[REVISI] A Regret

Start from the beginning
                                    

Vella tertawa. "Oh iya lupa, bilang gih sama dia."

Jennie terdiam, matanya menatap ponselnya.

Reygan tidak membalas pesannya.

"Kenapa lo?" kata Vella.

Jennie menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Reygan belum bales pesan gue, kemana ya dia?"

****

Reygan berdiri di balkon di hotel tempat dia menginap setelah penerbangan yang dilakukannya.

Reygan memandang kota Tokyo, dari atas, laki-laki itu menghela nafasnya.

Reygan sebenernya ingin memastikan perasaannya, Fannesa atau Jennie?

Reygan yakin, pilihannya tetap pada Fannesa.

Perasaannya tujuh tahun lalu dengan sekarang, masih sama.

Fannesa.

Reygan masuk ke dalam kamarnya, dan mengambil ponselnya di atas nakas, dan melihat banyak sekali pesan yang dia terima.

Namun, ada satu pesan yang menarik perhatiannya.

Jennie : Gan, kita hrs ketemu. Penting.

Jantung Reygan bertalu-talu, ada perasaan senang saat Jennie mengajaknya bertemu.

Ada perasaan was-was juga, apa yang akan dibahas perempuan itu?

Reygan : Kita ketemu dirumah, sorry gue abis flight. Bsk gue, balik.

Pesannya sudah bercentang biru, namun tidak ada tulisan mengetik.

Jennie hanya membaca pesannya, membuat Reygan kesal. Entah kenapa.

Fannesa : Gan, aku nggak ada di apartemen waktu kamu pulang. Ini aku udah di luar kota, kerja. Luv u.

Reygan menatap pesan itu, tanpa berniat membalasnya. Kesal nya, bertambah.

****

Jennie bangun, mual kembali menyerangnya.

Dengan susah payah, Jennie berdiri dan duduk di ranjang.

Badannya lemas sekali, sepertinya benar dia harus menginap di tempat Vella sampai Jennie benar-benar sehat.

Jennie, keluar kamar dan menegak air putih.

Baru saja menegak sedikit, namun perutnya kembali bergejolak, dan entah kenapa air putih itu rasanya pahit.

Jennie terkulai lemas, di kamar mandi, keringat mengucur deras.

Jennie sedikit terkesiap saat mendengar, pintu utama terbuka.

Jennie berdiri, dan baru saja sampai pada pembatas dapur dan ruang tamu, Jennie terpaku melihat Reygan.

Rasanya, Jennie ingin memeluk laki-laki itu sekarang.

Reygan menatap Jennie. "Ada apa lo suruh gue ketemu?"

Reygan duduk di kursi makan, kepalanya celingak-celinguk melihat rumah yang lama dia tinggal.

Jennie duduk di kursi dihadapan Reygan, setelah ia mengambil sesuatu di kamarnya.

Reygan terdiam, melihat Jennie menyodorkan sebuah benda yang Reygan tau untuk mengetes kehamilan.

Reygan mengambil benda itu, dan menatapnya lamat-lamat.

Ada dua garis disana.

Tubuh Reygan menegang. "Maksudnya apa?"

Jennie mengambil nafas, lalu menghembuskan. "Gue hamil. Anak lo."

Hi, Captain! [COMPLETED]Where stories live. Discover now