baik-baik saja. Yang pertama ia terlambat bangun karena masih terbawa jadwal lama yang tidak ada perkuliahan pagi di hari senin. Yang ke dua, ia harus berjalan kaki karena terlambat bangun sementara Feby sudah tiba dikampus. Yang ketiga, Manusia yang dihindari Naya kini menghentikan motor tepat di samping Naya yang berjarak sekitar 100 meter dari gerbang kampus.

"Naik, Nay! Udah telat banget loh ini," Ucap Malik.

Naya masih menimbang-nimbang. Jika tetap berjalan kemungkinan besar ia akan terlambat karena jarak gerbang universitas ke fakultas teknim lumayan jauh. Tapi jika naik dimana harga diri Naya? Dirinya masih kesal dengan Malik.

"Udah deh Nay, gak usah gengsi. Anggap aja darurat! Atau lo mau jadi tontonan disini? Terus masuk akun lambe-lambe kampus dengan kapsyen ceweknya lagi ngambek dibujukin gak..."

"Yaudah gue naik!"

Naya kemudian menempatkan dirinya diatas jok motor Malik dengan posisi menyamping, tidak seperti biasanya.

"Selesai kelas biacara yuk Nay!"

Naya diam tidak menghiraukan ucapan Malik.

"Nay, bicara sama gue ya? Gue mau jujur-jujuran sama lo. Biar kita sama-sama lega," Malik menghela nafas, masih belum ada respon dari Naya.

Malik memilih ikut diam, menikmati keheningan diatas motor menuju gedung fakultas. Setiba di parkiran fakultas teknik, Naya buru-buru turun dan segera meninggalkan Malik. Padahal biasanya selambat apapun mereka datang Naya akan tetap menunggu Malik selesai membenarkan posisi motornya dan berjalan beriringan menuju ruang kelas.

"Bujukin cewek ngambek gini amat!" Gerutu Malik.

Naya tiba di ruang kelas bersamaan denga dosennya, Ibu Rika yang super disiplin dan perfeksionis, salah satu dosen killer di  Departemen Teknik Elektro khususnya Teknik Telekomunikasi.

"Untuk semester 6 saya mengampuh dua mata kuliah, salah satunya Sistem komunikasi fiber optik yang dijadwalkan pada hari ini," Penjelasan Bu Rika terhenti ketika pintu kelas di buka oleh Malik yang mengucapkan salam dan dijawab oleh seluruh penghuni ruangan.

"Silahkan duduk, karena ini masih hari pertama dan keterlambatannya belum lewat lima menit. Tapi pada pertemuan-pertemuan selanjutnya jika masih terlambat jangan harap bisa membuka pintu ruang kelas saya."

"Siaap Bu!" Koor para Mahasiswa.

Malik mengambil posisi duduk di sudut belakang, persis di belakang Naya yang masih bodoh amat dengan kehadirannya.

Sehabis mengikuti mata kuliah yang terjadwalkan pada hari ini Naya bergegas pulang ke kostnya. Tidak seperti biasanya yang betah berlama-lama dikampus atau bahkan berkumpul di rumah Malik dengan agenda unfaedah.

Kebiasaan ini berulang selama sekitaran hampir dua, yang bisa dilakukan Naya di kosnya adalah menonton berbagai drama korea untuk kengusir rasa bosannya. Naya bertekad untuk bodo amat dengan urusan asmara saat ini, dirinya ingin fokus dengan kuliahnya menjelang semester akhir, ia juga sudah membuat rencana untuk KKN, kuliah praktek, magang bahkan mulai melakukab riset kecil-kecilnya sebagai bekal untuk tugas akhirnya nanti.

Hubungannya dengan Malik masih tidak ada perkembangan, hanya bertemu di ruang kelas interaksi mereka sebatas Malik yang mencoba meminjam dan mengembalikan pulpen.

Malik sempat beberapa kali mengajak Naya untuk bicara tapi Naya selalu menolak dengan berbagai macam alasan. Apalagi semenjak Naya jarang bergabung dengan Malik, Winda terlihat semakin gencar melakukan pendekatan terang-terangan terhadap Malik. Naya sudah berusaha bersikap bodo amat ketika beberapa kali berpapasan dengan Malik yang diekori oleh Winda tapi kadang kala ia merasa nyeri sendiri melihatnya. Apalagi ia menangkap ekor mata Malik selalu mengikuti pergerakannya sejauh yang ia bisa jangkau membuat Naya kadang geer sendiri.

"Nay pinjam pulpen dong!" Ucap Malik mencoba biasa saja.

Naya mengeluarkan sebuah pulpen dan meletalkannya diatas meja tanpa menoleh sedikit pun, mulutnya juga terkunci rapat.

Malik menghelah nafas, respon Naya masih tetap sama sejak dua bulan lalu. Malik menyesal dengan candaannya, benar-benar menyesal baru kali ini Naya mendiamkannya selama ini. Sudah berkali-kali ia minta maaf dan Naya bilang sudah memaafkan tapi sikapnya masih dingin, mengajak Naya bicara berdua hanya mendapatkan tatapan sini bahkan ia beberapa kali mengirimkan makanan ke kosan Naya namun berakhir dengan saldo seharga makanan tersebut di akun dompet digitalnya.

Sembari dosen menjelaskan menganai cara kerja radar perhatian Malik tak luput dari Naya yang terlihat antusias dengan mata kuliah ini, sesekali Naya mengangkat tangan untuk bertanya atau mengangguk-anggukan kepala sebagai tanda mengerti dan menggerakkan pulpennya diatas buku.

"Pulpennya Nay," Malik menyodorkan pulpen yang tadi dipinjamnya dihadapan Naya.

"Ambil aja, biar gak minjam terus," Ucap Naya.

"Nay tunggu bentar!" Sergah Malik ketika Naya hendak meninggalkan ruangan yang kini hanya ada mereka berdua. Feby, Arya dan Bayu yang tadinya ikut bertahan diruangan bergegas keluar ketika Malik mencoba mengembalikan pulpen Naya.

"Bisa gak sih kita ngobrol dulu, udah dua bulan loh Nay kamu diemin aku," Lirih Malik. "Gak bisa ya kita kayak dulu lagi?"

Kita? Naya ingin tertawa, sejak kapan ada kita diantara dia dan Malik?

"Kalo lo gak mau bicara biar gue yang bicara, tapi lo tetap disini dengerin gue! Lima menit aja Nay. Habis itu lo bebas mau ngapain, mau hapus gue dari ingatan lo terserah Nay!" Mendengar Malik yang terkesan frustasi membuat Naya sedikit luluh, dan duduk disalah satu kursi tanpa ekspresi.

"Nay, gue cuma mau ngomong gue udah tertarik sama lo sejak pertama kali gue liat lo di tempat pendaftaran, gak tau kenapa tapi gue tertarik aja. Karena penasaran akhirnya gue ngide minjem pulpen buat kenalan dan setelah lo bilang kalo mau ngambil elektro gue tiba-tiba gue ganti pilihan dari teknik sipil ke elektro," mendengar hal tersebut jantung Naya bekerja lebih cepat dari biasanya.

"Antara sadar dan gak sadar tiap hari gue merhatiin lo Nay, hampir tiap hari kita bareng terus buat gue sadar kalo gue gak sekedar tertarik dan penasaran, gue jadi gelisah sendiri pas lo dengan santainya cerita di deketin senior lah, teman seangkatan lah," Malik terlihat semakin menggebu-gebu sedangkan Naya mulai mencoba menenangkan jantungnya yang bertalu-talu memprediksi akhir dari rentetan kalimat yang dilontarkan Malik.

Tiba-tiba pintu terbuka dari luar, "Permisi kak, ruangnya mau di pakai lagi," ucap salah seorang dari tiga orang yang berdiri dibalik pintu.

"Oh, maaf ya ini baru mau keluar," Ucap Malik sembari mengambil ranselnya.

Naya ikut berdiri dan keluar ruangan lebib dahulu, Malik menyusul dan menahannya.

"Bentar Nay, yang tadi belum selesai, gue masih punya waktu kan?"

***

Sepertinya Part selanjutnya bakalan jadi part terakhir guys! Kalian mau ending yang seperti apa??

Dunia kampus Naya [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang