J D P

211 17 0
                                    

Untuk seorang Kaisar Jayawardhana, everything is a game.

Kaisar pernah bilang kalau satu-satunya hal yang tidak pernah ia anggap permainan adalah keluarga dan pekerjaan. Selebihnya? Semua ia anggap permainan belaka.

Termasuk juga bersamaku.

Berpacaran denganku adalah salah satu permainan Kaisar atau bisa dibilang permainan kami.

Permainan ini dimulai tepat empat bulan yang lalu, saat status kami masih Jennie — anak salah seorang taipan Indonesia yang kebetulan menggilai fashion sehingga diangkat menjadi Brand Ambassador salah satu luxury brand asal Perancis dan Kaisar — CEO dari perusahaan yang mendistribusikan berbagai luxury brands di Indonesia yang kebetulan salah satunya adalah brand yang menunjukku sebagai brand ambassador.

Perusahaan yang Kaisar pimpin awalnya adalah milik Teddy Jayawardhana yang seperti kita tau lebih tertarik dengan bisnis di bidang medis dibanding fashion. Teddy Jayawardhana akhirnya memilih untuk mundur lalu mewariskan perusahaan tersebut ke anak sulungnya, yang tak lain tak bukan adalah Kaisar.

Pertemuan pertama kami terjadi pada acara launching store brand yang menunjukku sebagai brand ambassador di salah satu mal di daerah Jakarta Selatan.

Pertama kali aku melihat Kaisar, yang pertama kali terlintas di pikiranku adalah dia tampan. Punya selera berpakaian yang bagus. Dan memiliki aura 'bad boy' di sekelilingnya.

Tentu saja malam itu Kaisar tidak datang sendiri, aku melihat beberapa generasi ketiga Jayawardhana yang hadir. Tiga cucu perempuan Jayawardhana yang sudah tidak asing lagi buatku karena sering melihat mereka hadir di acara seperti ini, dan tentu saja Aries Jayawardhana yang terkenal sangat lengket dengan Kaisar.

Aku, seperti perempuan-perempuan lainnya di malam itu tentu saja mempunyai niatan terselubung, yaitu membuat salah satu generasi ketiga Jayawardhana tertarik pada kami.

I've done my research before, banyak pewaris takhta Jayawardhana yang belum memiliki pacar, atau paling tidak pacar yang dipublikasikan. Dan hasil risetku menunjukkan kalau pada waktu itu Kaisar belum memiliki pacar.

Aku rasa Dewi Fortuna sedang berada di pihakku malam itu, karena tanpa aku harus berusaha keras, Kaisar yang terlebih dahulu menghampiriku.

Pembicaraan kami tidak dimulai dengan basa-basi seperti perkenalan nama atau pertanyaan "udah berapa lama jadi BA?" karena hal-hal semacam itu sudah dijelaskan oleh General Manager brand yang menunjukku saat pertama kali Kaisar datang kesini.

Aku masih mengingat apa kalimat pertama Kaisar saat dia menghampiriku sambil menawarkan segelas champagne.

"Why this pretty young lady left alone in this beautiful evening?"

My first impression of Kaisar Jayawardhana: flirty.

Ternyata tidak sia-sia aku mempersiapkan diriku secara total untuk acara ini. Gurl, I must admit that I do look stunning that night (I always look stunning btw).

"Nothing amuse me," jawabku malam itu. Dengan mencoba terlihat tidak peduli bahwa di antara sekian perempuan yang hadir malam itu, Kaisar datang kepadaku.

Pada malam itu, Kaisar memilihku.

Kaisar tersenyum, yang ternyata baru aku sadari sekarang kalau senyum yang ia tunjukkan waktu itu adalah senyum yang menunjukkan bahwa dia mendapat tantangan baru. Permainan baru. And yet another game to conquer.

"Can I try to amuse you tonight?" Perkataan ini tidak terdengar seperti pertanyaan di telingaku, melainkan suatu ajakan yang menarik. Something is definitely going to happen.

the jayawardhanas ; ensemble castsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora