Kesedihan Yang Mendalam

5.2K 268 3
                                    

Hari semakin sore dan Angkara belum pulang kerumahnya. Karena kejadian saat Azura menginjak topi milik Arjuna yang dipakai Angkara, Angkara pun merasa sangat sedih. Seketika ia sangat merindukan Arjuna. Karena itulah Angkara akhirnya pergi ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) tempat Arjuna dia semayamkan.

Sesampainya Angkara di makam Arjuna. Angkara langsung duduk di sebelah makam Arjuna.

"Bang Jujun, Ara kangen sama abang. Ara pengen banget ketemu sama bang jujun. Ara gak kuat hidup sendiri di dunia ini. Ara butuh bang Jujun di samping Ara. Ara juga minta maaf sama bang Jujun karna gak bisa jaga barang bang Jujun dengan baik, maafin Ara bang." Ucap Angkara sembari memeluk nisan Arjuna. "Ara butuh abang..." Lanjut Angkara dengan air mata yang kini mengalir di pipinya.

Hari pun semakin gelap dan awan pun ikut gelap. Suara guntur terdengar dimana-mana, menandakan bahwa akan turun hujan. Benar saja, tiba-tiba hujan turun begitu lebat dan Angkara masih tetap pada posisinya.

"Biarin hujan turun lebat disini. Biar semua orang gak bisa liat kesedihan yang lagi gue rasain sekarang." Gumam Angkara dalam hati dan masih memeluk nisan Arjuna.

"Aduh, gue pasti dicariin nyokap nih." Gumam Alaska yang sedang mengendarai mobil sportnya berwarna hitam. Kebetulan Alaska melewati TPU tempat Angkara sekarang berada. Saat Alaska sudah berpapasan dengan TPU, Alaska menghentikan laju mobilnya.

"Tunggu! Gue kaya kenal motor warna pink itu." Gumam Alaska lagi saat sudah menghentikan mobilnya. "Oh iya itu kan motornya cewek yang tadi berantem sama Azura. Ngapain dia di Tempat Pemakaman Umum?" Lanjut Alaska, lalu Alaska pun akhirnya mengambil payung yang berada di dalam mobilnya, lalu Alaska keluar dari mobilnya.

"Bang izinin Angkara untuk nemenin abang disini malem ini. Ara butuh abang disamping Ara hiks...hiks..." Gumam Angkara dengan nada suara lirih dan air mata yang semakin deras.

"Lo ngapain disini?" Tanya Alaska yang sudah berada di samping Angkara sembari memayungi Angkara.

Dengan perlahan Angkara pun membuka matanya dan menoleh ke arah Alaska.

"Lo! Lo ngapain disini?" Tanya Angkara dengan nada suara lirih sembari menghapus air matanya.

"Gue gak sengaja lewat sini dan gue ngeliat motor lo di depan. Ini udah mau malem, kenapa lo masih ada disini dan ujan-ujanan lagi?"

"Bukan urusan lo. Mending lo sekarang balik dan jangan ganggu gue." Ucap Angkara ketus yang memalingkan wajahnya dari Alaska.

"Nanti lo bisa sakit kalo terus ada disini." Ucap Alaska. Lalu Alaska melepaskan jaket yang dikenakannya dan memakaikannya ke Angkara. "Ini pake jaket gue biar lo gak kedinginan." Lanjut Angkara yang memakaikan jaketnya kepada Angkara.

"Apaan nih? Gue gak mau!" Ucap Angkara yang hendak melepaskan jaketnya, namun Alaska menahannya.

"Tolong jangan dilepas! Gue cuma gak mau lo sampe sakit." Ucap Alaska yang menahan agar Angkara tidak melepas jaketnya dan Angkara pun akhirnya tidak jadi melepas jaketnya. Perlahan Alaska pun jongkok disebelah Angkara.

"Ini makam siapa?" Tanya Alaska.

"Abang gue." Jawab Angkara singkat.

"Lo yang sabar ya? Gue tau ini pasti berat banget buat lo."

"Ini lebih berat dari yang semua orang pikirin. Orang tua gue meninggal sebelum abang gue dan sekarang abang gue juga ikut pergi ninggalin gue. Sekarang gue gak punya siapa-siapa lagi. Gue gak tau harus terus bertahan atau menyerah sampai disini. Rasanya gue gak bisa ngehadepin dunia ini tanpa keluarga disamping gue, ini berat banget bagi gue." Jawab Angkara yang lagi-lagi tak bisa membendung air matanya.

BALAS DENDAM! ✔Where stories live. Discover now