Nineteen

21.9K 2.4K 448
                                    

Itu adalah mimpi buruk yang tidak pernah Jungkook impikan sebelumnya. Dia sudah mengalami jutaan mimpi buruk, mimpi yang mengerikan dan sangat menakutinya. Berkali-kali Jungkook berusaha bangkit diatas kakinya sendiri meskipun hal itu sama saja seperti berjalan diatas permukaan kaca dimana setiap langkah akan menorehkan luka ditelapak kakinya hingga berdarah-darah, berulang kali Jungkook berpikir untuk menyerah, membiarkan dirinya tersayat hingga mungkin dia akan mati kehabisan darah.

Sebelum Jungkook mengetahui segala kenyataan tentang masalalunya, dia selalu bisa menenangkan dirinya sendiri dengan berkata bahwa, ini hanya mimpi. Tidak apa-apa Jungkook.

Namun, hal yang paling menakuti Jungkook saat ini adalah, mimpi ini nyata; Darah ditelapak tangannya ini nyata, tubuh dingin dalam pelukannya ini nyata, dan Taehyung-- Taehyung yang sekarat dalam dekapannya ini nyata. Jungkook tidak bisa lagi mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ini hanya mimpi; Jungkook tidak bisa lagi berkata bahwa semua akan baik-baik saja untuk menenangkan dirinya sendiri. Jungkook menjerit, memanggil nama Taehyung dengan tubuhnya yang gemetaran. Airmatanya mengalir seperti arus sungai, tidak berhenti-- tidak bisa berhenti.

"Taehyung- hyungTaehyung. Taehyung. Taehyung. A-ayo bangun."

Jungkook merasa kebas, rasa nyeri menusuk dadanya semakin parah kala melihat Taehyung tak bergerak sedikitpun. Kelopak matanya terkatup begitu damai.

"Jungkook-ah!" Pintu menjeblak terbuka dan jantung Yoongi mencelos melihat bagaimana keadaan adiknya yang begitu memilukan, beberapa polisi dan petugas medis bergegas masuk kedalam ruangan, Seokjin dan Jimin mengikuti dari belakang. Jungkook mendongak, menatap Yoongi dengan pandangan kacau, "H-yung— Taehyung- Taehyung hyung—" Jungkook merasa hilang, dia tidak mampu meneruskan ucapannya, jemarinya masih menekan luka diperut Taehyung erat-erat, "Tidak-tidak—" Jungkook menggeleng keras saat petugas medis hendak mengangkut tubuh Taehyung yang tak sadarkan diri. Yoongi menghambur memeluk Jungkook, matanya memanas, dadanya sesak melihat adiknya seperti ini.

"Jungkook-ah," Suara Yoongi nyaris terdengar seperti bisikan, dia menarik lengan Jungkook yang gemetaran agar melepaskan tubuh Taehyung, "Tidak apa-apa, Taehyung akan baik-baik saja. Mereka akan mengobatinya Jungkook."

"T-tapi—"

"Yoongi benar Jungkook, Taehyung harus segera ditangani." Seokjin menimpali, dia mengambil selimut diujung ranjang kemudian menyelimuti tubuh adik sepupunya dengan perasaan pahit, penyesalan merayapinya kala mengingat bagaimana dirinya menyuruh Taehyung menjauhi Jungkook. Taehyung telah menyelamatkan adiknya.

Jimin memotong percakapan ketiganya, "Ayo, kita harus segera pergi dari sini. Polisi akan segera mengamankan lokasi."

Yoongi segera mengalungkan sebelah lengan Jungkook kebahunya dibantu oleh Seokjin. Mereka berempat menuruni tangga dalam diam, di lantai bawah, Profesor Choi memberontak dalam cekalan polisi kala petugas itu menyeretnya keluar bangunan. Yoongi menggeritkan geraham, "Paman— ah tidak, bajingan itu, aku bersumpah dia akan mendapatkan ganjarannya.

Mereka berempat keluar dari bangunan itu kala hari sudah petang, Jungkook melihat sekilas ambulans yang mengangkut tubuh Taehyung melaju cepat membelah jalan kota Seoul. Seketika tubuhnya melungsur jatuh, syukurlah. Taehyung akan selamat bukan? Jungkook memejamkan mata, tenaganya seolah terkuras habis, hal terakhir yang didengarnya adalah suara panik Yoongi yang memanggil-manggil namanya, sebelum segalanya menggelap.

___

Ombak itu bergulung bersama desau angin, saling berkejaran sebelum  mencapai pasir diujung kakinya. Jungkook menghela napas dalam, menatap lautan biru dengan dada sesak. Hawa dingin terasa membekukan persendiannya, namun Jungkook tetap berdiri disana tanpa ada keinginan untuk beranjak. Jika Taehyung disini, apa pemuda itu akan memeluknya?

CHAINED - VkWhere stories live. Discover now