05 | Hadir

62 19 5
                                    

Guncangan di tubuh gadis yang terpejam itu berhasil membuat sang empunya terbangun. Nila mengucek kedua matanya perlahan, membiasakan cahaya yang masuk pada indra penglihatannya.

Di sampingnya kini telah ada seorang laki-laki mengenakan pakaian serba putih yang tersenyum padanya.

"Syukur deh kamu bangun. Aku kira kamu ..." Laki-laki itu menggantungkan ucapannya.

"Mati?" tebak gadis itu asal.

"Ya ampun itu mulut."

"Kenapa kamu di sini?"

"Kenapa kamu tidur pake seragam?"

Gadis itu berdecak, ia memutar bola matanya jengah. "Aku ketiduran."

"Ayo, ganti baju. Kamu kira baju itu gak bakal kamu pake lagi besok, hm?"

"Iya, dasar cerewet," ledek gadis itu sambil berlalu menuju lemarinya. Ia mengambil satu stel piaya berwarna biru.

"Kenapa kamu masih di sini?" tanyanya ketus.

"Emangnya kenapa?"

"Bukannya kamu nyuruh aku buat ganti baju? Keluar! Aku gak sudi ganti baju kalau kamu ada di sini."

"Oke, oke, ratu selalu menang," ucap laki-laki itu sambil berjalan ke luar kamar.

Gadis berseragam itu akhirnya mengganti bajunya dengan piayama. Setelah itu ia mencuci wajahnya, kemudian ia keluar kamar menyusul laki-laki menyebalkan yang merupakan sahabatnya itu.

"Gading," panggil Nila dari arah tangga.

Gading yang berada di dapur seketika menghampiri asal suara. "Kenapa, La?"

"Enggak. Kamu lagi ngapain di dapur?"

"Bantu Bi Minah buat hot chocolate."

Mereka duduk di sebuah sofa panjang berwarna putih yang berada di ruang keluarga.

"Minuman datang ..." seru Bi Minah—asisten rumah tangga Nila—sambil membawa nampan yang terdapat dua cangkir hot chocolate di atasnya.

Bi Minah menaruh dua cangkir tersebut di meja. "Silahkan diminum, Neng Nila, Den Gading."

"Makasih, Bi," sahut Gading tersenyum.

"Makasih, Bi Minah." Nila mengambil secangkir hot chocolate tersebut lalu menyesapnya.

"Iya, Saya permisi atuh, ya," pamit Bi Minah yang diangguki kedua orang di hadapannya.

"Kenapa kamu ke sini?" tanya Nila.

"Aku cuma bosen sendiri di rumah."

Nila melirik jam dinding yang menempel di atas home theater. Pukul 19:14.

"Kamu ke sini naik apa?" tanya Nila sambil menatap Gading dari ujung rambut hingga ujung kaki. Gading hanya mengenakan kaos putih polos dan celana pendek yang juga putih, tak lupa sandal jepit birunya.

"Motor," jawab Gading singkat lalu menyesap hot chocolate favoritnya.

"Hah? Dengan cuma pake baju kayak gitu?" Mata Nila membulat.

"Iya. Emang kenapa? Apa kamu lebih suka aku ke sini pake jas?" tanya Gading.

Jas? Nila jadi teringat acara perpisahannya waktu SMP. Kala itu Gading datang menjemputnya dengan berpakaian rapih, padahal ini adalah hari perpisahan Nila tapi Gading ikut dalam acara itu dengan alasan ingin menjaga Nila.

Ia mengenakan jas berwarna merah marun yang di padukan dengan dari kupu-kupu yang juga berwarna senada. Sepatu pentopel yang ia kenakan sangat hitam mengkilap. Tatanan rambutnya yang rapi membuat Gading terlihat semakin euh ... tampan.

Lonely GirlWhere stories live. Discover now