Chapter 4.1 [Friendship]

28 3 0
                                        

Hatiku mulai beralih darinya?

"Kimi wa, dare desu ka?" Kedua mataku kembali perih. Sesak jika harus membayangkan apa yang akan terjadi pada si penulis. Entah apa ini hanya sebuah candaan, dia lebih kejam dari yang kukira. Semudah itulah dia membuat hati seorang gadis terluka dengan kata kata palsunya?.

Tanpa dicegah, Saku lebih dulu merusak kertas itu. Meremasnya hingga tak lagi berbentuk, dan membuangnya begitu saja di tempat sampah. Pikirannya kini tak lagi berbaur dengan hatinya. Otaknya kacau, dan hatinya sangat sakit. Bayangkan saja siapa pengirim surat itu setiap harinya, yang mengetahui hampir semua yang dilakukan gadis itu.

Saku lebih memilih untuk segera tidur dibandingkan memikirkannya. Entah mengapa, hatinya sesak memikirkan kejadian tadi. Jikapun pengirim itu bukanlah Yama ataupun Kazu, mengapa ia harus kembali melihat Yamada setelah sekian lama merek tak saling bertemu.

Kedua mata nya mulai terpejam perlahan. Meskipun masih ada sedikit air mata di sudut wajahnya, nyatanya ia langsung tertidur lelap. Bahkan posisi dia tidur, kini bertolakbelakang dengan yang biasa ia lakukan. Malahan, dia tidur dengan posisi menyilang, dengan kaki nya di bagian kepala. Begitu pula sebaliknya.

Beberapa hari setelahnya, sekolah kembali masuk. Dan itu artinya mereka juga harus persiapan sebelum akhir tahun yang tinggal beberapa bulan lagi. Malah tak sedikit dari kebanyakan siswa yang memilih meneruskan liburannya yang cukup singkat, jika mengingat sebentar lagi mereka akan ujian.

"Kau sudah siap?" Itu suara haha di meja makan sambil menyiapkan bekal untuk Saku. Kenapa hanya dia? Alasanya singkat, karena Hiro tak mau membawa bekal ke sekolah dengan alasan "aku malas membawa kotak bekal itu kembali pulang" padahal nyatanya dia gengsi dengan kebanyakan temannya. Bisa dibayangkan sih, bagaimana jika seorang laki laki membawa bekal saat jam istirahat. Meskipun tak semua merasa malu ataupun canggung, nyatanya tak sedikit pula yang memilih tidak membawa bekal dan memilih kantin sebagai target utamanya.

"Onichan dimana?"

"Mungkin masih di kamarnya. Coba kau lihat, barangkali dia masih tidur." Saku mengerucutkan bibir mendengar perkataan haha. Tanpa menunggu lama, dia langsung berlari menuju kamar aniki nya dan langsung menerobos masuk tanpa mengetuk pintu. Hah, sialnya pemuda itu masih tidur di ranjangnya. Padahal dia yang harusnya bersiap cepat dan berangkat dengan Saku ke sekolah. Ya meskipun Saku bisa berangkat seorang diri, (karena pastinya dia juga jalan sendiri kan) dia tetap harus berangkat dan pulang bersama kakaknya. Gadis itu bisa hilang meski telah hafal jalanan kota. Alasanya satu, ketika dia teringat ataupun melihat sesuatu yang sekiranya menarik untuknya, dia bisa mengejar/mengikutinya tanpa tau arah. Alhasil, dia akan sadar ketika posisinya telah jauh dari rumah.

Saku melihat jam beker di meja, lalu mengambilnya dan memasang jam yang sama. Dan itu membuat alarm nya berbunyi seketika, tapi sayangnya tak sepenuhnya mempan bagi Hiro.
"BANGUN!!" Teriak Saku yang diiringi kegaduhan alarm yang ia pasang. Tangan kanannya mendekatkan jam itu di telinga kakaknya, sementara tangannya yang lain menutup telinganya.

"Nggg" Hiro hanya menggeliat. Itupun jika bangun, dia malah menarik selimut di bawahnya dan meringkuk untuk kembali tidur.

Gadis itu mulai geram. Jika saja pemuda dia hadapannya ini bukanlah kakaknya, dia mungkin akan melemparkannya ke laut. Tapi untungnya Saku adalah tipe orang yang sabar kok, buktinya dia tak sampai hati melakukannya kan.
"CEPAT BANGUN ATAU AKU AKAN MENYIRAMMU DENGAN AIR!!"

"Coba saja kalau bisa."

"Ck, ayo bangun. Harusnya kau segera mengantarku kalau kau juga tak mau telat." Saku masih saja mencabikkan wajah kesal. Dia terus memukul mukul punggung kakaknya dengan bantal di sofa. Tapi itu tak bereaksi sama sekali pada Hiro.

Rainy Room - 同 じ 夢 を 一 緒 に 見 た -Donde viven las historias. Descúbrelo ahora