15

558 22 1
                                    

Abel menopang dagunya dengan kedua tangannya. Ia menghela napas panjang. Pikirannya sudah melayang entah kemana, meninggalkan kedua temannya yang asyik berdiskusi membahas soal matematika di hadapan mereka.

"ABEL!" Cewek tersebut tersentak kaget mendapati kedua temannya memegang tangannya secara bersamaan.

"Lo kenapa sih? Mikirin apa?" Tanya Hana sambil melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Abel.

"Hah? Ng-nggak, ga papa. Ada soal yang susah? Mau nanya nomor berapa?"

"Lo kenapa sih? Cerita dong. Masa sembunyi-sembunyi gini." Keluh Laila dengan wajah betenya. Abel menghela napas pendek. Kalau sudah begini, tentu saja perempuan tersebut tidak bisa menolak untuk bercerita.

"Tadi ada yang ngasih gue surat. Terus ada coklatnya dua." Jawab Abel sambil mengerjakan soal yang berada di hadapannya, berusaha mengalihkan perhatian.

"Hah? Eh? Siapa?" Tanya Laila sambil mencondongkan badannya lebih dekat.

"Gue ga tau."

"Ihh, mana sini suratnyaaa." Pinta Hana sambil memelas. Ia ingin sekali membaca surat tersebut. "Lucu banget sih ngasih-ngasih ginian. Iri deh gue." Lanjutnya sambil merengut.

"Ga ah, gue geli banget sama isinya."

"Ayo dong, Bel." Mohon Laila sambil memelas.

Abel berdecak kesal. "Iya iya, bentar." Perempuan tersebut beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan menuju tas sekolah yang ia taruh di bawah meja belajar. Setelah mengambil secarik kertas berwarna ungu tersebut, ia pun kembali duduk sambil menyodorkan kertas tersebut kepada kedua sahabatnya.

"Hai Abel, gue masih belom bisa deketin lo secara langsung. Tapi gue harap setelah ini gue bisa deketin lo dengan lancar. Sebagai perkenalan, gue kasih coklat ini buat lo. -A" Hana membaca surat tersebut bersuara. Sedetik kemudian ia menatap Abel dengan tatapan berseri-seri.

"GUE IRI BANGETTTT. PENGEN JUGA HUHUHUHU" Pekiknya histeris hingga membuat Abel menggeleng perlahan.

"Lucu bangeeett. Siapa ya kira-kira si A ini? Masa iya Arjuna?" Tanya Laila sambil menatap Abel. Abel tertegun sejenak. Ia bahkan tidak berpikir sampai kesana.

"Ah, ga tau lah. Gue pusing." Pasrahnya sambil menjatuhkan dirinya ke kasur yang empuk. Abel memejamkan matanya cukup lama. Pertemuannya dengan Arjuna sejak awal saja sudah sangat absurd, apalagi jika membayangkan hal yang lebih dengan cowok tersebut.

Seandainya itu benar-benar Arjuna, lalu apa yang harus ia lakukan?

-Arjuna-

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang