31 | Sesuatu yang Aneh

24 3 0
                                    

Nila keluar dari kantor penerbit dengan senyum ceria yang membingkai wajahnya. Di belakangnya, Sian dan Biru ikut tersenyum melihat gadis mereka bahagia. Mereka bertiga lekas berjalan menuju tempat parkir dan masuk ke dalam mobil hitam milik Biru.

Biru duduk dibalik kemudi dan Sian duduk di kursi penumpang yang ada di sampingnya, sementara Nila memilih duduk sendiri di belakang, karena sebelumnya Sian tidak terima kalau Nila duduk di depan bersama Biru, katanya ia seperti nyamuk pengganggu kalau begitu. Kemudian saat Nila duduk berdua di belakang bersama Sian, giliran Biru lah yang tidak terima, menurutnya jika seperti itu dia terlihat seperti supir. Hingga akhirnya Nila kesal dan meminta Sian untuk duduk di depan bersama Biru.

"So, what's the next?" tanya Biru yang sudah siap menekan pedal gas.

"Hm ... makan yuk!" ajak Nila.

"Nah, kebetulan aku lapar." Sian menimpali.

"Oke baiklah," ujar Biru.

"Ayo pak supir, kita jalan," sahut Sian sambil terkekeh, ia menepuk bahu Biru.

Biru memberi Sian tatapan sinis sebelum kemudian ia melajukan mobilnya keluar dari area gedung percetakan yang juga merepakan kantor penerbit tersebut. Mobil melaju membelah jalanan kota yang beruntungnya tidak macet menuju ke suatu tempat.

●●●

Suasana ramai mall langsung menyambut kedatangan tiga sahabat yang baru saja turun dari mobil. Tempat perbelanjaan ini begitu ramai oleh pengunjung yang berlalu-lalang dengan tujuannya masing-masing, termasuk Nila dan kedua lelaki tampan yang berjalan di samping.

Mereka berjalan memasuki mall beriringan dengan Nila yang berada diantara Sian dan Biru. Begitu masuk ke dalam, banyak pasang mata yang tertuju pada mereka, terutama para gadis yang tentunya menatap kagum akan pesona dua orang laki-laki yang berada di samping Nila, bisa di tebak kalau mereka merasa iri dan pastinya ingin berada di posisi Nila saat ini.

Nila tersenyum melihat mata gadis-gadis yang mengikuti setiap langkah mereka. Jujur, ia merasa bangga memiliki sahabat tampan seperti kedua laki-laki di sampingnya itu. Ia merasa seperti memiliki dua malaikat pelindung yang begitu rupawan.

"Kalian liat cewek-cewek itu?" ucap Nila sambil terus berjalan.

"Tentu, liat tatapan mereka. Apa aku sangat tampan sampe buat mereka terpana gitu?" balas Biru, ia terkekeh perlahan.

Sian mendengus geli. "Bukan cuma lo yang mereka liat, tapi juga gue."

"Ya, gue tahu, gak ada yang bisa menolak pesona kita." Biru menyahut. Ia mengerlingkan matanya pada seorang gadis cantik yang duduk di sebuah kursi bersama seorang laki-laki yang ia yakini itu adalah pacarnya. Gadis itu tersenyum begitu lebar, wajahnya merona, pesona Biru sangat berdampak untuknya, sampai-sampai gadis itu lupa bahwa orang yang duduk di sampingnya itu adalah pacarnya.

"Biru, kamu ini genit," cibir Nila.

"Kamu cemburu, hm?"

"Hah? Tentu aja enggak. Apa kamu gak liat kalo cewek tadi udah punya pacar?"

"Aku tau, tapi aku gak peduli." Biru merangkul Nila dan mengacak-acak puncak kepala gadis itu dengan gemas. Nila tertawa mendapatkan perlakuan tersebut.

Sian berdeham membuat Nila dan Biru menoleh kearahnya, ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana. "Dari tadi kita cuma jalan tanpa tujuan, sebenernya apa acara makan kita itu jadi?"

Lonely GirlWhere stories live. Discover now