|18|Move On

1.1K 169 0
                                    

"Namaku peka. Aku hadir di antara kalian yang tidak mengerti perasaan orang lain. Aku berusaha memberitahu, kalau ada seseorang yang menunggumu untuk mengerti"
.
.
.

"Pagi Naira!"

"Hahh? Kamu?" kaget Naira.

"Gimana?" ujar laki-laki itu sambil menaik turunkan alisnya.

"Kok bisa gini sih? Kamu... Fajar, kan?" tanya Naira memastikan.

Pasalnya apa yang dilihat Naira saat ini sungguh berbeda dengan pempilan Fajar sebelumnya. Satu sekolahan juga tau kalau cowok yang banyak digilai kaim hawa itu tidak peduli dengan penampilannya. Baju yang kusut kayak tidak pernah disetrika, kaki bajunya yang selalu di keluarkan dan rambut yang acak-acakan seperti cakar ayam. Tapi lihatlah sekarang, Fajar nampak berubah 180 derajat.

"Panling kan liat penampilan gue?" ucap Fajar.

"Iyaa..." kata Naira spontan, "Eh, Alhamdulillah. Akhirnya kamu dapat hidayah jadi anak baik" ralat Naira.

Naira akui bahwa dengan penampilan seperti ini, ketampanan Fajar bertambah berkali-kali lipat. Naira aja terhipnotis, gimana sama cewek-cewek di sekolahnya nanti? Eh, astagfirullah, jaga hati Nai. Ingat Rafa! Ihh kenapa malah ke cowok itu sih? Naira jadi kesal sendiri.

Fajar terkekeh, "Harus! gue jadi anak baek aja belum tentu bisa meluluhkan hati cewek yang gue suka" sindirnya kemudian.

Naira hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan Fajar. Dia tau cewek yang di maksud Fajar itu dirinya.

"Ya udah yuk, kita berangkat aja. Motor kamu yang itu, kan?" ujar Naira saat suasana disana sedikit canggung.

Fajar menaikkan sebelah alis, "Emang gue pernah bilang kalo gue kesini untuk jemput lo?"

Bluss

Semburan merah muncul di pipi Naira saat ini. Bisa-bisanya dia mempermalukan dirinya sendiri. Niatnya hanya untuk menghindari rasa canggung diantara mereka tapi malah berakhir dengan rasa malu kayak gini.

Tawa Fajar langsung keluar saat melihat ekspresi malu Naira, "Hahah, gue cuman bercanda" jelas Fajar, "Nyokap lo mana? Gue mau minta izin, sekalian minta maaf karna kemarin nganter anaknya pulang kemalaman" ujarnya kemudian dengan tawa yang mulai reda.

Naira cepat masuk ke dalam rumah tanpa melihat terlebih dahulu ke arah cowok yang sekarang memperhatikan tingkahnya. Tapi belum sempat Naira melewati pintu, seorang wanita parubaya tiba-tiba keluar saat mendengar keributan di depan rumahnya.

"Siapa Kak?" tanya Ana ke putrinya.

"Oh, teman Naira mah"

"Assalamualaikum tante, saya Fajar temannya Naira yang kemarin anter Naira sampe kemalaman. Maaf ya tante" ucap Fajar lalu menyalami Ana.

"Ahh, ia nggak papa. Tapi lain kali minta izin dulu yah" ucap Ana, merasa senang karna masih ada anak muda zaman sekarang dengan sikap seperti Fajar.

"Gak papa kan tan, kalo hari ini biar Fajar aja yang nganter Naira ke sekolah?" tanya Fajar.

"Nggak papa dong" ujar Ana sumbringan.

Fajar tentu saja bahagia melihat respon Ana untuknya. Kalo tidak dapat hati anaknya, Mamanya pun gak masalah, bukan? Bukannya restu orang tua paling utama? Nggak sia-sia Fajar mengubah penampilannya hari ini.

Fajar mencium punggung tangan calon mertuanya, di susul dengan Naira.

"Naira berangkat Mah, bilangin sama Papa" pamitnya.

"Kakak sekarang banyak yang naksir ya? Tapi Mama serahin semua ke kamu. Yang kemarin datang ke rumah juga anaknya baik" bisik Ana, sengaja menggoda putrinya.

Pemilik Hati [SELESAI]Where stories live. Discover now