Part 6

6 0 0
                                    

Setelah selesai makan malam saatnya untuk nelanjutkan kegiatan malam mereka.

"Semuanya baris yg rapi ya dan maju satu-satu buat ambil nomor di kotak yg ada di depan ini"
Seru kak Bimo.

"Dan untuk yg cewek ambil di kotak kiri cowok yg kanan"
Lanjut Kak Putra.

Satu persatu mulai maju dan mengambil gulungan kertas dari dalam kotak.

"Kalian boleh buka gulungan itu sekarang dan cari pasangan kalian yg nomornya sama, jadi kalo misal cewek dapet nomor 1 dia harus cari cowok yg dapet nomor 1 juga dan otomatis menjadi tim."
Jelas kak Bella.

"Raya dapet nomor berapa?"
Tanya Meta.

"28 Ta, elu sama Ewi?"
Jawab Raya.

"Gue 11"
Sahut Dewi.

"Gue 42, huhu kira-kira sama siapa ya gue"
Jawab Meta sedikit khawatir.

Setelah membuka gulungannya Ciko segera berlari mencari Raya.

"Raya!! Nomor berapa?"
Tenya Ciko yg berharap mendapat nomor yg sama dengan Raya.

"28, elu?" Jawab Raya sekenanya.
"Yahh... gue 11, padahal gue berharap sama elo Ya" Sahut Ciko kecewa.
"11? Itu Dewi nomor 11, udah gue mau cari pasangan gue dulu" sembari berlalu meninggalkan Ciko.

Karena lelah bertanya kesana kemari dan belum ketemu juga. Raya pun memutuskan untuk duduk sebentar dan tetap bertanya pada murid-murid yg berlalu lalang melewatinya.

"Ilham nomor berapa?"
Tanya Raya yg melihat Ilham berjalan di depannya.
"Gue 51 Ya, elo?" Sahut Ilham yg berjalan menghampiri Raya.
"28 capek gue nyarinya ga ketemu-temu" eluh Raya.
"28?" Tanya Ilham memastikan.
Raya hanya mengangguk lesu.

"Radd sini" panggil Ilham sedikit berteriak yg melihat Radi sibuk menanyai para siswi.

Radi pun berlari menghampiri Raya dan Ilham yg sedang duduk bersama.

"Lo nomor 28 kan? Ini Raya 28 juga" jelas Ilham dan langsung berdiri untuk mencari pasangannya.

"Lo 28?" Tanya Radi.
"Iya" sahut Raya.
"Yaudah kesana yok" ajak Radi sembari mengulurkan tangannya untuk membantu Raya berdiri.

"Oke sudah sama pasangannya semua ya?" Seru Kak Bimo.
"Udah" sahut para murid
"Yapp jadi nama game nya Jerit Malam. Kalian harus masuk ke hutan dan cepet-cepetan sampe garis finish 1 putaran 20 pasangan yg masuk ya" jelas Kak Bella.

"Udah langsung aja pasangan nomor 1 sampe 20 maju" seru kak Bimo.

Para pesertapun maju termasuk Ciko dan Dewi.

Priiiitttt~
"Mulai" seru para panitia termasuk Pak Budi.

"Ciko awas ya lu kalo cari-cari kesempatan" gertak Dewi.
"Najiss gila" sahut Ciko acuh.
"Ya kan disini gelap siapa tau lo modus" jelas Dewi.
"Lo bukan tipe gue nih, jadi gausah ngaco" berjalan lebih cepat.

"Buruan lama banget sih" teriak Ciko yg melihat Dewi lumayan jauh di belakang.
"Bentaran apa susah ini banyak lumpur" gerutu Dewi.

"Eh Wi btw Raya udah punya cowok belum sih?" tanya Ciko penasaran.
"Npa lo? Demen?" sahut Dewi ketus.
"Udah punya belom?" tanya Ciko lagi.
"Belom! Raya jomblo! alias single" sahut Dewi.
"Bagus deh emang cocoknya sama gue si Raya tu" gumam Ciko pelan.

Akhirnya Ciko dan Dewi finish di urutan 5.
Dewi langsung berlari menuju meja minuman untuk mengabil air mineral yg sudah di sediakan.

"Ayo cepat pasangan nomor 21 sampai 40" lanjut Pak Budi.

"Mulaiiiii" seru Pak Budi setelah kak Bimo meniup peluitnya.

Raya segera berjalan di depan Radi. Seperti biasa tidak ada percakapan diantara mereka berdua.

"Yaa jalannya ga sampingan aja?" tanya Radi.
"Ga!" jawab Raya cepat.
"Kenapa?" lanjut Radi.
"Kalo di belakang gaada orang, gue takut." jelas Raya yg berjalan sembari melihat ke belakang ke arah Radi.
"Ada-ada aja lo" sahut Radi dengan senyumnya.

"Awass!!" seru Radi sembari menarik lengan kiri Raya yg membuat posisi Raya kini bersandar di dadanya.

Degg degg.... seketika jantung Raya berdetak kencang. Raya pun segera membenarkan posisi berdirinya agar tidak terlalu dekat dengan Radi.

"Kenapa?" tanya Raya yg tidak tahu mengapa Radi menariknya.
"Kalo jalan liat kedepan jangan nunduk. Itu ada batang pohon depan lo kalo kena lumayan itu pasti sakitnya" jelas Radi sambil menyorotkan sinar senter ke arah batang pohon yg di maksut.

"Gue ga liat" jawab Raya polos.
"Yaudah sini" menggandeng tangan Raya. "Udah gausah protes gue gandeng biar aman" jelas Radi.

"Kalo lo memperlakukan gue kayak gini. Gue bisa baper Radi" batin Raya.

Hampir 15 menit mereka bergandengan tangan dan belom terlihat tanda-tanda finishnya.

"Eh ini ga nyasarkan Rad? Kok lama banget kayaknya kita jalannya?" keluh Raya.
"Bener kok gue liat petunjuk arahnya, kenapa lo capek?" Radi menghentikan langkah kakinya.

"Dingin?" baru sadar setelah melihat Raya hanya memakai kaos lengan panjang.
"Engga kok, cuma heran aja kok jauh banget" elak Raya yg sebenarnya memang kedinginan.

Radi melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Raya.

"Gausah Rad" tolak Raya.
"Udah gapapa ini gue pake double kok" sembari menaikan zipper jaket yg di pakai Raya.
"Disini banyak temannya kak Ine Rad, gue gamau mereka salah paham." tolak Raya lagi.
"Gue lebih gamau lo kenapa-napa disini gara-gara dingin, gue yg repot entarnya." jelas Radi bercanda.

Akhirnya Radi dan Raya sampai. Dan masih bergandengan tangan.

Bella yg melihat kejadian itu pun langsung memberi tahu Ine via Line.

~~~

"Ne lo gamau coba tanya ke Radi? Soal yg gue liat pas kemah kemarin?" Tanya Bella yg melihat Ine duduk sendiri di Kelas.

"Belom sempet ketemu Radi gue Bel, lagian udah deh mereka kan temenan ini" sahut Ine

"Temen cowok sama cewek mesti banget ya gandengan gitu?" jelas Bella.

Ine pun beranjak dari kursinya untuk mencari Radi.

Dikelas Radi.

"Radi bisa bicara?" tanya Ine menghampiri Radi yg sedang berkumpul bersama temannya.

"Iyaa Ne sini duduk?" menyuruh Ine duduk di sampingnya.

"Di taman aja" ajak Ine sembari meninggalkan kelas Radi.

Radi segera bangkit dadi kursinya dan bergegas menyusul Ine.

Setelah sampai di Taman belakang Perpustakaan Radi langsung duduk di bangku taman.

"Kenapa Ne?" tanya Radi.
"Kamu ada apa sama Raya?" tanya Ine yg sedang berdiri di hadapan Radi.
"Raya?" tanya Radi bingung.
"Iya Raya! Kamu selama kemah ngapain aja sama dia?" desak Ine.
"Ya gaada lah emang ngapain Ne?" sahut Radi sekenannya.
"Kalo gandengan tangan bisa jelasin?" jelas Ine.
"Ne itu cuma biar dia ga kedingin aja ga lebih" jelas Radi sembari memegang tangan Ine. "Oke?" lanjut Radi.

Kantin

"Gimana Rad?" tanya Ilham.
"Biasa" jawab Radi asal

Ciko tiba-tiba bangkit dari duduknya dan segera menghampiri Raya yg sedang makan sendirian.

"Sendirian?" tanya Ciko yg langsung duduk di hadapan Raya.
"Heemm" sahut Raya sambil menganggukan kepalanya.
"Lo ga makan?" tanya Raya.
"Udah selese kok, itu enak basonya?" melihat kearah makanan Raya.
"Lo mau?" tawar Raya.
"Ga gausah" senyum Ciko

Happy Reading....
Jangan lupa vote ya gaess

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAYANA~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang