Chapter 4.1 [Friendship]

Start from the beginning
                                        

Tiba tiba, sebuah ide terlintas di pikirannya. Dia jadi ingat kalau kakaknya sangat menyukai donat. Dan kebetulan di depan sekolahnya, ada toko donat yang baru buka. Saku berpikir sebentar lalu berbalik melihat kakaknya yang masih tertutup selimut. "Aku akan mentraktirmu makan donat nanti sepulang sekolah."

"Aku tidak mau." Jawab Hiro ketus

Saku menghela napas kasar. Tapi itu tak membuat semangatnya pupus.
"Bagaimana jika kutraktir sampai besok?"

"..." tak ada jawaban. Ingin rasanya menampar wajah sok 'ikemen' itu sekarang (tapi emang ikemen sih). Tapi tenang, stok kesabaran Saku takkan habis sampai dia mengelilingi samudra kedua terbesar di dunia.

"Ck. Baiklah. Untuk satu minggu aku akan mentraktirmu donat." Sedikit kesal rasanya mengatakannya, tapi jika ini berhasil, dia juga akan lebih cepat berangkat kan.

Hiro langsung membuka selimutnya. Berbalik dan menatap Saku dengan tatapan tak percaya. "Sungguhan?"

"Iya cepat bangun."
Hiro malah menyeringai senang sambil mengecup pelan dahi Saku. Itupun karena gadis itu telah mengatakan akan mentraktirnya makan donat. Jika di hari hari biasa, jangan berpikir Hiro akan bersikap semanis ini. Dia malah akan memakan Saku jika gadis itu melawan perkataanya. Kakak yang perhatian darimana kalau dia sendiri acuh pada Saku.

"Kupegang kata katamu itu." Jawab Hiro sambil mengelus kepala Saku lalu melenggang pergi ke kamar mandi.

Ingin rasanya menampar mulutnya sendiri. Kali ini ia harus memakan omongannya sendiri. Selama seminggu itu sama halnya setahun bagi Saku. Ketahuilah bahwa Hiro sangat penggila donat. Dia bisa menghabiskan berpuluh puluh kotak donat dalam waktu sehari. Lalu bagaimana jika 'seminggu'?. Sepertinya uangmu akan terkuras habis ya Saku :)

Saku menuruni tangga dengan wajah masam. Tangannya langsung mengambil tasnya di sofa lalu mendudukkan dirinya kasar begitu saja. "Nande?"

"Uangku akan terkuras habis dalam waktu satu minggu kedepan." Ucap Saku sambil meringis kesal. Dia jadi ingat ucapannya barusan. Harusnya dis bisa mencari cara lain kan? Tapi mulutnya malah lebih dulu bertindak sebelum dia memikirkan akibatnya.

Haha yang mendengarnya hanya tersenyum geli. Dia sudah menebak jika Hiro akan menghabiskan uang adiknya itu. Tapi sedikitpun, rupanya haha tak berniat membantu Saku saat ini. Beliau malah asyik di dapur tanpa sedikitpun peduli raut wajah putrinya sekarang. "Ohayou."

Hiro yang barusan turun, langsung menemui haha dan mengecup pipinya singkat. Ia lalu mengambil sandwich di piring dan melahapnya dengan sumringah sambil memandangi wajah kekesalan dari adiknya. Tapi itu dibalas tatapan acuh dari Saku yang kemudian melenggang pergi.

"Baiklah, kami berangkat." Ujar Hiro yang menyadari Saku mulai beranjak dari sofa. Tentu itu membuat haha terkekeh geli melihat tingkahnya yang seperti anak kecil. Malahan dia langsung merangkul Saku dan tersenyum miring penuh kemenangan saat berhasil membuat Saku semakin geram padanya. "Nee, kau sudah mau marah pagi pagi begini? Apa tidak kesal jika make up mu itu pudar?"

Goda Hiro sambil mengelus pipi Saku. Tapi itu malah dibalas tepisan dan senyum(paksa) dari Saku. "Ittekimasu." Ucap Saku datar. Bahkan tak ada seulas senyum sedikitpun di wajahnya sekarang.

"Um, itterashai." Bukannya memperhatikan putrinya, haha malah menahan tawa melihat kedua anaknya masih marahan. Mungkin dulu haha juga begitu saat sebelum kenal chichi.

"Mereka kenapa?"
Bisik chichi tepat di telinga haha. Dan itu dibalas tatapan kaget dari haha yang tak sadar dengan keberadaanya.
"Biasalah. Kau pasti juga tau."

Hiro Pov

Aku hanya terus berjalan sambil sesekali melirik adikku. Hah, rupanya dia masih kesal perihal tadi. Tapi salah sendiri kan, dia bahkan tak mengontrol ucapannya dan sekarang dia kalah dariku. Jadi, mau tidak mau dia tetap harus membelikanku donat setiap pulang sekolah. Haha, ini membuat uang saku ku sedikit hemat.

Aku kembali meliriknya. Hah, lucunya saat dia seperti ini. Wajahnya yang sangat datar dengan bibirnya yang mengerucut membuatnya lebih 'menggemaskan'. Ha, jangan berpikir kalau aku membencinya meski kami selalu bertengkar tiap hari. Ya kuakui kami tak pernah akur, tapi bukan berarti kalau aku tak menganggapnya adik kan? Aku juga masih bisa menjadi seorang kakak idaman untuknya, dia sendiri saja yang tak peka kalau punya kakak keren di sekolah dan bahkan digilai banyak gadis. Haha.

"Kalau mau marah marah saja, jangan ditahan." Godaku sambil menyenggol pundaknya. Tapi dia tak merespon sedikitpun. Apa dia sakit?.

"Kau sakit?" Belum juga tanganku mendarat di dahinya, dia lebih dulu menepis tanganku dengan kasar. Wah, sepertinya dia tak pernah belajar cara menghormati kakaknya ya. Adik siapa sih dia?

"Aku bertanya baik baik tapi kau malah marah."

"Hm, daijoubu." Jawabnya singkat. Ah tunggu, tadi dia terlihat tersenyum sebentar tapi itu lebih terlihat senyuman karena terpaksa. Haha, dia semakin menggemaskan ketika begini.

Sakura POV

Aku memang masih menyesali perkataanku tadi pagi. Mungkin dia akan memeras habis uangku setelah ini. Tapi sepertinya aku memang harus mengalah dan ya, sesekali aku juga bisa berbuat baik untuknya. Jangan berpikir meskipun aku selalu dianggap menyebalkan olehnya, dia pasti juga masih menyayangiku kan?

Sekali lagi, aku tak menanggapi lagi perkataan kakakku. Itu malah membuatku sedikit muak dan membuat semangat pagiku harus pupus. Tiba-tiba langkahku semakin pelan ketika seseorang yang kukenal tengah berdiri di depan sebuah kedai. Itu seperti tak asing bagiku, dia- Yamada senpai? Hampir saja aku berteriak melihatnya yang juga menatapku sebentar. Tapi aku masih sadar posisiku sekarang yang masih berjalan bersama onichan.
Tapi kenapa dia di sana? Bukankah seharusnya dia kuliah. Atau ada sesuatu yang ia lakukan disini?. Hah, entahlah. Yang jelas moodku sedikit membaik melihatnya. Dan itu jelas disadari aniki menyebalkan di sampingku ini. Buktinya saja dia terus menatapku yang tak henti hentinya tersenyum.

"Sungguh. Kau sepertinya sakit parah Saku." Sekali lagi dia mencoba memegang dahiku tapi lebih dulu kutepis paksa. Pasalnya wajahnya malah yang ketakutan seperti orang yang kedinginan. Padahal aku yang disangka sakit, tapi dia yang mendadak pucat. Aneh.

Rainy Room - 同 じ 夢 を 一 緒 に 見 た -Where stories live. Discover now