J M A

216 16 12
                                    

Ulang tahunku tahun ini akan berbeda dengan ulang tahunku di tahun-tahun sebelumnya. Ada yang tau kenapa? Karena tahun ini aku punya pacar hehehe^^

Sebenarnya bukan hanya ulang tahun yang berbeda, karena semenjak ada Alvin di hidupku, everything feels different, in a good way obviously. Rasanya kalau Alvin tidak ada, semua jadi terasa tidak baik-baik saja untukku.

Tapi bukan saatnya aku memikirkan hal yang belum tentu akan terjadi. Karena yang terpenting sekarang adalah hari ini aku berulang tahun dan aku akan merayakannya bersama Alvin, yeay!

Tepat jam 12 malam, Bunda, Ayah, Mas Erlan dan Mas Rama memberikan aku surpise di kamar. Tradisi yang selalu keluarga kami lakukan setiap ada yang berulang tahun. Setelah memakan kue andalan Bunda yang hanya dibuat setiap ada yang berulang tahun dan mendapat ucapan yang selalu sama setiap tahun dari Ayah dan kedua Masku, "jangan cepat besar ya, tetap jadi adik kecil Senja kita." Kayaknya sampai nanti aku punya suami dan anak pun, Ayah dan kedua Masku tetap akan menganggapku sebagai adik kecil mereka. Oke aku ralat, seluruh keluargaku akan tetap menganggap aku sebagai adik kecil mereka, nasib menjadi anak bungsu di keluarga besar yang didominasi laki-laki memang seperti ini.

They treat me like a princess, but little did everyone know being a princess also means you have a little freedom.

Setelah Ayah, Bunda, dan kedua Masku keluar dari kamar, jam sudah menunjukkan pukul 1 malam. Saat aku melihat ponselku, aku melihat beberapa pesan dan panggilan tak terjawab. Aku melihat nama Alvin yang menelefon tepat pukul 00.00, bibirku pun tersenyum. Tidak perlu waktu lama untukku menelefon nama yang sudah beberapa bulan belakangan menjadi nama yang paling sering muncul di notifikasi ponselku.

"Halo?"

"Selamat ulang tahun sayang," suara di ujung sana terdengar setengah tertidur. Pasti Alvin ketiduran saat menunggu telefonku, aku jadi tidak enak.

"Hei kamu udah tidur ya? Maaf ya aku jadi bangunin kamu, kamu tidur lagi aja enggak apa-apa."

Aku bisa mendengar tertawa Alvin di ujung sambungan telefon, "iya nanti aku tidur habis aku dengar suara kamu. Udah selesai surpisenya? Kamu pasti banyak makan kue bikinan Bunda ya?"

"Udah kok, makanya aku langsung telefon kamu, kue Bunda masih sisa lho, besok kamu makan ya, pasti kamu suka deh kuenya."

And just like that one hour already passed.

Setelah aku menutup telefon Alvin, aku melihat ada beberapa missed calls dari Jeff. Sebelum aku tidur aku berjanji kepada diriku sendiri kalau hal pertama yang aku lakukan setelah bangun tidur nanti adalah menelefon Jeff!

Pagi harinya, ternyata aku tidak perlu menelefon Jeff. Karena justru saat aku turun ke bawah, Jeff sudah duduk manis bersama Ayah dan Bunda di meja makan. Ada kotak kue yang belum dibuka di hadapan Jeff.

Saat melihat Jeff, aku tidak bisa tidak tersenyum.

Jeff adalah laki-laki asing pertama yang diterima di keluargaku, persahabatan kami banyak menimbulkan gosip yang mengatakan persahabatan kami hanya sebagai kedok untuk menutupi status kami yang sebenarnya yaitu sepasang kekasih. Gosip yang sangat absurd kalau aku bilang, karena jelas-jelas aku dan Jeff hanya sahabat. Walaupun memang terkadang ada hal yang tidak bisa dijelaskan di antara kami.

Melihat aku yang sudah turun dari kamar, Bunda dan Ayah memberikan aku dan Jeff privasi berdua, walaupun tentu saja Ayah berusaha untuk tetap tinggal, kalau tidak dengan tatapan mematikan Bunda, pasti Ayah akan berada di tengah-tengah aku dan Jeff.

Aku membawa Jeff ke tempat favorit kami, trampolin yang berada di halaman belakang rumahku.

Trampolin ini menjadi saksi persahabatan aku dan Jeff mulai dari kami masih memakai seragam putih biru sampai saat ini yang dengan bangga memakai jaket almamater kuning kami.

the jayawardhanas ; ensemble castsWhere stories live. Discover now