34 | Memulai

30 3 0
                                    

Alarm alam telah berbunyi. Suara cuitan burung yang saling bersautan terdengar dengan jelas. Matahari pun telah menampakkan sinarnya dengan sempurna, cahayanya menyelinap masuk di sela-sela dedaunan rindang yang basah karena hujan semalam. Namun, hal itu sama sekali tidak membuat gadis yang tertidur dengan tenang terbangun. Hingga, sebuah suara yang dihasilkan benda pipih yang terdapat di atas nakas samping tempat tidurnya membuat sang empunya terbangun.

Dalam kondisi yang masih terpejam, tangannya meraba-raba, mencari benda yang mengganggu tidurnya itu. Saat tangannya telah berhasil menemukan benda itu, ia lantas menekan ikon tombol hijau yang tertera di layar tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang menghubunginya.

"Hallo?" sapanya dengan suara parau.

Tidak ada jawaban dari ujung sana.

"Hallo? Ada apa, sayang?"

Masih hening.

"Sayang, aku masih ngantuk, to–"

"Hallo," ucap si penelepon memotong perkataan gadis itu.

Gadis dengan piyama pink tersebut sedikit mengernyit, suara yang ia dengar tampak asing di telinganya. Namun, tak ada sedikit pun niatnya untuk membuka mata dan melihat siapa penelepon itu.

"Sorry, ini siapa?" tanyanya.

"Apa kau yang bernama Violet?" Orang itu balik bertanya.

"Iya, aku Violet. Kau siapa?"

"Aku Gading."

Perkataan laki-laki itu membuat mata gadis bernama Violet terbuka dengan lebar. Ia lantas bangun dari tidurnya, dan melihat layar ponselnya. Sebuah nomor tidak dikenal sedang tersambung dengannya. Nomor tersebut bukanlah nomor dari Indonesia, melainkan dari luar negeri. Jika itu benar-benar nomor Gading, maka nomor itu berasal dari suatu negara di Eropa sana.

"Ga-Gading?" cicitnya.

"Ya, ini aku."

"Sorry, Gading siapa, ya?" tanya Violet berbohong. Ia jelas-jelas tahu siapa Gading yang terhubung dengannya kini. Ia berjalan mondar-mandir di samping tempat tidurnya.

"Aku teman Caramel."

"Caramel siapa?" bohongnya lagi.

"Kau tidak perlu berbohong padaku," tandas Gading.

Astaga ... Apa ingatan Gading telah kembali? batin Violet.

"Aku ... Aku tidak berbohong, aku benar-benar tidak tahu siapa kau dan siapa Caramel yang kau maksud." Violet mengatakan hal itu dengan cemas.

Terdengar suara dengusan disertai tawa meremehkan di ujung sana. "Kau pembohong yang buruk, Violet. Aku tahu kau adalah temannya, dan aku yakin kau juga tahu siapa aku."

Violet diam tak berkata sepatah kata pun, ia takut salah bicara dan membuat semua rencana Caramel yang melibatkan dirinya gagal. Hal itu tentu akan membuat Violet kesusahan karena Caramel tak segan-segan melakukan hal buruk padanya.

"Kenapa kau diam? Apa yang aku katakan itu benar?"

Gadis itu menggigit kuku jempolnya yang lentik untuk melampiaskan kecemasan yang ia rasakan saat ini.

"Aku mendapatkan nomormu dari ponsel Caramel, tidak mungkin jika kau tidak kenal dengannya," ujar Gading lagi membuat Violet semakin cemas sekaligus gugup.

"Maaf, aku tidak kenal dengan kau dan Caramel yang kau maksud," ucapnya final. Gadis itu memutuskan sambungan teleponnya lalu melemparkan ponsel itu ke atas kasur.

Lonely GirlWhere stories live. Discover now