Ketika waktu perlahan membuatku melupakanmu, kenangan lama itu semakin terlihat begitu nyata. Dan aku kembali melihatmu di tempat semula.
~Kazuma
■
Bukan berarti aku akan kembali melupakanmu, hanya saja aku tau hatimu bukanlah untukku.
~Sakura
■
Kau...
"Lagipula siapa yang melakukannya? Dia bilang seorang pemuda dari kelas sebelah, katakan yang mana orangnya maka aku akan mengabisinya."
Muak mendengarnya. Saku malah menutup telinganya demi mengindari teriakan yang lebih keras lagi dari gadis di sampingnya ini. "Sudahlah hentikan, aku ingin istirahat."
"Kau yakin akan baik baik saja?"
"Sudah kubilang kan kalau ini bukan luka serius."
▪
"Kau hanya perlu melakukannya, karena itu tugasmu. Jangan sesekali katakan tujuanmu yang sebenarnya pada siapapun, sekali aku tau kau mengkhianatiku maka aku takkan segan segan menghabisi adikmu." Tangan kekar pria itu masih menggantung di depannya. Sesekali pula pria itu memegang dagunya kasar sambil menunjukkan beberapa foto mengenaskan milik adiknya.
"Kau bisa pegang semua perkataanku. Dan sekali lagi ku katakan, jangan pernah menyentuhnya sedikitpun!!."
Tak sedikitpun menjawab, pria di depannya itu malah menyeringai penuh kemenangan. Di tangan kiri nya yang masih memegang beberapa lembaran foto berlumuran darah, itu foto adiknya. "Kerjasama yang bagus, Shunsuke."
Pemuda itu hanya bisa melihat pria di depannya yang kini melangkah menjauh. Bagus jika ia cepat pergi, hanya saja ia tak tau apa yang akan terjadi lagi setelah ini. Mungkin saja malah dia yang akan dihabisi pria itu.
Ia harus mengela napasnya yang hampir habis. Membayangkan perlakuan pria itu semakin membuatnya benci. Takkan pernah ia biarkan akan memberikan adiknya sebagai bahan taruhan. Jikapun ia harus menemukan gadis itu, pasti ia lakukan demi menebus adik kecilnya.
"Aku pasti menemukannya."
Arghhhhhhh. Ia mulai mengacak kasar rambutnya, memukul dirinya sendiri agar terluka. Mirip orang setres, pikirannya tak lagi berkombinasi dengan otaknya saat ini. Semuanya bertukar, ia takut sekarang. Air matanya mulai mengalir jatuh hingga membuat wajahnya benar benar menyedihkan.
Matte kudasai.
Bayangan adiknya terus membuatnya frustasi. Bagaimana mungkin ia akan melepaskan anak kecil itu demi menebus kesalahan orangtuanya.
"Akio takkan selalu selamat," "Aku bukanlah seorang kakak yang baik untuknya."
"Jikapun aku harus menukar hidupku demi keselamatannya, aku akan memilih lompat dan menghilang."
Kaki jenjangnya mulai melangkah tinggi. Melihat ke bawah jembatan dan membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini. Jikapun ini mengembalikan ketakutannya, ia takkan melepaskan adiknya jika ia menjadi tebusan.
"Dame!"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Teriakan itu berhasil membuatnya berpaling. Kedua mata nya terlihat merah, sangat menyedihkan. Wajahnya kini mulai berantakan, hidupnya bahkan tak lagi sempurnya sejak kedua orangtuanya pergi dari kewajiban mereka sebagai layaknya panutan keluarga.