"Yoshida Riko?"
"Ah ya." Spontan Reo berteriak keras. Dan itu tepat mengenai tepat di telinga Saku. Ah, lagi lagi ia harus merasakan hal ini untuk kesekian kalinya. "Bisakah kau kecilkan suaramu? Aku tak pernah mengira jika seorang anak kecil sepertimu bisa se-cempreng ini saat bicara."
Anak kecil?
"Hey, aku bukan anak kecil bodoh!!"
Napas seorang Reo sampai meluap luap. Dia sampai ngos ngosan setelah berteriak se-kencangnya tepat di depan Saku. Apa ini terbalik? Seorang anak kecil berteriak kepada seorang gadis?
"Apa kau lupa kalau aku adalah seorang seitokaicho di sekolah ini? Perlukah aku menunjukkan identitasku yang tenar ini agar kau percaya, I-Iij..Ji." Itu lucu, Reo bahkan kesulitan membaca identitas Saku di almamaternya. Bahkan pemuda itu kesulitan menghapal maupun mengucapkan nama nama yang sekirannya masih asing di telinganya.
"Iijima Sakurai."
Lagi, pemuda itu mendesah lega. Ia kemudian berbalik dan membaringkan tubuhnya. "Lagipula apa kau tak sedang pelajaran?" Haha, pernyataan macam apa itu. Hanya karena ingin mengganti topik pembicaraan, Reo sampai harus memutar otaknya pada gadis di sebelahnya.
"Miura sensei tak hadir hari ini. Dan aku sangat bosan di kelasku. Jadi aku pergi kesini untuk istirahat."
Pemuda di sampingnya itu hanya membulatkan mulutnya seolah membentuk huruf "O" sebagai jawaban sempurna.
"Kau sendiri kenapa tak ke kelasmu?"
"Aku bosan mendengar omongan guru kimia itu. Mendengarnya saja membuatku mengantuk. Mungkin sebaiknya aku menghabiskan waktuku di sini." Reo segera bangun dari posisinya, mencari posisi yang lebih nyaman untuknya. Saat seperti ini malah membuatnya ingin berlama lama di sana.
"Kupikir seorang ketos bisa dengan mudahnya mengerti pelajaran,"
"Hm, kenapa aku merasa ada kalimat sindiriran dari perkataanmu itu ya-"
Saku menahan tawanya yang kian meledak. Ekspresi seorang Reo itu sangatlah 'menggemaskan'. Lihat saja wajahnya tertekuk, mirip seorang anak kecil yang merengek pada ibunya.
"Terserah kau mau menertawakanku sampai kapan, asalkan kau puas."
Lirikan mata Reo berhasil membuat Saku diam. Ya meskipun ia masih menahan tawa, setidaknya ia tak membuat anak kecil itu merengek lagi bukan.
"Ngomong-ngomong soal itu, bisakah kita berteman?" Tawaran Reo berhasil membuat Saku menghentikan aksi tertawanya. Ia malah memandang Reo heran, pasalnya dia sangat terkenal di sekolah tapi sedikit yang dekat dengannya bahkan bisa dikatakan ia sulit mempunyai teman.
"Teman?"
"Um, aku memang tak selalu pandai mencari teman. Hanya saja sejak bertemu denganmu hari ini, aku merasa jika kita ada kemiripan."
Reo malah menggaruk tengkuknya, memalingkan pandangan dan mulai menjangkahkan kakinya.
"Hah? Kemiripan apa maksudmu?"
"Nanti juga tau." Wajah super menggemaskan itu berhasil membuat Saku mengeram dalam hatinya. Tak bisa dipungkiri jika anak seperti Reo bisa se-tenar ini di sekolah. Padahal mungkin oranglain akan beranggapan ia hanyalah pemuda kecil yang menggemaskan. Terlihat sekali jika wajahnya masih sangat manja, malahan ia tak sedikitpun terlihat se-cool ketos pada umumnya.
Dasar
Saku melihat jam tangannya dan itu membuatnya ingat agar segera kembali ke kelas. Sama sekali tak terasa jika ia menghabiskan cukup waktunya hanya untuk berdua dengan ketos itu.
"Eh, mau kemana?"
YOU ARE READING
Rainy Room - 同 じ 夢 を 一 緒 に 見 た -
Teen FictionKetika waktu perlahan membuatku melupakanmu, kenangan lama itu semakin terlihat begitu nyata. Dan aku kembali melihatmu di tempat semula. ~Kazuma ■ Bukan berarti aku akan kembali melupakanmu, hanya saja aku tau hatimu bukanlah untukku. ~Sakura ■ Kau...
Chapter 1.2
Start from the beginning
