|25|Antara Rafa dan Fajar

1K 178 1
                                    

SONG MAHEN|PURA-PURA LUPA

"Maaf jika terus memaksamu untuk bertahan dengan rasa yang sama"

***

Mata Naira perlahan terbuka, ia mengerjapkan mata. Kepalanya masih sedikit pusing. Ia memperhatikan sekitarnya, matanya menyempit saat sadar kalau sekarang ia berada di dalam kamarnya. Naira memejamkan matanya, kembali mengingat apa yang terjadi kepadanya, tapi yang ia ingat hanya saat di kelas lalu semuanya menjadi gelap.

Krek

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, disana sudah ada Ana dengan senyum lega menghiasi wajahnya. Ia berjalan menghampiri putrinya yang ternyata sudah sadar.

"Gimana sayang? Masih pusing?" Ana kini sudah duduk di tepi kasur, tempat Naira baring.

"Sedikit Mah."

"Ya udah kamu istirahat dulu. Kalau kamu sudah membaik nanti cerita ke Mama." Ana mengelus rambut Naira.

"Naira tadi kenapa Mah?"

"Tadi kamu pingsan sayang. Terus ada teman kamu cowok, kalau tidak salah namanya Rafa? Ah iya Rafa yang pernah ke rumah dulu. Dia yang bawa kamu ke sini."

Naira terkejut. "Rafa?!" ulangnya. Kini mulutnya sudah terbuka karena kaget.

"Iya. Malah dia yang gendong kamu sampai ke kamar."

"Serius Mah? Ihh kok Mama biarin sih?" rengek Naira. Mau ditaruh mana mukanya nanti kalau ketemu cowok itu. Naira memperhatikan kamarnya, ia meringis saat sadar dekorasi kamarnya sangat keanak-anakkan. Pasti tadi Rafa menertawainya. Belum lagi papan nama di pintunya. Rasanya Naira mau lenyap saja saat ini.

"Mama yang suruh. Lagian mana bisa Mama angkat kamu yang beratnya Subuhanallah."

"Mama jahat. Naira gak berat Mah," rengeknya.

"Mama hanya bercanda. Sana kamu istirahat dulu. Mama mau masakin kamu bubur."

Naira mengangguk lalu kembali memejamkan matanya. Ia masih merasakan Mamanya menyelimuti tubuhnya lalu mengecup keningnya setelah itu Ana pergi. Kini Naira benar-benar tidak bisa tidur. Ia masih memikirkan kejadian tadi. Bagaimana reaksi Rafa saat masuk ke kamarnya? Mungkin ia tidak punya muka lagi untuk muncul di hadapan cowok itu.

Raganya memang istirahat, namun otaknya berkeliaran memikirkan hal-hal yang telah terjadi.

***
Rafa memperhatikan Pak Didi menjelaskan di atas. Tapi pikirannya dilain tempat. Naira. Satu nama yang membuat dirinya seharian ini tidak fokus. Setelah mengantarkan Niara, ia kembali ke sekolah untuk mengikuti pelajaran terakhir. Ia tak ingin bolos walau hanya satu pelajaran, cukup sekali ia melakukannya dalam seumur hidup.

Sesekali Rafa memperhatikan jam yang melingkar di pergelangan tangannya, berharap dengan itu waktu berjalan lebih cepat. Ia ingin menemui Naira, memastikan bagaimana keadaan cewek itu.

Rafa
Lo baik-baik aja?

Rafa memperhatikan isi chat yang sedari tadi dikirim ke Naira namun cewek itu tidak membalas. Jangankan di balas, di lihat saja tidak. Itu artinya cewek itu belum sadar juga, hal itu yang membuat Rafa khawatir.

Ia sempat melirik ke arah Fajar. Cowok itu terlihat biasa saja padahal Naira sedang tidak baik-baik saja. Padahal Fajar orang pertama berdiri di depan jika bersangkutan dengan Naira. Rafa mengangkat bahu acuh, itu tidak penting untuknya. Bukannya bagus bukan? Setidaknya Fajar tidak membuatnya cemburu, lagi.

Pemilik Hati [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang