J M A

82 6 2
                                    

the lull before the storm

Sunyi dalam lift tidak bisa menyembunyikan raut wajah bahagia Senjakala Jayawardhana. Ia menunggu lift dengan tidak sabar, menantikan momen sampai di lantai 30. Dering lift memberi tahu bahwa ia telah sampai di lantai yang ia tuju. Tepat setelah keluar dari lift, dua pintu kayu dengan beberapa pasang sepatu seakan menyambutnya di depannya. Suasana yang familiar, suasana yang selalu Senja sukai.

Biasanya, tangannya dengan sigap menekan password pada pintu kayu itu, tapi malam ini berbeda. Senja memilih untuk menunggu sampai pemilik apartemen membukakan pintu untuknya.

Satu, dua, tiga, empat, lima.

Tepat saat ia berhenti menghitung di angka lima, wajah pemilik apartemen muncul dari balik pintu. Sembari tersenyum, laki-laki pemilik apartemen itu membawa Senja ke dalam pelukannya.

"Akhirnya kamu datang juga," ucap sang pemilik apartemen sambil mencium pucuk kepala Senja.

Senja tersenyum di dalam pelukan dan mendongakkan kepalanya, "maaf ya Vin, aku tadi bikin cinnamon roll dulu buat kamu."

Alvin Mulyadinata – si pemilik apartemen – tersenyum. Cinnamon roll adalah makanan manis favoritnya, terlebih apabila dibuat oleh Senja.

"Ini kamu mau sampai kapan peluk aku?" Suara Senja menyadarkan Alvin, tapi tidak membuat Alvin melepaskan pelukannya.

"Alviiiiin, aku lapar. Makan apa kita malam ini?" Alvin tertawa mendengar rengekan Senja dan mencubit pipi chubbynya, satu hal yang Alvin senang lakukan tapi selalu mendapat amukan dari Senja.

"Kamu gemes banget sih sayang," dan makin tertawa melihat ekspresi cemberut Senja. "Jangan cemberut, kamu makin gemesin kalau cemberut." Alvin kembali tertawa dan menggenggam tangan Senja ke ruang makan.

Senja yang tadinya cemberut menjadi tersenyum saat jemari mereka tertaut dan melihat apa yang Alvin siapkan di ruang makan apartemennya. Alvin menyulap ruang makannya menjadi ala fine dining, lengkap dengan lilin dan lampu berwarna kuning temaram yang menambah kesan romantis.

Steak, pasta, garlic sourdough lengkap dengan dua jenis wine yang akan menemani mereka malam itu. Melihat hal ini Senja berceletuk, "dari semua ini, mana yang kamu masak sendiri?"

Alvin menunjuk satu mangkuk yang berisi salad untuk appetizer yang membuat Senja tertawa.

"Yuk makan, katanya kamu lapar," ajak Alvin yang tentu saja Senja terima dengan senang hati.

Di tengah makan malam romantis mereka, Senja menggenggam tangan Alvin dan mengucap, "Vin, makasih ya udah nyiapin semua ini, my birthday dinner is perfect with you. I love you."

Alvin tersenyum, "I love you more."

Malam ini adalah malam kelima mereka merayakan ulang tahun Senja bersama. Tidak terasa waktu lima tahun itu terasa begitu cepat. Siapa sangka pertemuan di parkiran mobil saat keduanya menjalani S2 berlanjut sampai lima tahun kemudian? Hidup itu memang penuh kejutan.

Apa Senja sudah bilang kalau Senja selalu suka apartemen Alvin? Apartemen yang tepat berada di jantung perekonomian Jakarta ini baru dibeli Alvin satu tahun yang lalu. Yang membuat Senja menyukainya adalah karena Alvin selalu mengikutsertakan Senja di setiap prosesnya. Dari mulai survei lokasi, pemilihan unit, belanja furnitur, sampai pemilihan cat, hampir semua mereka lakukan bersama.

Ribet dan repot, itu yang Senja rasakan waktu ikut dalam proses pemilihan apartemen ini, tapi entah kenapa Senja bahagia. Karena itu berarti Senja telah masuk lebih dalam ke hidup Alvin, dan mungkin saja itu pertanda kalau mereka akan melangkah ke tahap yang lebih serius, kan?

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Dec 02, 2023 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

the jayawardhanas ; ensemble castsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora