|27|Akhirnya

979 162 6
                                    

Part ini pendek dari biasanya. Maaf!

Happy reading

"Percaya itu sama Allah, kalo percaya sama Rafa itu namanya musyrik."

Bel istirahat pertama berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas, kantin adalah tujuan mereka saat ini. Sekarang kelas sudah sepi, hanya tersisa beberapa siswa yang tinggal.

Fajar bangkit dari bangkunya lalu berjalan menuju bangku Naira yang masih sibuk menyalin materi yang dijelaskan Pak Didi tadi.

"Nggak ke kantin?" tanya Fajar.

"Nanti aja, belum selesai nih."

"Ya udah gue tunggu." Fajar kini berdiri di samping Naira yang masih sibuk dengan kegiatannya.

Aldi datang dengan wajah tengilnya, sebelum menghampiri Rafa ia mampir dulu untuk menggoda Nisa.

"Ke kantin yuk bareng." ajak Aldi.

Nisa pura-pura sibuk dengan tasnya. "Lo ngajak gue?"

Aldi memutar mata malas, "Bukan, tapi sama tas lo!"

"Yaudah bawa sana." Dengan sengaja, Nisa menyodorkan tasnya.

"Dasar ogeb!"

"Siapa yang ogeb?"

"Lo!"

"Sekali lagi, siapa yang ogeb Aldi?" ujar Nisa penuh penekanan.

"Eh, gue." Aldi menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu menarik paksa tangan Nisa. Melupakan tujuan awalnya datang.

Sebelah alis Naira terangkat melihat sikap Nisa tidak seperti biasanya. Aneh.

"Gimana, Nai? Udah belum?" tanya Fajar yang sedari tadi memperhatikannya.

"Tunggu." Naira memasukkan buku ke dalam tas lalu bangkit dari bangku, "Ayukk."

Mereka berdua meninggalkan kelas yang saat ini hanya dihuni satu orang. Rafa lagi-lagi melihat semuanya. Lagi-lagi ia cemburu. Dengan kesal ia bangkit dari bangku lalu keluar kelas, sesampainya di depan kelas ia masih melihat punggung mereka yang semakin lama semakin menjauh.

Ia melihat bola bakset di lapangan, lalu melangkah ke tempat tersebut. Mungkin bermain basket pilihat tepat untuk menenangkan pikirannya saat ini.

Sudah hampir 10 menit Rafa bergulat dengan bola basket. Seragam putihnya sudah basah karena keringat. Saat ini ia sudah menjadi bahan pekikan sebagian dari kaum hawa yang lebih memilih memperhatikan wajah tampan Rafa yang meningkat berkali-kali lipat dari biasanya.

Rafa masih fokus menggiring bola menuju ring. Namun matannya tidak sengaja menuju ke objek yang membuatnya panas, terlihat seperti pasangan anak SMA yang lagi di mabuk cinta. Ceweknya terlihat bahagia melihat tingkah kocak dari cowoknya. Naira dan Fajar berjalan beriringan menuju kelas.

Karena kesal, Rafa melempar bola basket yang sedari tadi ia pegang. Niatnya bola itu mendarat tepat di kepala Fajar, biar dia geger otak sekalian. Namun sasarannya meleset, bukannya Fajar malah Naira yang jadi sasaran bola itu.

Kepala Naira mulai pusing karena benturan bola tadi. Ia sempat melihat ke arah lapangan, setelah itu semuanya menjadi gelap. Fajar dengan sigap menahan tubuh Naira, ia panik melihat cewek itu tidak sadarkan diri.

Rafa datang dengan wajah terlihat berasa bersalah. Sudah banyak siswa yang datang melihat kehebohan apa lagi yang akan terjadi.

"Lo kenapa Nai? Sadar, Naira!" Rafa menepuk pipi Naira, keringat mengalir di pelipisnya.

"Kenapa apanya? Lo kalo cemburu yang elit dikit kek!" Fajar mendorong bahu Rafa, lalu membopong tubuh Naira.

"Biar gue yang bawa!" Rafa merebut Naira dari gendongan Fajar. Lalu dengan langkah lebar ia membawa tubuh Naira yang terlihat tidak berdaya. Ini sudah sekian kalinya ia melihat Naira pingsan, sebagian besar karena dirinya.

Fajar membiarkan semuanya terjadi. Melihat Rafa merebuk Naira darinya. Ia lalu tersenyum, tersenyum miris. Nyatanya tanpa Rafa bersaing dengannya, hati Naira sudah menjadi milik cowok itu, jauh sebelum ia muncul.

***

Rafa kini sudah tiba di dalam UKS. Ia meletakkan tubuh Naira. Kini ia hanya bisa duduk sambil memperhatikan Naira yang masih tidak sadarkan diri. Sungguh ia tidak menduga bola yang dilemparnya akan mengenai kepala Naira. Ia mengutuk dirinya sendiri karena lagi-lagi ia menyakiti gadis yang disukainya.

"Maafin gue. Gue nggak tau kalo lo yang akan kena. Kalo aja lo tau Nai, gue kesal saat liat lo dekat dengan cowok lain, apalagi sama si Fajar itu," ujar Rafa merasa bersalah.

"Rafa cemburu?" Naira tiba-tiba sadar. Sebenarnya sedari tadi ia sudah sadar, sebelum Rafa berkata seperti itu.

"Kenapa lo tiba-tiba aja sadar?" Kaget Rafa, kini ia jadi terlihat salah tingkah.

"Yaudah Naira pingsan lagi." Naira kembali memejamkan mata.

"Eh, jangan!"

"Jadi Rafa beneran cemburu?"

"Kata siapa?"

"Tadi Rafa bilang kesal kalo Naira deket-deket sama Fajar."

"Emang kalo kesal itu artinya cemburu?"

"Nggak juga sih." Kini Naira yang jadi salah tingkah.

"Lo masih pusing?" tanya Rafa.

"Udah nggak kok."

Rafa terlihat sedang berpikir, setelah itu ia berkata. "Nai, kalo gue beneran cemburu, lo percaya?" Rafa tidak habis pikir ia akhirnya berani berkata seperti itu ke Naira.

"Rafa kenapa bisa cemburu?"

Rafa menarik napas, "Kalo gue bilang, gue suka sama lo. Lo percaya?"

"Hah? Percaya itu sama Allah, kalo percaya sama Rafa itu namanya musyrik."

"Gue suka sama lo, Nai," ulang Rafa tanpa menanggapi cotehan Naira. Akhirnya ia bisa menyatakan perasaannya.

"Hahah, Rafa bercanda?" Tawa Naira pecah, namun saat melihat wajah serius Rafa tawanya langsung hilang.

"Mungkin lo nggak percaya. Tapi gue nyaman aja kalo dekat sama lo."

"Rafa serius?"

Rafa memasang muka datarnya, "emang muka gue kayak orang sedang bercanda?"

Muka Naira terlihat memerah, "Nggak sih."

Demi apapun, Naira saat ini benar-benar ingin lenyap saja. Otaknya masih tidak bisa mencerna semuanya. Ia masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya saat ini. Rafa suka padanya? Demi apapun, lututnya tiba-tiba lemas. Ini seperti mimpi disiang bolong.

"Mau ke kelas?"

Naira tersadar dari lamungannya, "Ah iya," ujarnya lalu berjalan mendahului Rafa.

Jadi status mereka saat ini apa? Rafa sudah suka dengannya, Naira juga suka dengan Rafa. Terus mereka saat ini apa coba? Segini saja? Naira menggelengkan kepala saat pikirannya sudah mulai liar.

Pemilik Hati [SELESAI]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin