"Mas, gue mau nginep di rumah lo." ujar lelaki yang menjadi pusat perhatian Sheina.

Nah kan, kalau gini gue bisa denger si Arga cowo gila itu ngomong apaan

Sheina kemudian memperhatikan mereka dengan serius. Sheina menatap seluruh sisi rumah tersebut.

Ini rumahnya?

"Lo berantem lagi sama kakak lo?" tanya lelaki yang dipanggil Mas itu.

"Iya. Gue lagi males sama dia." jawab Arga.

"Ntar gue yang kena sambet lagi, bego." keluh lelaki itu. "Balik gih! Gue nggak terima tamu yang cabut dari rumah," tambahnya.

"Dimas, cuma lo yang bisa bantu gue. Gue nggak tahu mau kemana," ujar Arga.

"Ga, lo itu jangan egois. Egois itu nggak baik, nggak akan ada manfaatnya. Mending lo pulang, terus lo sekolah dah! Gue juga mau berangkat, udah telat nih gue karena lo." ujar Dimas lalu bergegas untuk berangkat.

"Anjir Dimas, lo parah banget cuma seminggu doang gue nginep." ujar Arga yang mengejar Dimas.

Dimas yang hendak menaiki motornya, akhirnya tertahan. "Tapi, kalau ada apa-apa gue nggak tanggung jawab, ya." ujar Dimas.

Oh jadi dia kabur dari rumah. Terus siapa laki - laki itu? Kok nggak pernah lhiat di kelas.

Sheina kemudian melihat jam tangannya. "Astaghfirullah. Udah jam segini." Keluh Sheina.
Sheina pun mulai berjalan meninggalkan dua lelaki tersebut.

"Ini semua gara-gara cowo gila itu!" kesal Sheina yang sedang berjalan dengan terburu-buru.

Sheina pun melangkahkan kakinya dengan cepat karena melihat jam, pukul 07.10 WIB. "Duh Sheina, lima menit lagii." ujar Sheina sembari memukul pelan dahinya.

Tiba-tiba motor di sampingnya menabrak genangan air, dan terkena rok Sheina.

"Iiiiii siapa sih yang bawa kereta nggak becus?" kesal Sheina sembari melihat rok abu-abunya sudah terkena noda bewarna cokelat.
*Kereta = Motor (Bahasa Medan)

Lalu motor itu berhenti, pengendaranya membuka helm dan melihat ke arah Sheina.

Sheina pun berjalan mendekatinya dengan wajah yang ditekuk. "Bisa nggak sih, bawa keret—motor itu yang bener? Rok aku jadi kotor," ujar Sheina.

Lelaki itu menatap Sheina dengan tatapan bersalah. Ia melihat rok Sheina yang sudah benoda. "Maaf ya. Tadinya gue pikir nggak akan kena." ujar pengendara tersebut. "Em, gimana sebagai gantinya, gue anter lo ke sekolah?" ujar lelaki itu.

Sheina melihat wajah lelaki itu. Ia baru menyadari bahwa ternyata dihadapannya adalah lelaki yang bersama Arga tadi. Ia adalah Dimas.

"Tenang gue bukan orang jahat kok. Ayo, udah jam segini!" ajak Dimas.

"Nggak, aku bisa jalan sendiri. Sekolah aku deket." ucap Sheina.

"Yakin, nih? Udah jam segini loh."

Sheina melihat jamnya. Sebenarnya, ia akan telat jika berjalan kaki. Sheina pun memikirkan hal ini untuk mengambil keputusan yang tepat. "Kamu tahu sekolah aku?" tanya Sheina.

"Nggak." Dimas menggeleng. "Dimana emang sekolah lo?" tanya Dimas.

"Sky Elite High School." ujar Sheina.

"Ouh SE... mantan sekolah gue." Ujar Dimas. "Tapi, kok lo nggak pakai seragam mereka?" tanya Dimas yang memperhatikan seragam yang dipakai Sheina.

"Belum dapet," ucap Sheina.

Dimas sedikit bingung, namun ia mengabaika hal itu.  "Yaudah ayo naik!" ajak Dimas.

Perlu diketahui, Sky Elite High School merupakan salah satu sekolah swasta termahal di Jakarta. Siswa-siswi yang bersekolah di sana adalah anak-anak yang berasal dari golongan orang-orang tertentu.

Sheina ragu - ragu untuk menerima tawaran Dimas. Namun, Sheina juga berpikir jika dia jalan maka dia akan telat. Sheina pun akhirnya menaiki motor Dimas. 

Setelah Sheina naik, Dimas pun kemudian melajukan motornya.

Saat di atas motor, Sheina pun kembali mengingat ucapan Dimas.

Mantan sekolah? Berarti dia bukan sekolah di SE, dong.

"Nama lo siapa?" tanya Dimas.

"Sheina." jawab Sheina.

Sheina sudah tahu nama lelaki itu sebenarnya, setelah mendengar percakapan Arga dan Dimas tadi.

"Lo nggak mau tahu nama gue?" tanya Dimas.

Sheina tersenyum kikuk. Dia sedikit mengutuk dirinya. Dia seharusnya berpura-pura tidak mengetahui nama Dimas. Meskipun, ia sudah mengetahui nama Dimas sebelumnya.

"Ooo iya, nama lo siapa?" tanya Sheina kikuk.

"Gue Dimas," sahut Dimas. "Btw lo kelas berapa?" tanya Dimas.

"Kelas sebelas." jawab Sheina.

Dimas mengangkat satu alisnya. "Sebelas? Kelas apa, kok gue nggak pernah tahu?" tanya Dimas.

"Sebelas ipa." jawab Sheina.

"Lo anak baru?" tanya Dimas.

"Iya." jawab Sheina.

"Ooo, pantesan aja," ujar Dimas tertawa renyah.
Sheina hanya tersenyum menggubris ucapan Dimas.

"Udah sampek nih," ucap Dimas sembari menghentikan motornya di depan gerbang SMA Sky Elite High School.

Sheina pun turun dari motor Dimas. "Makasih, ya." ujar Sheina.

"Kayanya, rumah lo sama gue deketan deh. Gimana kalau kita barengan?" tanya Dimas.

"Aku bisa jalan sendiri kok," jawab Sheina.

Dimas mengangguk. "Gue cuma mau nawarin lo aja, biar nggak telat." ujar Dimas.

"Em, aku nggak mau ngerepotin kamu." ujar Sheina.

"Gue nggak merasa direpoti kok," ujar Dimas.

"Liat nanti deh," sahut Sheina. "Ya udah, aku masuk dulu ya." ujar Sheina lalu pergi.

"Iya—Eh nomor—"

Sheina sudah berlari meninggalkan Dimas.

Dimas menghela napas. "Gimana gue bisa jemput dia kalau gue nggak punya nomer handponenya?"

***

Sheina memasuki kelas XI-IPAI. Suasana kelas masih sangat ricuh. Belum ada guru yang mengendalikan kelas tersebut. Sheina bejalan kearah mejanya.

"Sheina lo dari mana sih?" tanya Dinda, ketika Sheina telah duduk di bangku miliknya. "Gue ke kosan lo. Tapi, lo nya nggak ada." lanjut Dinda.

Sheina mengatur napasnya. Ia masih belum menggubris ucapan Dinda.

"Lo habis lari?" tanya Dinda.

Sheina mengangguk dan masih dengan napas yang tersenggal.

"Kenapa sama rok lo?" kedua bola mata Dinda tertuju pada rok Sheina yang berbercak.

Sheina pun akhirnya mampu mengontrol napasnya dengan baik. "Tadi ada orang nggak sengaja nabrak becek. Jadi, aku kecipratan deh." jawab Sheina.

"Astaga Shei, besok lo harus hati-hati." ujar Dinda.

Sheina mengangguk dan tersenyum.

"Lo di hukum?" tanya Dinda.

"Nggak, dua menit lagi, hampir aja." jawab Sheina.

"Ooo syukur deh." ucap Dinda.

Sheina mengangguk tenang.

"Eh tapi bentar, lo emangnya dari mana kok bisa telat?" tanya Dinda.

"Aku pikir kamu nggak ngejemput aku. Jadi, aku pergi duluan deh," ujar Sheina.

"Yaelah Shei, gue nggak mungkin ingkar janji. Gue itu berangkat emang rada telat," ujar Dinda.

"Besok, lo jangan pergi duluan. Tungguin gue, okay!" tambah Dinda.

"Besok aku pergi sendiri aja Din, aku nggak mau ngerepotin kamu." ujar Sheina.

"Nggak, lo nggak ngerepoti. Pokonya besok paling lama gue dateng jam tujuh lewat lima." ujar Dinda.

"Tapi Din—"

"Pokonya kalau lo jalan lagi kaya gini, gue juga bakalan jalan." ujar Dinda.

Ni anak kenapa sih?

"Iya iya, besok aku tungguin kamu." jawab Sheina.

"Okay dear!" ujar Dinda tersenyum.

Tidak lama kemudian guru mata pelajaran pun masuk. Seluruh murid bergegas mengeluarkan buku mereka masing-masing, dan bersiap untuk memulai pelajaran. 

To be continued....

------

Hola....

Wah ada pendatang baru guys....

Selamat datang Dimas...

Maapin ya, part ini ga terlalu panjang. Soalnya lupa mau buat apa wkwkwkwk.

Rada absurd juga sih, tapi yaudalah dinikmati aja hehehh.

Don't sider please, thanks ❤❤

#MasDimas

Our Crazy WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang