J A K

421 36 8
                                    

Sepatu hak tinggi merahku berdampingan dengan sepatu pantofel hitam miliknya.
Gaun haute couture milikku berdampingan dengan jas tailor-made miliknya.
Sikat gigi merah mudaku berdampingan dengan sikat gigi biru miliknya.

Seharusnya hidup memang seperti ini kan? Berdampingan, bersama-sama, beriringan.

Sayangnya hal itu tidak terjadi dalam kisah ini.

Kisahku tentang dirinya.

Awalnya, kami adalah dua orang yang tidak saling mengenal.
Awalnya, kami hanyalah dua orang asing.
Awalnya, Azura Kaligis dan Ares Jayawardhana tidak pernah terpikir bahwa pada satu titik di satu masa kami berdua akan bertemu.

Tapi nyatanya, takdir berkata lain. Dan semenjak saat itu, hidupku tidak pernah lagi sama.

Dulu, sebelum aku mengenal Ares, yang aku tau tentang Ares hanya dia adalah salah satu cucu dari Hendra Jayawardhana dan Elisha Kim, satu dari segelintir pasangan paling kaya dan berkuasa di dunia. Iya, kalian tidak salah baca. Memang keluarga Jayawardhana sekaya dan seberkuasa itu.

Mungkin kalau lebih rajin mencari, nama Ares Jayawardhana akan muncul di forum underground yang membahas mengenai 'keliaran' generasi ketiga atau keempat dari konglomerat-konglomerat Indonesia. Walaupun harus kuakui, sedikit sekali yang membahas tentang keluarga Jayawardhana, bisa dihitung dengan 10 jari. Dan itu pun hanya foto-foto biasa, tidak ada yang kontroversial. Entah memang keluarga mereka baik-baik atau memang sangat powerful sampai dapat menghapus semua berita buruk tentang keluarga mereka. (Kalau menurutku mereka lebih ke golongan yang kedua, karena aku pernah berpesta dengan Kaisar Jayawardhana, he's so wild and definitely a dancing king when he's drunk).

Lain halnya apabila kalian mengetik namaku "Azura Kaligis" di forum underground itu. Dengan mudahnya, akan muncul fotoku yang memegang botol whiskey di tangan kiri dan botol champagne di tangan kanan sembari memasukkan keduanya secara bersamaan ke mulutku.

Harusnya foto itu tidak menjadi konsumsi publik seperti sekarang, kalau saja temanku tidak membawa salah satu temannya yang OKB datang ke pesta ulang tahunku 2 tahun lalu. Kalian paham kan tipikal OKB yang selalu update di media sosial? Foto itu hanya bertahan kurang dari 5 menit di akun si bodoh yang bahkan aku tidak sudi menyebut namanya, tapi kurang dari 24 jam foto itu sudah muncul di forum underground dan berakhir diketahui oleh kedua orang tuaku.

Liar dan sangat tidak menggambarkan seorang Kaligis, ini adalah komentar Papa saat melihat foto itu. Sebagai hukuman aku tidak diperbolehkan lagi membuat pesta ulang tahun seperti itu sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Tapi bukan itu hukuman yang lebih mengerikan, yang lebih mengerikan adalah Papa memutuskan untuk membiarkan foto itu tetap ada, padahal Papa yang mempunyai perusahaan telekomunikasi terbesar dan kenal dengan banyak petinggi polisi di negara ini bisa dengan mudah melacak dan menghapus foto itu. Papa bilang ini adalah shock therapy untukku, agar aku tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi.

Awalnya aku marah ke kedua orang tuaku terutama ke Papa, tapi lambat laun aku sadar, mereka seperti itu karena ulahku sendiri. Aku yang menghilangkan kepercayaan mereka, jadi seharusnya yang aku lakukan adalah mengembalikan kepercayaan kedua orang tuaku.

Dan salah satu caranya adalah dengan melakukan hal baik, melakukan hal yang lebih bertanggung jawab, melakukan hal yang bermanfaat untuk orang lain.

Dan niat inilah yang mempertemukanku dengan Ares Jayawardhana.

Tepatnya satu tahun yang lalu, beberapa minggu sebelum hari ulang tahunku. Untuk ulang tahunku tahun lalu, aku ingin merayakannya dengan anak-anak dari panti asuhan. Rencanaku simpel, aku sudah menyewa Kidzania untuk satu hari full, jadi aku akan mengajak semua anak-anak panti asuhan untuk bermain sampai puas di Kidzania dan setelahnya kami semua akan langsung makan malam sekaligus doa bersama di tempat yang sama.

the jayawardhanas ; ensemble castsWhere stories live. Discover now