Chapter 6.4

46 2 0
                                        

Sakura POV

Aku sedikit menatap Natchan lekat sambil memperhatikan apakah dia akan kembali bicara padaku. Meskipun harus kuakui dia akan sulit bicara, nyatanya dia tak sepenuhnya mampu menutupi kekurangannya. Dia takkan bisa mengabaikanku tanpa memperhatikanku meski hanya waktu sehari.

Setelah pelajaran usai, aku memilih menunggu onichan di depan ruang kelasnya. Ya harus kuakui pasti banyak yang mengira aku kekasihnya. Pasalnya dia tak pernah mengenalkanku pada sahabatanya, memang kakak macam apa dia. Mentang mentang dia populer, dia melupakan adik semata wayangnya. JAHAT!!

"Menunggu lama?" Akhirnya manusia yang kutunggu datang juga. Dia malah menyeringai lebar sambil satu tangannya membawa tas hitam miliknya yang lebih besar dariku. Harus kuakui dia memang sangat keren, tapi jangan lupakan sifat 'menyebalkan' yang selalu dia berikan pada aku 'ADIKNYA SENDIRI'

"Sangat sangat lama. Dasar tidak peka!" Jawabku ketus. Aku lalu berbalik membelakanginya untuk bersiap jalan lebih dulu. Tapi sayangnya dia malah berjalan lebih cepat dariku, sehingga mau tidak mau aku yang harus mengikutinya dari belakang.

Dasar menyebalkan!!

Aku sedikit tak menyadari siapapun yang berjalan di sampingku. Hanya saja saat pundakku dan pundaknya saling bersentuhan, perasaan itu kembali muncul. Perasaan yang sama seperti halnya deja vu. Aku ingat jelas waktu pertamakali aku menemukannya. Dia yang waktu itu membuatku kena marah sensei, dia yang waktu itu membawaku ke ruang kesehatan, hingga dia yang memberikanku coklat saat aku terpuruk seorang diri. Bahkan belum lama tadi aku terpaksa memberi takoyaki milikku sebagai permintaan maaf. Tapi sepertinya dia sangat berbeda. Dia tak seperti kebanyakan pemuda pada umumnya.

Tidak. Bukan berarti aku menyukainya. Hanya saja aku kembali merasakan saat bersama Yama senpai sewaktu kecil. Kedekatan yang sebelumnya kudapat, seolah kembali saat aku menemukan orang itu. Tapi mengapa harus dia? Mengapa aku tak sepenuhnya mengingat wajah Yama senpai? Apa aku tak lagi menyukai Yama?.

"Na, melamun apa sih?"

Aku tak menjawab lontaran Haru. Bahkan aku malah sibuk dengan pikiranku kembali. Malahan onichan yang tadinya berjalan sangat cepat, justru berhenti dan menungguku berjalan di sampingnya. Terlihat dari tatapan matanya yang seolah mengatakan 'cepatlah atau aku akan meninggalkanmu disini'. Hah, menyebalkan memang. Tapi aku sangat menyayanginya. Aniki paling aneh yang ku punya.

"Ikou." Aku justru menarik tangannya dan membawanya jalan lebih cepat meninggalkan anak lain.

Sepanjang perjalanan pulang, aku hanya terus mengingat kejadian tadi. Waktu dimana aku kembali memikirkan Yama senpai saat aku bersamanya. Ini bukanlah perasaan suka yang ku punya. Ini hanya sekedar ungkapan yang membuatku sedikit canggung. "Onichan."

"Hm?"

"Jika kau menemukan seseorang yang sama di tempat berbeda, apa kau akan tetap mengingat sosoknya?" Apa pertanyaanku terkesan aneh? Buktinya kakak malah menatapku bingung seperti seekor katak yang lupa caranya melompat di jalan. Dia malah mengerjap polos seolah anak kecil yang tak tau apapun. Apa yang salah disini?

"Kau bicara apa sih? Kenapa harus berbelit belit"

"Jawab saja!" Desakku sekali lagi. Tapi itu malah dibalas tatapan mendelik darinya yang semakin membuatku mati beku. Dia malah berbalik menatap jalanan di depan dengan tangannya yang masih membawa tas hitam besar miliknya itu.

"Jadi maksudmu, kau menyukai seseorang?"

"Bukan begitu, tapi-"

"Terlihat jelas kalau kau menyukainya. Haha, ayolah Saku kau sangat bodoh jika harus bohong. Kau masih sangat labil untuk tau masalah percintaan." Dari suaranya pasti terlihat dia mengejeku. Tapi ketahuilah, wajahnya kembali murung setelah dia menghentikan kata katanya.

Drrtttt drttttt
Itu ponsel aniki ku yang bunyi. Sekilas dia melihat nama di notifikasinya, tertulis jelas nama Keichan disana. Kurasa dia akan meminta sesuatu pada onichan sekarang.

[-Keibae💚-]

Kau dimana? Kenapa meninggalkanku sendiri di sekolah?
~Keibae💚~

Ah, aku lupa menunggumu. Tadi adikku lebih lama menunggu jadi aku pulang bersamanya
~Hiro~

Kupikir kau lebih dulu pulang tadi
~Hiro~

Tentu saja belum. Aku menunggumu disini! Cepat datanglah!
~Keibae💚~

Wakatta. Aku kesana sekarang
~Hiro~

Onichan kembali memasukkan ponselnya di saku almamaternya. Dia menatapku sekilas, mungkin ada satu hal penting.
"Kei ternyata masih menungguku di sekolah, jadi aku harus kembali dan mengantarnya pulang"

Benar kan? Dia pasti memikirkan pacarnya. Dan mungkin setelah ini, dia akan menjemput Kei lagi dan meninggalkanku disini.
"Kupikir dia sudah pulang tadi, jadi aku lebih dulu menunggumu."

"Gomen na, kau bisa pulang sendiri kan? Lagipula jalanan sangat ramai kok, kau tak perlu takut jika seseorang menculikmu."

"Daijoubu onichan. Kau antar Kei saja."

"Kau adikku yang paling baik." Dia mengelus pelan pucuk kepalaku lalu berlari berlawanan arah meninggalkanku seorang. Kadang aku berpikir mengapa dia lebih mementingkan kekasihnya daripada adiknya sendiri. Ya harus kupahami jika dia bisa kehilangan kekasihnya karena aku, tapi bukan berarti dia harus selalu berpaling dari adiknya kan? Apa aku bukanlah adik kandungnya?

Kadang pula aku berpikir bagaimana seseorang bisa sangat menyukai kekasihnya dibanding dirinya sendiri. Memang sedari dulu aku menyukai Yama, tapi sejak kami pisah SMA, aku tak lagi bertemu dia selain hari tanabata waktu itu. Aku tak lagi melihatnya yang sedari dulu menjadi sahabat masa kecilku. Tempatku meluapkan tangisku, tempatku bercerita banyak tentang kejadian hari ini, dan tempatku tertawa puas saat dia kalah main dariku. Aku merindukan saat dimana kami saling dipertemukan. Bukan berarti aku harus berpaling dan mencari kekasih, itu sama halnya menyakiti perasaanku maupun perasaanya. Itulah mengapa aku lebih memilih sendiri daripada memikirkan siapa yang akan jadi pacarku.

Sadar atau tidak, aku bukanya mengambil jalan pulang tapi malah ke danau. Aku tak mengerti bagaimana kakiku dengan mudahnya melangkah tanpa pikiranku terarah dengan tujuanku. Hah, mungkin aku terlalu memikirkannya. Tapi setiap kali aku mengunjungi danau ini, perasaanku semakin membaik. Dan ini waktu yang pas untuk 'menangis'.

Tepat sekali, tanpa kucegah air mataku lebih dulu mengalir deras. Seberapapun aku berusaha mengusapnya, dia seolah menolak dan terus jatuh setiap aku mencoba menahan perasaanku. Jika diingat lagi, ini merupakan danau yang sering kukunjungi bersama Yama senpai sewaktu kecil. Bahkan ketahuilah kalau kami selalu bermain di tempat ini. Aku yang memaksanya datang dan bermain, membuat mahkota bunga, dan bernyanyi setiap kali pergantian musim. Aku merindukan saat seperti itu.

"Kataomoi ne." Aku mengusap lembut tanganku sambil melihat kembali ke danau yang tenang. Warnanya yang menenangkan sangat sepadan bagiku. Aku juga menyukai bagaimana udara bisa saling bersahutan dengan angin yang lewat. Seolah perasaanku sedikit tersampaikan sejak pertamakalinya aku datang ke tempat semula. Tempat dimana aku melihat satu keajaiban bersamanya.

Saat bagaimana dirinya datang kemudian pergi,
Saat dimana dia kembali dengan nuansa berbeda.
Aku tak sepenuhnya melupakan sosoknya, hanya saja hatiku masih memilih namanya di setiap memori yang kupunya.

Aku menutup mataku sejenak. Merasakan setiap deru angin di sekelilingku. Mungkin sekarang hanya ketenangan yang kurasa setiap kali aku memikirkannya. Tapi mengapa bayangan yang pertama kulihat malah dirinya yang tak pernah sekalipun kupikirkan. Mengapa dia malah muncul dan membuatku semakin panik. Mengapa harus Kazu yang datang di pikiranku.

Rainy Room - 同 じ 夢 を 一 緒 に 見 た -Where stories live. Discover now