J M A

509 34 10
                                    

Terlahir menjadi perempuan yang paling muda dengan rentang umur yang lumayan jauh dengan saudara-saudaranya jelas membuat Senjakala Jayawardhana selalu diberikan perhatian lebih, kasih sayang lebih, serta perlindungan lebih oleh semua orang di keluarga Jayawardhana.

Saat masih kecil, akhir minggu Senja selalu dihabiskan di keluarga yang berbeda. Kadang keluarga James, keluarga Xavier, keluarga Teddy, keluarga Victor, dan terutama oleh Hendra dan Elisha. Itu membuatnya dekat dengan seluruh sepupu Jayawardhana yang sudah menganggap Senja sebagai "Adik Kecil" mereka sendiri. Dan hal itu terbawa bahkan sampai Senja dewasa. Semua masih menganggap bahwa Senja itu "Adik Kecil" mereka.

Perlindungan dan perhatian itu bertambah berkali-kali lipat setelah Senja mengalami kecelakaan fatal yang hampir merenggut nyawanya.

Ini semua berawal saat Senja duduk di bangku SD, Rama di kelas 2 SMP, dan Erlan yang sedang menikmati tahun terakhir di SMA.

Senja, Rama, dan Erlan bersekolah di Clover International School - CIS, sama seperti semua cucu Jayawardhana yang memilih untuk mengenyam pendidikan di Indonesia. CIS memiliki jenjang pendidikan dari pre-school sampai high school dan merupakan sekolah swasta independen bertaraf internasional terbaik di Indonesia yang hanya bisa dimasuki oleh tiga golongan - sangat pintar, sangat kaya, atau keduanya.

Semua bermula waktu Erlan yang saat itu berumur 18 tahun akhirnya mendapat SIM secara resmi. Setelah sekian lama, Erlan akhirnya diperbolehkan menyetir sendiri di jalan raya tanpa pengawasan sopir atau Richard. Sebagai hadiah, di hari yang sama Richard juga memberikan Erlan mobil yang sudah lama Erlan idamkan.

Memang di keluarga Jayawardhana syarat utama untuk diperbolehkan menyetir sendiri tanpa pengawasan adalah punya SIM dengan hasil yang jujur, tidak boleh lewat 'jalur belakang'.

Yang berbahagia hari itu bukan hanya Erlan, tapi juga Rama dan Senja. Karena Erlan selalu bilang, "nanti kalau Mas punya SIM kita berangkat sekolah Mas yang nyetir."

Besoknya, Erlan menepati janji. Mereka berangkat ke sekolah hanya bertiga. Tanpa sopir. Erlan yang mengemudi, Rama di samping Erlan, dan Senja duduk sendiri di belakang.

Semua berjalan baik-baik saja sampai di tengah jalan hujan turun dengan deras. Tiba-tiba ada motor dengan kecepatan tinggi yang menyalip dari samping dan terjatuh tepat di depan mobil Erlan, kondisi jalanan yang licin dan hujan yang deras membuat Erlan hilang kendali. Erlan banting setir ke kanan, masuk ke jalur lain dan menabrak pembatas jalan dengan keras.

Untungnya mereka bertiga berhasil diselamatkan. Erlan dan Rama tidak terluka terlalu parah karena terselamatkan oleh airbag. Justru Senja yang mendapat kondisi terparah dari kecelakaan hari itu. Senja yang masih berumur 10 tahun harus masuk ke ruang operasi dan langsung masuk ke ruang ICU.

Dokter bilang mereka sudah melakukan yang terbaik dan hanya Tuhan yang dapat membantu Senja untuk tetap hidup. Seluruh keluarga Jayawardhana yang hadir di rumah sakit saat itu hanya bisa terdiam dan menangis, sedangkan Arini dan Elisha pingsan di tempat setelah mendengar kabar yang dibawa dokter.

Yang paling menyesali kecelakaan itu adalah Erlan dan Rama. Setiap hari setelah mereka pulih, yang mereka lakukan adalah datang ke ruang ICU. Erlan berkali-kali menyalahkan diri sendiri, "harusnya Erlan yang di sana sekarang Bun, bukan Senja... Erlan yang bawa mobilnya, harusnya Erlan yang koma, bukan Senja!".

Di sisi lain Rama juga tidak berhenti menyesal, "harusnya Rama enggak egois waktu itu! Harusnya Rama mau waktu Senja minta duduk di depan. Harusnya Rama yang sekarang ada di posisi Senja. Ayah, Senja pasti bangun kan?"

Tapi Mukjizat Tuhan itu nyata, karena Senja kembali dapat membuka matanya setelah koma berhari-hari di ruang ICU.

Sejak hari itu Erlan dan Rama berjanji kepada diri mereka sendiri bahwa melindungi Senja adalah prioritas mereka. Dari apa pun, dari siapa pun.

the jayawardhanas ; ensemble castsTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon