16

509 11 0
                                    

Hari terus berganti, dan Abel masih belum menemukan siapa pengirim surat tersebut. Ia juga sudah tidak terlalu memperdulikan karena saat ini perempuan tersebut sedang sibuk dengan ujian kenaikan kelasnya.

Sedangkan Arjuna masih sama. Suka membolos, tidur di kelas, dan mengganggu Abel tentunya. Ia tidak bosan-bosannya mengganggu perempuan manis tersebut. Menurutnya hal itu mengasyikkan karena bisa melihat wajah kesal Abel setiap harinya.

Jam istirahat berbunyi nyaring sejak 8 menit yang lalu, kali ini Abel sedang duduk di salah satu kursi perpustakaan. Cewek tersebut sedang sibuk mengerjakan soal-soal kimia dengan rambut dicepol asal, hal itu membuat anak rambutnya menjutai kesana kemari, jujur saja itu mengganggu pandangannya, namun ia tidak menghiraukan hal tersebut.

Perpustakaan yang senyap pun tiba-tiba menjadi ramai hanya karena Arjuna dan kedua temannya masuk ke dalam perpustakaan dengan tawa yang menggelegar. Membuat baik Abel maupun siswa-siswi yang sedang berada di perpustakaan terganggu dengan tawa mereka.

"Eh-eh. Liat tuh Jun! Ada Abel."

"Lagi berantakan aja cantik ya Allah. Makin cinte." Ucap Arjuna sambil menggeleng kagum. Abel hanya memutar bola matanya malas, suara senyaring itu tentu saja dapat menyita perhatian para pengunjung perpustakaan ke arah mereka.

Abel semakin menunduk sambil mengerjakan soal-soalnya, berusaha agar wajahnya tidak terekspos karena malu. Tiba-tiba ia merasa ada seseorang yang duduk di sebelahnya. Perempuan tersebut pun menoleh untuk melihat orang yang duduk di sebelahnya.

"Hai!"

"Eh, hai?" Abel bingung harus merespon seperti apa, pasalnya cowok tampan di sebelahnya itu sedang menyodorkan tangannya, menunggu Abel menjabat tangannya yang sedang menggantung. Akhirnya Abel pun menyambut tangan tersebut.

"Danendra Al Sadewa, panggil aja Nendra." Ucapnya setelah menjabat tangan Abel. Abel hanya terdiam sambil menatap tangan mereka, beberapa detik kemudian ia pun tersadar dan tersenyum samar sambil melihat Nendra.

"Rossabella Silvia, panggil Abel aja."

"Kalo gue ga mau gimana?" Tanya Nendra. Wajahnya sangat teduh dan membuat siapapun terpana, namun tidak dengan Abel. Perempuan tersebut mengangkat sebelah alisnya, bingung.

"Gue mau manggil lo..."

"Silvi."

***

Abel mengerjakan soal ulangannya dengan gelisah. Sedari tadi Abel memikirkan ucapan cowok yang baru saja ia temui di perpustakaan.

'Kenapa dia manggil gue Silvi sih!!'

Abel mengusap-usap wajahnya dengan kasar. Kesal karena Nendra telah berhasil membuatnya terbayang-bayang. Disampingnya, Hana mengernyit bingung, tidak biasanya perempuan tersebut kesusahan dengan soal ujiannya.

"Kenapa, Bel?" Tanya Hana sambil melirik-lirik pengawas ujiannya, takut namanya tiba-tiba disebut.

"Ga, gue ga papa."

***

Ditempat lain, Arjuna mengerjakan soal tersebut dengan mudah, ia tidak memikirkan jawabannya melainkan hanya mencorat-coret kertas jawabannya dengan asal. Asal mengerjakan, tidak akan terkena masalah pikirnya.

"Waktu tinggal 10 menit lagi!" Ucap pengawas ujian tersebut dengan suara lantang. Tiba-tiba, Danu mencolek-colek punggung Arjuna. Arjuna pun menoleh melihat Danu dengan wajah paniknya.

"Jun, nomor 28 apaan?" Tanya Danu sambil menunjuk soalnya sendiri.

"Ga salah lo nanya gue?"

"Lo ngasal lagi?"

"Iya lah." Danu menepuk keningnya, heran dengan sahabatnya yang satu itu.

"Kalo nilai lo jelek gimana?" Tanya Danu. Arjuna hanya mengangkat kedua bahunya, menandakan bahwa ia sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Setelah itu, mereka pun mengumpulkan kertas berisi jawaban yang telah mereka tulis ke pengawas ujian.

Berbagai macam keluhan sudah masuk ke telinga Arjuna. Ada yang mengeluh karena tidak bisa menjawab soalnya, ada yang karena kelupaan mengisi satu jawaban, dan lain-lain.

Sedangkan Arjuna? Ia justru acuh-tak acuh setelah mengerjakan 50 soal yang ia jawab asal.

"Gimana bro soal nya?" Tanya Aldo kepada kedua temannya. Arjuna hanya diam, sedangkan Danu dan Aldo bertatap-tatapan sambil berulang kali melirik Arjuna. Seperti tahu apa yang dipikirkan oleh Danu, Aldo pun menggangguk paham.

"Yok cabut, hari terakhir kan? Gimana kalo kita nongkrong?" Hibur Aldo sambil merangkul Arjuna. Danu pun berseru sambil mengepalkan tangannya ke atas, sedangkan Arjuna hanya tersenyum samar sambil melihat Danu yang semakin konyol.

-Arjuna-

Hai!! Setelah sekian lama yaaa akhirnya update juga!! Gimana? Seru ga? Seneng gaaa? Hehe

Oh iya! Gw mau promosiin 1 cerita boleh ya? Langsung aja di cek yuk!

Oh iya! Gw mau promosiin 1 cerita boleh ya? Langsung aja di cek yuk!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuk langsung aja dicek di akunnya Xyliphon

Tunggu cerita Arjuna selanjutnya yaa.
Luv yaa!!❤️😘

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang