Jam menunjukkan angka 10, Marsha keluar dari kamarnya dengan senyuman lebar di bibirnya. Dengan cepat kakinya melangkah ke kamar kedua orangtua yang sudah membawanya kemari. Tangannya mengetuk pintu dengan tak sabaran.

"Ayaaah, Bundaaa.."

"Ayo pergi, Marsha udah siap loh. Sudah syantikk.." teriak Marsha didepan pintu yang masih tertutup dengan nada centilnya.

"Ayo cepat Ayah, nanti jalan-jalannya jalan terus lari terus kita gak bisa ngejar terus kita gak pergi teruhmmpph..."

Sebuah telapak tangan menutup mulut Marsha, Garendra dengan senyuman teduhnya muncul di depan pintu.

"Gak usah teriak ya sayangnya ayah, nanti gak cantik lagi. Nah, ayo kita berangkat.."

"Oke Ayah.."

"Nanti jadi anak baik untuk ayah yaa. Marsha boleh minta apapun, tapi jangan pernah lepas pegangan ayah atau bunda. Mengerti sayang?"

"Siap Captain, Marsha akan jadi anak baik, yang selalu cantik dan mempesona setiap saat biar Gavin nanti makin sayang sama Marsha, hihi.." celetuk Marsha sambil menutup mulutnya terkikik.

"Bunda, Gavin belum datang?"

Entah mengapa setelah menyebut nama Gavin membuat perasaan Marsha terenyuh. Ekspresi cerianya berubah menjadi sendu, matanya sudah berkaca-kaca. Marsha sudah sangat merindukan Gavin. Bahkan rasanya begitu menyesakkan. Jika mengingat Gavin seperti ini, Marsha rasanya tak dapat lagi menahan rindunya. Rindunya sudah tertimbun banyak bahkan sudah tertumpah-tumpah.

Dan setelah drama singkat menyedihkan Marsha selesai, akhirnya ketiga manusia beda umur itu pergi meninggalkan hotl tempat mereka menginap. Garendra mengajak istri dan putri cantiknya mengunjungi beberapa tempat wisata yang berada di negeri sakura itu.

Mengajak kedua kesayangannya itu menikmati liburan mereka dengan berkeliling Jepang dan berbelanja semau mereka dan berkeliling hingga keduanya menyerah nanti.

"WAAAUUUUUOOOOO..."

Adalah ekspresi pertama Marsha saat mereka tiba di gerbang tempat wisata yang pertama kunjungi. Tokyo Disneyland adalah tujuan wisata pertama mereka. Dan tentu saja si mungil Marsha begitu antusias otak dan mulut absurdnya tak bisa bekerja.

"Ayaahh.."

Hanya kata itu yang baru bisa keluar dari mulut Marsha sejak mereka masuk ke area Tokyo Disneyland.

"Ayo sayang, kamu mau lihat yang mana dulu?" Serena bertanya sembari menunggu sang suami mengambil tiket masuk untuk mereka.

"Sebentar Bunda, Marsha mau bernafas dulu..."

"Hooaaahhh bundaaaa, Marsha senang pokoknyaa. Ayah dan bunda memnag terbaik, mau ajakin Marsha jalan-jalan kesini. Kenapa gak dari kemarin aja kita kesininya bunda? Besok-besok Marsha bakal ajak Gavin ke sini setiap hari. Atau bagaimana kalau kita tinggal disini saja bunda? Kita buat rumah di sebelah rumah menara tinggi itu, atau kita tinggal di dalam menara itu saja bunda. Ayah pasti bisa beli itu untuk Marsha kan? Bisa kan bunda? Pasti bisa, ayah kan keren.."

"Atau kalau gak, nanti aku minta Gavin saja yang beli. Uang Gavin kan banyak, hihi...." Gadis itu cekikikan menampilkan giginya.

"tapi bunda? Gavin kapan sampainya?"

Pertanyaan Marsha membuat Serena ikut menatap sendu Marsha yang tiba-tiba menunduk sedih itu. Serena pikir Marsha akan lupa keberadaan Gavin jika mereka sibuk menikmati berbagai hiburan ditempat itu.

Serena memberi senyuman menenangkan sambil mengeratkan pegangannya di pergelangan tangan gadis itu. Takut-takut jika terlepas sebentar saja, anak itu akan menghilang.

Hei, nona absurd!Where stories live. Discover now