Jennie mengangguk sambil tersenyum tipis. "Gue tau,"

Reygan mengabaikan Jennie dan berjalan ke kamar mandi, untuk membersihkan diri.

Reygan keluar sambil menggosok-gosokkan handuk ke rambutnya yang basah.

Lalu Reygan melipat selimut yang dipakainya.

Semua gerakan Reygan tidak satupun luput dari penglihatan Jennie. Semua terekam jelas di otaknya.

"Gan?"

Reygan menoleh sebentar. "Hm,"

"Gan, gue boleh minta tolong nggak?"

Reygan memutar bola matanya. "Gue bukan pembantu lo,"

"Ish! Serius!"

Reygan mencharger ponselnya. "Apa?"

"Lo mau nggak lap in badan gue? Gerah nih rasanya,"

Reygan melotot. "Idih ogah!"

"Gan, tolong dong, gue nggak ada virus yang menular kok, ya emang gue lagi sakit, tapi kan, bukan yang menular,"

Reygan berjalan menjauhi brankar Jennie. "Nggak, lo nggak malu apa?!" katanya galak.

Jennie menatap Reygan, "Ngapain malu, sama suami gue sendiri ini,"

"Ogah,"

Jennie menunduk, demi apapun ruangan ini memang ber-AC, tapi baju Jennie basah karena keringat.
Membuatnya tidak betah, karena gerah.

"Gan, please."

Reygan menghembuskan nafasnya, "Hm,"

"Makasih ya," kata Jennie sambil tersenyum manis.

Membuat jantung Reygan lagi dan lagi berdetak kencang.

****

"Rambut aku dicepol keatas dulu, pake jedai yang item itu tuh," kata Jennie sambil menunjuk jedai hitam di atas nakas.

Reygan dengan patuh mengambilnya, dan menggulung asal-asalan rambut Jennie, membuat harum segar menguar ke penciuman Reygan.

"Gan, kok diem? Rambut aku bau apek ya?"

Harum kok, harum banget malah.

Reygan tidak menjawab, dan meneruskan cepolannya pada rambut Jennie dan menjepitkan jedai pada rambut gadis itu.

Jennie tersenyum senang, "Rapi kok, rasanya semriwing,"

Reygan menggelengkan kepalanya. "Nggak jelas,"

Dengan perlahan tangan Reygan membuka satu per satu kancing di baju Jennie.

Kancing terakhir sudah terbuka, perlahan Reygan membuka bajunya, melepaskan dari badan Jennie.

Reygan meneguk ludahnya, menatap tubuh bagian depan Jennie, dimana dadanya terbungkus bandeau tipis berwarna hitam.

Reygan meneguk ludahnya, biar bagaimanapun dia pria matang, dan melihat tubuh polos perempuan bagaimana dia tidak tergiur?

Jennie dengan santai memainkan kalung besi yang tergantung di leher Reygan, karena posisinya mereka memang dekat.

Reygan dengan kaku menelusuri tangan, pundak, dan bagian belakang leher Jennie.

"Pake baju yang putih itu aja, biar nggak gerah, itu kan agak tipis," kata Jennie.

Reygan melemparkan baju itu ke wajah Jennie, "Pake sendiri, nggak sudi gue!"

Hi, Captain! [COMPLETED]Where stories live. Discover now