Chapter 6.3

31 3 0
                                        

Natsumi langsung kembali ke kelasnya dengan wajah sedikit berantakan. Mungkin sehabis menangis tadi dia lupa pergi ke toilet dan membasuh wajahnya, dia malah langsung ke kelas dan masuk begitu saja. "Okamoto san, kenapa baru kembali? Apa ada masalah?"

"Iie. Saya baru dari toilet tadi." Jawab Natsumi lembut. Padahal tak biasanya dia bisa bicara pelan sambil menutupi wajahnya. Dia langsung kembali ke tempatnya semula. Menenggelamkan wajahnya yang menyedihkan dan mengabaikan beberapa pertanyaan gadis lain di sampingnya.

"Natchan, daijoubu desu ka?"

"Un."

Apa aku masih terlihat baik baik saja saat seperti ini? Apa dengan terus bersembunyi akan membuatku lari dari kenyataan?. Mengapa aku begitu menyukai gadis itu sementara dia tak sepenuhnya memperhatikanku.

Sadar atau tidak, Natsumi malah menusuk nusukkan pulpen yang ia pegang pada buku tipis di sebelahnya. Itu sedikit membuat buku itu nyaris rusak. Dia seolah meluapkan kemarahannya pada dirinya sendiri dan lupa caranya memulihkan pikirannya.

Kei yang melihat Natsumi masih terkesan marah, sedikit menggenggam tangan gadis itu dan mengelus pelan punggungnya. "Natchan, hentikan itu. Kau bisa melukai dirimu sendiri." Katanya sedikit berbisik. Tapi Natsumi malah terus melakukan tindakannya hingga membuat Kei terpaksa harus merampas pulpen itu lalu melemparkannya ke sembarang tempat. Tentu itu membuat anak lain melihat mereka bingung, untung saja sensei tak ikut berbalik. Kalau tidak, dia pasti akan mengeluarkan kedua gadis itu dari kelas.

"Jelaskan semuanya padaku istirahat nanti." Setidaknya itu kata terakhir yang Kei ucapkan sebelum ia kembali fokus dengan papan tulis. Meski sedikit melirik Natsumi yang masih berantakan, Kei tetap berusaha konsentrasi dengan catatannya dan kembali pada materi.

"Ano, Yoshino san. Kau mau ke kantin?" Itu anak lain yang bicara. Dia tiba tiba merangkul pundak Hokuto sambil sesekali mengacak rambut merah pemuda itu.

"Hai'. Tapi aku akan menyelesaikan catatanku dulu, baru aku akan ikut."

"Baiklah. Kami menunggumu di luar."

Pemuda bertitel Yoshino itu hanya mengangguk dan tersenyum. Menghadapkan kembali tatapannya pada papan tulis lalu menyalin materi ke catatannya.

"Ah, sial." Pulpen yang ia pegang tiba tiba jatuh. Terpaksa ia harus berjongkok dan mengambilnya yang tergeletak di lantai. Namun belum sempat ia kembali duduk, pandangannya tertuju pada loker mejanya yang masih penuh dengan coklat. Ya, mungkin beberapa gadis lain sengaja menaruhnya disana. Bukankah biasanya seseorang akan memberikan coklat sebanyak banyaknya pada orang yang disukai.

"Melihat banyaknya coklat ini, malah membuatku teringat gadis itu. Kira kira apakah dia masih di atap ya?"

"Ekhemmmm." Sepertinya gumaman Yoshino terlalu keras. Buktinya saja gadis di belakangnya sampai dengar dan berusaha menggodanya. "Jadi, Yoshino sudah punya seseorang ya? Pantas saja semua coklat itu tak pernah diambil. Ternyata kau sudah memiliki hati lain."

"Siapa yang kau maksud?"

"Bukankah kau menyukai adiknya Hiroki? Kalau tidak salah namanya Sakura ya? Gadis yang tadi teriak teriak di kelas sampai semua anak seisi sekolah mengerubunginya. Dasar tak tau malu."

"Dia hanya ketakutan dengan pikirannya, bukan berarti dia tak normal. Hanya saja ia tak sepenuhnya mampu mengendalikan perasaannya saat ini." Yoshino langsung kembali ke tempat duduknya. Menatap kembali ke papan tulis dan melanjutkan menyalin materi. Dia tetap mengabaikan ocehan panjang gadis di belakangnya, hingga kadang ia merasa sedikit risih dengan ucapan 'bodoh' gadis itu.

Rainy Room - 同 じ 夢 を 一 緒 に 見 た -Where stories live. Discover now