[REVISI] After all happened

Start from the beginning
                                    

Anaknya, telah pergi.

Jennie mengedarkan pandangannya ke sekeliling, disana ada Kak Anya dan Mama yang tertidur di sofa.

Sementara, Papa dan Kak Eric entah dimana.

Jennie mengingat kejadian kemarin, rasanya emosinya memuncak.

Kemarin Vella menghubungi Kak Anya, dan dari Kak Anya semua keluarga datang berbondong-bondong.

Mama Sera kemarin memeluknya sangat erat, sambil menangis dan minta maaf, karena perbuatan Reygan.

Satria terang-terangan menjelaskan kepada semua orang, tentang kondisi pernikahan Jennie dengan Reygan.

Membuat orang-orang didalam sana kecewa, dan tidak menyangka.

Jennie bahkan tidak punya gairah hidup lagi, seluruh hidupnya rasanya hambar, dan tidak ada artinya.

"Jen, ke bangun ya?"

Kak Anya mengucek matanya, dan berjalan ke arah brankar Jennie.

Jennie hanya diam mengangguk. Rasanya, tidak ada gunanya lagi dia hidup, dari dulu hidupnya hanya terus menerus disakiti.

Anya mengusap pundak adiknya pelan, "Lo bisa, lo bisa lewatin semuanya Jen."

Sayup-sayup Anya mendengar adiknya menangis, dengan segera Anya memeluk adiknya. Berharap pelukannya bisa meringankan beban yang ditanggung Jennie.

****

Reygan bangun, dan membersihkan diri, lalu turun ke ruang makan, dan menemukan Mamanya sedang menyiapkan sarapan.

Tapi, kenapa hanya ada dua piring yang disiapkan?

Reygan melihat Papanya sedang menyesap kopi, sambil membaca koran.

"Pagi Ma, pagi Pa,"

Reygan terdiam melihat respon Mamanya, yang diam dan menjauh.

"Duduk Gan, kita makan sama-sama."

Reygan tersenyum, menatap Papanya. "Iya, Pa."

Mamanya berbalik, dan menatap Reygan. "Oh pulang? Pulang kalo udah di hempas sama Fannesa? Baru ingat punya istri, punya orangtua?"

Reygan terdiam.

"Ma! Nggak boleh ngomong gitu," kata Papa Reygan.

Mama mengendikkan bahunya. "Kalo mau makan ambil piring sendiri, Mama udah keburu duduk,"

Reygan menatap Papanya, "Iya Ma, Reygan ambil sendiri aja,"

Papa menggeleng, melihat istrinya. "Marah boleh, tapi ingat dia anak kita, tugas kita bimbing dia biar lebih baik."

Sera masih diam. "Mama kecewa sama Reygan Pa, segitunya sama Fannesa. Udah dibilang Fannesa bukan cewek bener, tetep aja ngeyel."

Reygan bisa mendengar percakapan kedua orang tuanya, entah sengaja atau tidak mereka membicarakan dengan suara keras.

Reygan menghela nafasnya.

Reygan kembali duduk, dan makan bersama. "Ma, maafin Reygan,"

Sera diam. "Mama masih kecewa. Kamu lebih baik diem, sebelum Mama makin marah sama kamu Reygan."

****
Jennie memandang pemandangan dari jendela, karena posisi ranjangnya dekat dengan jendela, yang membuat Jennie bisa melihat kelap-kelip lampu kota, yang indah.

Rasanya untuk berbicara saja malas, satu-satunya yang Jennie harapkan sudah pergi, anaknya telah pergi, dan ini karena laki-laki brengsek itu!

Air matanya mengalir lagi, dadanya bergemuruh sesak, mengingat perlakuan Reygan selama ini.

Hi, Captain! [COMPLETED]Where stories live. Discover now